2012/04/20

{Fanfiction} Memories




1st memory




Siang ini angin bertiup sedikit kencang. Membuat repot saja! Senior sedang menerangkan materi di depan kami, dan aku–masih—disibukkan dengan poniku yang bergoyang, kemudian Heechul Sunbae tertawa-tawa melihat tingkahku dan menirukan gayaku dalam membenahi poni.

Hya! Membuat malu saja!

Angin, menjauhlah! Hush hush!


===


            2nd memory

Heechul Sunbae. Senior yang kurang aku sukai sebenarnya. Entah kenapa setiap dia datang semangatku langsung menghilang. Tapi itu dulu. Sekarang tidak lagi. Sudah biasa-biasa saja.

Sohee Sunbae sedang berdiri di hadapan kami. Tidak seceria biasanya.

Aku melihat Heechul Sunbae mendekat dan menepuk pundaknya. “Kau ini kenapa sih?” Yang ditanya hanya diam. “Sebenarnya ada apa dengannya? Katakan padaku,” tanya Heechul Sunbae pada Seulrin Sunbae yang hanya dibalas hedikan bahu.

Entah apa hubungan Heechul Sunbae dan Sohee Sunbae, aku tak mengerti dan memang tak mau ikut campur. Sepasang kekasih? Mungkin ya. Tidak mungkin hanya teman biasa mengingat perhatian lebih yang diberikan Heechul Sunbae pada Sohee Sunbae.


===


            3rd memory

“Bajumu rapikan dan ikat pinggangmu perlihatkan.” Heechul Sunbae sedang mengoreksi kerapian pakaianku.

“Sini, aku ajari cara yang benar.” Sohee Sunbae hanya memasukan baju di kepala ikat pinggang saja. Sedangkan di bagian lainnya tetap keluar.

“Kau ini malah mengajari yang tidak-tidak.” Tidak ada nada marah dalam kalimat Heechul Sunbae. Penuh kelembutan dan ditebarkan dengan senyuman. Benarkan apa kataku, mereka ini sepasang kekasih.


===


4th memory

Di sini ramai. Banyak yang menghadiri acara tahunan Universitas kami. Lebih baik aku menyingkir.

Dan di sinilah aku. Berdiri di samping panggung bersama mahasiswa lainnya yang lebih mengagumi kedamaian.

Di hadapanku, Heechul Oppa –aku sudah memanggilnya ‘Oppa’ sekarang—yang entah ada angin apa mengikutiku ke sini. Dia berdiri dan kemudian menatapku.

Apa? Ada yang aneh?

Dia mengulurkan tangannya menyentuh daguku lembut. Kami hanya saling memandang. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Aku menahan napasku gugup. Aku tak bisa membaca apapun dari matanya, mungkin sebenarnya bisa, hanya saja aku tak sanggup membalas tatapannya terlalu lama. Dia bungkam.

“Lepas, Oppa. Keningku berjerawat. Malu.” Aku menepis halus tangannya tapi dia masih berusaha menggapai daguku.

Ekspresi ingin mengatakan sesuatu sedikit terbesit dari wajahnya. Tapi nol besar. Tak ada seonggok kata pun yang keluar dari mulutnya.

Dan aku lebih memilih menyingkir dari sosoknya dibanding terkurung dalam situasi seperti tadi yang mampu memacu detak jantungku.


===


5th memory

Punggungku. Rasanya hancur sekali.

Aku berjalan tertatih-tatih sembari mengelus punggungku yang terkantuk almari. Aku hanya terlalu bersemangat melihat ada satu bangku kosong tadi. Setengah berlari lalu kemudian menjangkaunya dengan ceroboh. Saat aku sudah mendudukinya, bangku itu tidak seimbang sehingga menubruk almari dan langsung menghantam punggungku.

Heechul Oppa datang dengan raut wajah khawatir. “Kau tidak apa-apa? Mana yang sakit?” Diadatang dan ikut mengelus punggungku.

Apa dia melihatnya tadi? Aku jadi tidak enak sendiri. Sebenarnya tidak sesakit itu, “Sudah Oppa, sudah tidak sakit lagi”

Dia tidak mendengarku dan tetap mengelus punggungku dengan raut muka seperti itu.


===


6th memory

“Tolong copy-kan ini. Dan ini uangnya.”  Heechul Oppa menyerahkan selembar kertas dan uang padaku. Aku langsung bergegas melaksanakannya. Sekembalinya aku langsung  menyerahkan kertas dan sejumlah uang padanya.

“Kembaliannya kau ambil saja.” Dia langsung melangkah pergi.

Kenapa tidak memberiku uang yang banyak? Masa hanya 300 won? Dasar pelit!
Tapi tidak apa-apa. Terima kasih.

Dan entah bodoh atau memang aku yang sudah tergila-gila dengannya, sampai di rumah aku justru menyimpan uang itu dan kuberi label ‘dari Heechul Oppa lalu kumasukkan ke dalam kotak perhiasanku.

Aku tidak tahu sejak kapan aku merasakan ini. Kupikir tidak masalah. Kudengar hubungannya dengan Sohee Sunbae juga sudah berakhir. Jadi aku tak perlu khawatir jika nantinya orang-orang mengecapku sebagai gadis yang menyukai kekasih orang lain. Toh mereka tidak ada apa-apa lagi.

Ternyata cinta semenjijikan ini.


===
           

7th memory

Aku melangkah sepanjang koridor. Dari arah kantin Heechul Oppa berjalan bersama temannya. Apakah dia tidak tahu bahwa tidak baik minum sambil berjalan? Tiba-tiba Heechul Oppa berhenti tepat di hadapanku dan mengulurkan pasta coklat.

            “Ini, untukmu.”

Aku yang tak tahu apa-apa hanya menerima pasta itu. Seperti uang kemarin, coklat itu kusimpan baik-baik. Tidak akan kumakan. Memang belum dapat dipastikan, tapi akan kuusahakan. Atau mungkin perlu kulaminating?


===


Aku tidak tahu sejak kapan aku begini. Seperti ini membuatku gila. Yang kuingat, dulu aku tidak terlalu menyukainya. Saat aku membuka mata, aku melihat diriku sendiri terpelanting jauh dan aku mulai tersadar bahwa aku sudah berada di dimensi lain. Dimensi Kim Heechul. Hahaha. Konyol!


===
           

8th memory

Aku melayangkan pantatku ke bangku kantin. Perutku terlalu banyak menuntut hari ini. Tadi pagi aku sudah sarapan di rumah. Sampai di Universitas pagi-pagi sekali, kakiku langsung bergerak mengikuti kehendak perutku yang minta diisi. Dan sekarang, lagi! Astaga.

PLUK

“Aw!” Aku menoleh ke arah orang yang memukul kepalaku. Heechul Oppa. Dengan botol air besar yang sudah kosong di tangannya.

“Ada apa sih?”

“Kenapa setiap aku melihatmu, kau sedang makan hari ini?”

Hahaha. Dia manis kan? =..=


===
           

9th memory

Aku, Jiroo dan Hyobin berjabat tangan dengan para Sunbae. Kebiasaan kami jika beranjak pulang. Jantungku sedikit membuat ulah ketika giliranku menyalami Heechul Oppa. Hyobin dan Jiroo sudah mendahuluiku tadi.

Rasanya seperti ada aliran listrik ringan yang menyerangku saat kulitnya menyentuh kulitku. Hya! Aku harus cepat pergi jika tidak ingin dia mendengar debaran jantungku. Kencang sekali.

Saat aku akan menarik tanganku, dia menahannya. Aku kembali menatapnya.

“Temanku melakukan ini bersama kekasihnya.” Oppa memainkan jarinya. Menempelkan jari telunjuknya ke jari telunjukku hingga tercipta bentuk hati.

Aku menatap wajahnya. Raut wajah ini lagi. Seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan. Kau ingin mengatakan apa sih, Oppa?

Jeritan Hyobin dan Jiroo membuyarkanku. Aku melepaskan tangan Heechul Oppa dan berlari menyusul mereka ke toilet.

“Ada apa?”

Mereka hanya tertawa. “Aku pikir dia akan menyatakan cinta padamu tadi.”

Mereka ini  -__- Zzzz


===
           

10th memory

“Cara yang paling baik untuk menghibur dirimu sendiri adalah dengan menghibur orang lain”

Aku membaca postingan di akun pribadi miliknya. Kau kenapa, Oppa? Ada yang membuatmu sedih?


===


11th memory

“Buku apa yang kaubaca?”

Aku menengadahkan kepalaku untuk melihatnya. Aku menunjukan sampul dari buku yang sedang kubaca.

“Cih. seharusnya aku tidak perlu bertanya buku apa itu. Kau benar-benar tergila-gila pada mereka?”

Aku hanya mengangguk dan memamerkan senyum termanisku kemudian mulai membaca lagi.

“Dia hampir mati, kan?”

Hmm? Aku kembali menatapnya. Hampir mati? Siapa? Apa dia membicarakan—

“Tahun 2007 grupnya mengalami kecelakaan dan dia yang paling parah.  Koma 4 hari. Dokter mengatakan kemungkinan hidupnya tinggal 20 %, satu-satunya jalan dia harus dioperasi dan itu akan merusak pita suaranya. Tapi ayahnya menolak usulan dokter itu.”

Aku hanya menganga mendengarnya. Bagaimana dia tahu itu semua? Aku tahu bahwa dia mengetahui aku yang tergila-gila pada grup ini. Seingatku dia tidak terlalu menyukai mereka. Tapi kenapa—

Apa dia mencari tahu informasi mengenai mereka? Bukannya aku terlalu percaya diri atau apa. Apakah dia mencari informasi ini karena aku?

Asshh!! Sudahlah! Membuat pusing saja!


===


12th memory

Banyak yang sudah mengetahui perasaanku padanya. Sahabatku, tentu saja aku yang memberi tahu mereka. Yang aku bingungkan adalah, bagaimana bisa teman-teman priaku mengetahuinya?

Apalagi Hyukjae. Dia bahkan sering memaparkan di depan Heechul Oppa bahwa aku menyukai Oppa, padahal ada aku di situ. Tidak bisakah dia mengatakan itu di saat aku tidak ada? Itu membuatku mati kutu.

Dan Heechul Oppa hanya diam saja. Tapi untungnya setelah kejadian seperti itu, perlakuannya tetap sama. Seperti tak mendengar apa yang dikatakan Hyukjae.


===


13th memory

Aku melangkah mendekat. Kebetulan di sana juga ada Lee Jonghyun Oppa. Sunbae kedua yang aku kagumi. Tentu saja, karena posisi pertama di tempati Heechul Oppa. Dari semuanya, yang paling aku suka dari Jonghyun Oppa adalah giginya. Giginya seperti biji mentimun dan rapi. Manis sekali.

“Annyeong Oppa.”

Di sini ada Heechul Oppa, Jonghyun Oppa, Hyukjae, dan Jino. Jonghyun Oppa bercakap-cakap dengan mereka. Dan apa yang aku lakukan? Aku hanya tersenyum sambil terus mematai-matai gigi itu.

“Jonghyun Oppa?” dia menatapku. “Gigimu bagus sekali. Aku suka.”

Dia tersenyum. Manisnya.

“Kalau masalah gigi, kau mengagumi Jonghyun Hyung. Kalau masalah hati pasti Heechul Hyung,kan?”

APA?  Mati kau Hyukjae!  Kenapa senang sekali menggodaku di saat tidak tepat seperti ini sih? Membuat mati kutu. Kau tidak mengasihaniku?

Pandanganku beralih ke arah Heechul Oppa.

“Dalam waktu dekat aku akan ke dokter gigi. Membersihkan plak dan memutihkannya.”

Mwo? Tidak biasanya. biasanya dia akan diam saja jika digoda seperti itu.

“Kau lihat, kan? Heechul Hyung melakukan ini untukmu.” Setelah mengatakan itu, Hyukjae langsung pergi.

Ya! Awas kau Hyukjae!

“Bagaimana jika kita membintangi iklan pasta gigi bersama?”

Kau ini bicara apa sih, Oppa?   (-__-) Dia mempraktekkan seolah-olah sedang menggosok gigiku. Ternyata dia sedikit...

“Sudahlah, aku mau ke kantin.” Aku melangkah mengikuti Hyukjae, tapi segera berbalik menghadapnya lagi. “Kau mau ikut, tidak Oppa?”

Dia hanya diam menatapku. Membuatku kikuk mendadak.

“K-kalau tidak, ya sudah.”  Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung meninggalkannya.

Hhhff. Hampir saja jantungku copot! Kami memang tidak bisa dibiarkan berdua saja.


===
           

14th memory

Aku menelungkupkan wajahku ke meja. Mataku gatal sekali. Di sini hanya ada aku, Jiroo dan Hyobin. Saat aku menengadahkan wajahku kembali, Heechul Oppa sudah berjalan mendekat.

 “Kau kenapa? Mengantuk?”

Aku menggeleng. Kami sedang mengadakan rapat organisasi. Dia duduk bersila di meja sampingku. Arah pandangnya menyamping ke arahku. Aku benar-benar harus menjaga mataku agar tidak selalu mengarah padanya.

“Kau tahu? Dari tadi Heechul Oppa menatapmu,” bisik Hyobin di sampingku.

“Sudahlah. Kau hanya salah lihat.”

“Tidak. Aku yakin sekali. Kau tahu? Tatapannya seperti—“

“Ssstt... tidak usah dilanjutkan. Aku tidak mau berharap terlalu banyak.”

Aku sudah benar kan? Aku hanya tidak mau terbang tinggi dan semakin tinggi. Itu hanya akan menambah kesakitan saat jatuh nantinya.

Aku sudah sering merasakan seperti itu. Aku selalu berpikir bahwa Heechul Oppa juga merasakan hal yang sama sepertiku. Paling tidak sedikit. Tapi hatiku dihancurkan saat melihatnya memasuki Universitas dengan 2 gadis dan keluar Universitas dengan 2 gadis yang lain.

Apa memang dia sepopuler itu? Apa pesonanya membutakan banyak gadis? Kenapa bukan aku saja? Kenapa pesona itu juga ampuh untuk gadis lain?

Ponsel ku bergetar. Sebuah pesan. Ah, merepotkan saja.

“Hei, kau mau kemana?” tanya Jiroo yang melihatku mulai beranjak.

“Menjemput Soeun.” Aku melanjutkan langkahku tapi terhenti karena teriakan Heechul Oppa.

“Kenapa tulisan di bajumu harus Marcus Cho hah?”

Aku berbalik cepat. “Lalu apa? Heechul Kim? Begitu?”

Aku langsung melanjutkan langkahku tak memedulikan seisi ruangan yang menertawakannya. Apalagi Hyukjae.


===
           

15th memory

Aku melangkah memasuki Universitas bersama Hyukjae. Kami bertemu di tempat parkir tadi. “Kau tahu? Semalam Heechul Hyung mengajakku menonton film.”

“Hmm? Benarkah?”

“Begitulah. Kau tahu? Ibuku memarahiku karena pulang larut malam.”


===
           
16th memory

Aku duduk di depan para hoobae-ku. Menghadap ke arah mereka. Heechul Oppa, Hyukjae dan Donghae Oppa sedang menjelaskan sesuatu. Heechul Oppa berdiri di sampingku. Di sampingnya ada Donghae Oppa yang sedang memelintir-melintirkan bendera yang ada di belakang Heechul Oppa.

Pandanganku tak beranjak dari wajah tampan Heechul Oppa. Tak sengaja mataku menangkap bendera bertiang rendah yang dimainkan Donghae Oppa semakin lama semakin miring. Bagai slow motion, tiang itu menghantam kepala seseorang di depannya.

PRAK

“Aww!”

“Ya! Donghae Oppa. Kau jahat sekali!” Aku membenahi posisi bendera itu. Sedangkan Heechul Oppa mengusap kepala bagian belakangnya. Seharusnya aku menolong dan ikut membantu mengusap kepalanya. Tapi yang ada justru tawaku membahana di seisi ruangan saat melihat ekspresi kesakitannya. Maaf Oppa... “Apa masih sakit?”

Dia mengangguk. “Geser sedikit dudukmu.”

“Ya! Tidak muat!”

Dia tidak mendengarku dan malah langsung berbagi bangku yang sama denganku. Apa yang dia pikirkan? Banyak hoobae di sini!

Aku sedikit tidak enak dengan posisi kami. Di tambah lagi dengan Hyukjae yang mencuri-curi photo kami berdua.

Dan sudah ku putuskan, aku berdiri saja. Begini lebih baik.

Tiba-tiba tangannya mengambil bunga mawar plastik yang ada di vas meja lalu menyodorkan ke hadapanku. “Mawar, maafkan Marwan ya?”

Kalian tahu? Seisi ruangan ditambah aku menertawakannya. Wajahnya! Wajahnya konyol sekali!  Aku tertawa hingga terbungkuk-bungkuk memegangi perutku. Pria ini. Ada-ada saja.


===
           

17th memory

Aku dan Hyobin melangkah memasuki Universitas saat kulihat Heechul Oppa dan Hyukjae memanggil kami untuk mendekati mereka.     

“Masalahmu sudah selesai?” tanya Heechul Oppa lirih.

Jadi dia tahu masalahku? Terang saja tahu! Saat itu Hyukjae memang datang ke kelasku. Pasti dia yang memberi tahu. Aku tersenyum lalu mengangguk. “Sudah.”

“Baguslah.”

Aku memang baru saja terkena masalah kemarin. Uang temanku hilang dan aku yang banyak uang tentu saja dicurigai. Tapi kebenaran pasti menang, kan? Hahaha

“Ternyata punya uang banyak juga membuat masalah.”


===
           

18th memory

Aku baru kembali dari toilet saat temanku berlari ke arahku. “ Tadi Heechul Oppa ke kelas.”

Apa?

Aku langsung berjongkok di tempat. “Kenapa tidak bilang dari tadi sih?”

“Aku sudah mencarimu, Bodoh. Kau yang kemana saja?”

Kenapa aku yang dimarahi? Aku kan hanya merindu. “Untuk apa dia ke kelas?”


===

Aku, Jiroo, Donghae Oppa, Minhyo Eonnie, dan Hyukjae duduk di tepi lapangan voli. Membicarakan segala hal menyenangkan. Tapi kegiatan mengasyikan itu berubah menjadi buruk ketika Hyukjae mengatakan suatu kebenaran.

“Heechul Hyung sedang berpacaran.”

Mwo?”

“Sebenarnya dia belum mengungkapkan perasaannya.”

“Minggu lalu aku menemaninya menonton film. Dia juga mengajak gadis itu. Raejoon noona.”
Ah, ternyata waktu itu Hyukjae belum menyelesaikan ceritanya. Mungkin dia tidak ingin menyakitiku.

“Kau, tidak apa-apa kan?” Hyukjae menanyaiku.

“Syukurlah kalau begitu,” jawabku tersenyum.

“Kau bilang ‘syukurlah’ eo?” tanya Donghae Oppa tak percaya.

Aku mengangguk. “Berarti dia tidak menyukai pria.”

Tidak ada yang mengetahui betapa sedihnya aku. Yang mereka tahu adalah aku baik-baik saja. Mereka tak mengetahui bahwa rasanya langit akan runtuh sebentar lagi.

Mereka tak mengetahui bahwa ada lubang besar yang menganga di hatiku. Mereka tak mengetahui bahwa aku tidak baik-baik saja. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Jika ada yang patut disalahkan, maka itu adalah aku.


===


Jadi untuk ini dia membantu masalah ku beberapa waktu lalu? Untuk membuat ku merasa baik sebelum dia menenggelamkanku ke dalam kesakitan yang lebih. Untuk membantuku naik tapi dengan sengaja mendorongku jatuh. Untuk membantu menyembuhkan lukaku karena dia tahu dia akan mengukir luka baru.


===


Aku mendongak saat ada yang mengulurkan sebotol minuman padaku. Orang yang tidak aku ingin temui saat ini sebenarnya. Raejoon Eonnie.

“Terima kasih.”

Dia beranjak duduk di sampingku. Kebetulan sekali, aku memang sedang membutuhkan sesuatu untuk membasahi kerongkonganku saat ini. Aku sedang dihukum karena lupa membawa tugas. Astaga, dosen-dosen itu benar-benar tak punya otak.

“Kucari kemana-mana, ternyata kau di sini.”  Kami berdua menoleh ke sumber suara. Heechul Oppa. Raejoon Eonnie menggerakan tangannya menyuruh pria itu mendekat.

            Sebenarnya Raejoon Eonnie tidak terlalu buruk. Dia cantik dan mereka berdua serasi sekali. Kupikir dia juga gadis yang baik. Air mineral yang ada ditanganku ini buktinya. Mungkin suatu saat aku akan benar-benar bisa menerima ini semua. Sekarang memang belum. Suatu saat, tidak lama lagi.

Saat ini yang harus kulakukan hanya tak perlu menatap pria itu terlalu sering, hanya 21 hari untuk menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebiasaan.

            “Kau mau ikut?”
           
Aku menoleh ke arah Heechul Oppa lalu menggeleng. “Tidak usah, Oppa. Di sini saja.”

“Kalau begitu, kami pergi dulu,eo?” Aku hanya mengangguk dan tersenyum pada Raejoon Eonnie.

“Belajar yang benar. Jangan sampai dihukum lagi.”

Oppa. Kau ini cerewet sekali sih. Sudah sana pergi! Hush hush.”

“Baiklah, kami pergi.”

Aku melambaikan tanganku pada mereka yang mulai menjauh. Pahit. Tapi melegakan.

Di mulai dari 3 tahun yang lalu dan aku akan berhenti di titik ini. Mungkin akan sedikit sulit mengingat mencintainya adalah kebiasaanku.

Tapi dia bahagia. Kupikir dia juga menginginkan aku seperti itu. Aku, benar, kan?


===


=EPILOG=

Aku tersenyum mengingat kenangan itu. Rasanya dadaku sudah lega sekarang. Aku sudah melalui semuanya dan kini tinggal menunggu waktu sampai kebahagiaan menjemputku.

“Kenapa di sini?”

Sepasang lengan melingkari perutku. Dagunya berada di pundakku dan terpaan nafasnya menyerempet kulit pipi. Aku menggenggam jari tangannya yang panjang dan lembut. “Malam ini sejuk.”

Langit yang berceceran bintang. Indah sekali. Beberapa tahun lalu aku melewati malam seperti ini bersama Heechul Oppa. Dan mulai saat ini aku akan menikmati indahnya malam dan sisa hidupku dengan—

“Cho Heebum.” Dia terkekeh pelan. “Ternyata seperti ini rasanya. Terlalu menyenangkan. Kau tahu kenapa?”

“Kenapa?”

“Karena kau yang kuajak berbagi margaku.”

Ya. Tentu saja. Kau benar. Semenyenangkan menghabiskan hidup denganmu.

Aku yakin Heechul Oppa dan Raejoon Eonnie sedang berbahagia sekarang. Begitu juga denganku dan pria menyebalkan yang hebat ini.

Aku yakin ini yang diinginkan Heechul Oppa. Dia ingin aku bahagia. Dan aku mendapatkan kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tak pernah kusangka Tuhan akan memberikannya padaku. Cho Kyuhyun-ku.


=END=