2014/02/03

{Fanfiction} Yours



Author : GaemFi
Genre : Romance
Rating : PG-15
Length : Oneshot



Cho Kyuhyun | Kim Heebum


 Happy birthday my lovely boy. Cho Kyuhyun-ie.. the one and only 


            ==


Kakinya melangkah memasuki ruang olahraga dengan sedikit berlari. Ia segera menutup rapat pintu ruangan cepat-cepat, kemudian mengibaskan tangannya yang terasa kebas. Musim dingin Seoul memang selalu menyebalkan untuknya. Ia tidak pernah menyukai suasana sekelilingnya berubah menjadi putih terlapisi salju, tidak pernah suka suhu di bawah nol yang membuat gigi bergemeletuk, tidak suka saat pakaian berlapis dan jaket bulu tebalnya masih saja belum mampu melindunginya dari hawa dingin yang mencekam.


Heebum perokok berat, tapi itu sudah lama sekali. Sekarang ia hanya merokok sesekali saat sedang penat atau kedinginan seperti saat ini. Ia sudah tak pernah membawa benda itu di dalam tasnya, walaupun di dalam mobilnya selalu ada persediaan. Begitu saja ia masih sering terkena omel Kyuhyun.

Mengeluarkan sekotak dari seragam sekolahnya, Heebum mengambil kesempatan selagi tidak ada Kyuhyun di sekitarnya. Menyalakannya, Heebum menyesap rokok tersebut dengan perlahan, mendesah nikmat dan mulai merasa hangat. Dan tiba-tiba ia tersedak saat ponselnya berdering.

Buang rokokmu.” Menjadi kalimat pertama yang ia dengar saat sudah menempelkan ponselnya dengan sempurna di telinga, gadis itu mendengus kesal. Pria di seberang sana mungkin memang terlalu mencintainya sampai-sampai insting-nya tak pernah salah.

“Aku ini sangat kedinginan, tahu tidak?”

Rokok membuatmu cepat mati. Harus kukatakan berapa kali lagi?”

Jadi daripada menimbulkan perdebatan cukup panjang melawan Kyuhyun dan berakhir dengan kekalahan di pihaknya, ia membuang rokoknya. “Dasar cerewet.”

Heebum bisa mendengar dengusan Kyuhyun di seberang sana sebelum pria itu melanjutkan ucapannya. “Kau di mana?”

Memutar bola matanya, Heebum menjawab dengan terpaksa. ”Di ruang olahraga.”

Baiklah. Kukira cukup hangat di sana.” Jika saja Kyuhyun bisa melihat cibiran di bibir Heebum. “Rapatkan jaketmu. Hari ini dingin sekali, aku tak mau menggendongmu kalau kau sampai pingsan karena hipotermia.”

“Aku tahu. Kau kan memang tidak menyayangiku.” Walaupun diucapkan dengan datar, tidak bisa dipungkiri kalau Heebum berdebar. Oh, semua orang juga bisa melihat bahwa pria itu sangat menyayanginya.

Kekehan kecil Kyuhyun membuat kedua pipi Heebum merona, wajahnya menjadi lebih hangat sekarang. “Aku hanya memberitahumu kalau aku ada di laboratorium. Pastikan kau tetap hangat, Sayang.”

Dengan pipi yang semakin bersemu, Heebum menurunkan ponselnya setelah Kyuhyun memutuskan sambungan secara sepihak. Biasanya Heebum tidak semudah ini untuk tersipu, tapi bahkan dengan perlakuan kecil, asal itu dari Kyuhyun, pipinya bisa  menjadi sangat sensitif.

Mengembalikan ponselnya ke saku jaket, Heebum tersenyum konyol membayangkan seperti apa ekspresi Kyuhyun di sana. Mereka memang sudah sering bersama, tapi hal itu belum mampu melunturkan kekakuan si Ketua Yeongkwang High School yang tampan itu.

“Oh, keparat.” Heebum melonjak kaget saat ponselnya bergetar. Bayangannya tentang Kyuhyun dengan pipi merah yang membuatnya sangat menggemaskan hancur begitu saja. Dengan kasar dan sebal, Heebum menempelkan speaker ponsel ke telinganya setelah melihat siapa sang pelaku. “Wae, Changmin-ah?”


==


“Bisa kau ambilkan aku pisau?”

            Menyambar pisau di meja, Kyuhyun bangkit dari duduknya lalu melangkah menghampiri Jisoo yang sedang sibuk dengan praktikumnya. Berada di kelompok biologi yang sama membuat Kyuhyun harus terjebak berdua di laboratorium untuk menyelesaikan tugas mereka.

            “Terima kasih.” Jisoo menerima pisau yang diulurkan Kyuhyun. Sedikit melirik wajah Kyuhyun dengan malu-malu. Ia memang menyukai pria itu. Siapa di sekolah ini yang tidak menyukainya? Seorang pemimpin yang memberi contoh baik, tampan, dan pintar. Hanya saja ia tidak terlalu berani mendekati Kyuhyun. Pemuda itu terlalu kaku. Terlalu formal dan sopan jika berhadapan dengan wanita. Dan sekolah digemparkan saat mengetahui pria tampan kebanggaan Yeomkwang itu kini sudah tak sendiri lagi.

            Kebanyakan orang menganggap seorang yang sempurna—seperti halnya Kyuhyun—tidak akan mencari seseorang yang berasal dari kalangan yang sama dengan mereka, seseorang yang sama-sama sempurna. Pendek kata, orang yang sempurna akan mencari seseorang yang memiliki kekurangan, dengan begitu mereka bisa saling melengkapi.

            Dan pemuda itu memilih Heebum sebagai kekasihnya, Heebum si pembangkang. Gadis itu terlalu sering bermasalah dengan guru, semua warga sekolah seperti sudah tahu bagaimana tabiat Heebum. Yang mereka tak habis pikir adalah bagaimana bisa Kyuhyun jatuh cinta pada gadis itu.

            “Aww.” Jisoo memegangi matanya yang kemasukan tepung. Gadis itu menggosok matanya hingga basah, membuat Kyuhyun yang melihatnya tidak punya pilihan lain selain menawarkan bantuan.

            “Biar kulihat.” Menyingkirkan kedua tangan Jisoo yang menutupi matanya, Kyuhyun mulai mendekatkan wajahnya dengan canggung. Seumur-umur wanita yang pernah berjarak sedekat ini dengannya hanya mendiang ibunya dan Heebum, ia merasa begitu asing dan kagok. Karena niat Kyuhyun hanya untuk membantu, pemuda itu berusaha bersikap biasa saja, meniup-niup mata Jisoo dengan napasnya yang segar.

            Jisoo memegangi lengan Kyuhyun yang sedang menangkup wajahnya. “Apa sudah lebih baik?” tanya Kyuhyun berbisik, masih sibuk meniup. Sekali lagi Jisoo mengguncang lengan Kyuhyun, kali ini berhasil membuat pria itu menoleh ke balik punggungnya, ke arah yang sedang diperhatikan Jisoo.

            Kyuhyun berbalik dan melihat Heebum. Hati Kyuhyun mencelos saat mengenali tatapan terluka di mata wanita itu. Ia segera melepaskan tangannya dan menjauhi Jisoo untuk mengejar Heebum yang sudah berlalu.

            “Heebum-a. Heebum-a! Tunggu. Dengarkan aku.” Kyuhyun berlari dengan perut bergetar menahan ketakutannya sendiri. Ia memanjangkan lengannya dan menarik Heebum untuk berhenti. “Dengarkan aku.”

            “Apa? Apa yang mau kaujelaskan?” Heebum mengusap matanya dengan kasar, menyisakan jejak air mata yang membuat perut Kyuhyun terasa seperti baru saja ditinju. Heebum mengembuskan napasnya dengan lemah. “Kita berakhir saja.”

Tatapan mata Kyuhyun melemah hingga terlihat begitu hampa. “Tidak.” Kyuhyun terlihat seperti orang linglung.

“Kenapa tidak?” Suara Heebum parau dan pecah. “Kau kan lebih bahagia dengan Jisoo dibanding denganku.”

“Kubilang tidak ya tidak!” Nada bicara Kyuhyun meninggi dan Heebum bisa tahu kesabaran pria itu nyaris habis hanya dengan melihat matanya saja.

“Kenapa kau egois sekali!”

“Persetan dengan egois.” Kepala Kyuhyun menggeleng lemah. “Tidak. Kita takkan berpisah. Aku tidak mau.”

Perut Heebum mulas saat mata pria itu terus memandanginya dengan sendu, dengan putus asa. Seumur hidupnya, baru kali ini Heebum melihat kondisi Kyuhyun yang biasanya begitu berkuasa menjadi seperti itu.

Kyuhyun memutar tubuh Heebum yang meninggalkannya pergi dengan begitu cepat hingga membuat gigi wanita itu bergemeletuk. Tapi gadis itu bahkan tidak mampu menggerakkan tubuhnya hanya untuk melihat mata pria tersebut. “Kau tidak percaya padaku?” lirih Kyuhyun.

“Aku takkan pernah bisa menerima kembali sesuatu yang sudah menghianatiku.”

Dan Heebum membenci dirinya sendiri saat pria itu menjauhinya dengan agak terguncang.


==


Monday

Berulang kali Heebum melirik jam di pergelangan tangan kirinya dengan cemas. Bel masuk akan berbunyi sebentar lagi, tapi bahkan jejak kaki Kyuhyun  pun belum terlihat sama sekali. Heebum duduk dengan kaki yang digetarkan hanya supaya kecemasannya bisa sedikit berkurang. Meyakinkan diri sendiri bahwa pria itu akan datang.

            Tapi bahkan sampai bel berbunyi dan kegiatan belajar mengajar akan dimulai, Kyuhyun belum juga datang. Dan Heebum menyerah dengan instingnya, instingnya memang tidak bisa diandalkan.       Dengan membawa bungkusan yang sebelumnya ia letakkan di meja, Heebum bangkit meninggalkan kelas tak memedulikan guru yang sudah datang.

            Heebum melangkah dengan pasti menuju kantin. Di perjalanan ia bisa melihat keributan kecil di sana-sini membicarakan sang ketua tidak masuk. Yah, Kyuhyun-a,batin gadis itu. Kau memang dicintai dengan begitu banyak.

            “Ya! Changmin-a.”

            Changmin menoleh menatap kedatangan Heebum. Gadis itu sudah hapal tabiat Shim Changmin yang tak jauh beda darinya. Kyuhyun memang dikelilingi orang-orang yang berbanding terbalik dengannya. “Eo, Heebum-a­. Ada apa? Ya!!” teriak Changmin sesaat setelah Heebum memukul kepalanya. “Apa masalahmu hah?”

            “Apa masalahku? Kau mau tahu apa masalahku?” balas Heebum dengan jengkel. “Kau tidak dengar apa yang anak-anak lain bicarakan? Kyuhyun tidak masuk. Tidak. Masuk.” Heebum menekankan pada bagian ‘tidak masuk’ sambil memelototi Changmin.

            “Ah, itu. Dia sakit. Kau ini kekasih macam ap—“

            “Tunggu, tunggu.” Heebum mengangkat tangannya untuk menyela ucapan Changmin. “Kau bilang apa tadi? Kyuhyun sakit?”

            “Ya begitulah. Apa dia tidak mengabarimu?”

            Dengan susah payah, Heebum menelan saliva-nya. Kepalanya mendadak pening dan lututnya terasa goyah. “Kyuhyun... sakit.” Kyuhyun-nya sakit. Memang setelah kejadian hari Sabtu kemarin, Heebum menjauhi Kyuhyun. Hari Minggu kemarin tangannya bahkan sudah gatal ingin menelepon Kyuhyun, tapi ia mengurungkan niatnya begitu teringat rencananya dengan Changmin. Andai saja ia menelepon, pasti ia takkan buta mengenai kabar pria kesayangannya itu.

            Tangan gesit Heebum langsung merogoh saku seragam dan mengambil ponsel untuk menghubungi pria itu. Ia menggigiti kuku jarinya dengan gugup. “Ayolah... angkat, Kyuhyun. Angkat.” Desahan putus asa terdengar dari bibir Heebum saat panggilannya tidak diangkat.

Gadis itu kembali menempelkan telinga ke speaker ponsel setelah menekan nomor 1 speed dial-nya. Kalau saja Changmin tidak meneleponnya saat itu, pasti semuanya takkan seperti ini. Kalau saja Changmin tidak memaksanya untuk ikut andil dalam rencana pria itu. Kalau saja ia bisa menolak. Kalau saja Kyuhyun tidak mesra-mesraan dengan Jisoo sialan itu. Kalau saja ia dan Kyuhyun tidak bertengkar. Kalau saja ia tidak pura-pura meminta berpisah. Kalau saja— tunggu.

Heebum menurunkan ponselnya saat sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. Kyuhyun sakit. Setelah dia pura-pura minta berpisah. Tangannya kali ini menampar Changmin hingga meninggalkan jejak merah berbentuk lima jari di pipi pria jangkung tersebut. “Itu untuk Kyuhyun-ku!” Heebum melengos begitu saja, tidak memedulikan sumpah serapah Changmin yang ditujukkan padanya. Tangannya berniat akan memasukkan ponsel ke dalam tas saat matanya melihat foto di layar ponselnya. Dengan berapi-api Heebum menunjuk-nunjuk foto Kyuhyun. “Kau sangat mencintaiku ya?”


==


“Kyuhyun.”

“Kyuhyun.”

Kyuhyun ingin membuka mata saat mendengar Heebum memanggil namanya berulang-ulang, namun kelopaknya terlalu berat untuk diangkat. Pemuda itu berusaha mengembalikan kesadarannya ketika menerima tepukan atau pun usapan lembut yang diiringi nada cemas dalam suara Heebum.

“Kyuhyun, bangunlah,” bisik Heebum lirih tepat di telinganya. “Kau bisa mendengarku?”

Saat datang tadi, Heebum langsung dikejutkan melihat keadaan Kyuhyun yang pucat pasi dan tidak sadar. Pakaiannya bahkan sudah basah oleh keringat padahal keadaan di luar sedang sangat dingin. Gadis itu memekik nyaris menangis ketika meraba dahi Kyuhyun dan yakin bahwa suhu tubuh pria itu sekarang dapat mendidihkan air. Tidak ada pelayan yang mengetahui keadaan Kyuhyun yang sedang sakit, Heebum tahu tidak ada yang berani mengusik tuan muda rumah ini. Gadis itu langsung saja berlari mengobrak-abrik kotak obat mencari kompres praktis untuk meredakan demam Kyuhyun.

Kyuhyun merasa ada sekarung pasir yang dihantamkan ke kepalanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, terasa tak bertulang hingga meloloskan erangan kecil dari mulutnya. Sakit di kepalanya sedikit mereda ketika ada sebuah tangan yang terasa dingin mengusap dahinya dan menyibak rambutnya yang mencapai alis dengan lembut.

Heebum mendesah lega saat melihat mata Kyuhyun perlahan terbuka. “Baru aku begitukan saja kau sudah sakit seperti ini. Kau akan seperti apa kalau aku minta putus sungguhan.” Gadis itu menciumi wajah tampan Kyuhyun dengan sayang, merasakan sapuan bulu mata Kyuhyun yang sedang mengerjap ketika menempelkan bibirnya di pelipis pemuda itu. Heebum membantu Kyuhyun bersandar, kemudian meminuminya obat.

“Kau mengerjaiku?” Suara Kyuhyun serak, dan berhasil memunculkan perasaan bersalah pada diri Heebum. Kyuhyun sakit juga karenanya.

“Maafkan aku. Changmin-mu itu yang memaksaku.” Heebum menunduk memainkan jemari Kyuhyun yang terkulai. “Tapi aku benar-benar marah soal Jisoo.”

Tangan Kyuhyun terangkat hanya supaya bisa mengelus kepala Heebum. “Aku hanya meniupkan matanya.”

“Yah, aku tahu. Jisoo yang menceritakan semuanya dengan wajah ketakutan.” Heebum perlahan beranjak dari sisi Kyuhyun, mengelilingi kamar pria itu yang luas. Tangannya menggapai sesuatu yang terlipat rapi di atas meja, kain merah yang melingkar di lengan kanan Kyuhyun sehari-hari, penunjuk pangkatnya sebagai Ketua Yeomkwang High School.

Heebum memasang kain itu di lengan seragamnya sendiri, dengan antusias berlari ke hadapan cermin besar di dinding. “Wah-wah, aku sudah tahu dari dulu. Mengenakan apa saja, kau tetap akan terlihat cantik, Heebum-a.”

Kyuhyun hanya terkekeh dari tempatnya, memandangi Heebum yang sedang memuji diri sendiri. Seperti seorang ratu yang senang ketika cermin ajaib memilihnya sebagai wanita tercantik di dunia. “Cantik katamu?”

Heebum berputar menatap ke arah Kyuhyun dengan mata menyipit. “Ya. Aku kan memang cantik.” Melihat Kyuhyun yang mencibirnya membuat Heebum sebal. “Ya! Tidak usah gengsi begitu. Changmin bilang kau selalu mengatakan kalau aku ini gadis tercantik yang pernah kaulihat. Kenapa tidak jujur saja sih?”

“Dia itu pembual. Kau dibohongi.”

“Dasar menyebalkan. Kau ini tidak romantis sekali sih.” Menghentakkan kakinya sebal, Heebum kembali duduk di samping Kyuhyun. Kyuhyun melingkarkan lengannya di sekeliling pinggang Heebum, menggoda Heebum dengan menyerempetkan bibirnya di atas bibir gadis itu.

Heebum tersenyum dengan perlakuan Kyuhyun. Gadis itu memeluk leher Kyuhyun ringan kemudian mencium pipinya dengan keras. “Selamat ulang tahun, Sayang. Terima kasih karena sudah menjadi apa kau hari ini.”

Kyuhyun tersenyum tipis, tak dipungkiri hatinya begitu bahagia.“Tahun ini, lalui denganku lagi ya?”

Dengan pasti, Heebum mengangguk. “Ya, tentu saja. Tanpa kau minta pun akan kuberikan.”

Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah Heebum, kemudian menunduk mencium gadis itu tepat di bibirnya. Saling memantapkan posisi masing-masing agar pagutan mereka tak terlepas. Jari Heebum menyusuri rambut Kyuhyun yang lembut, menarik tengkuk pria itu dengan semangat, kemudian mereka memisahkan diri mengambil napas.

Heebum membalas senyuman yang Kyuhyun berikan. Tangannya merapikan rambut Kyuhyun yang berantakan karena ulahnya. “Kau harus cepat sembuh, Kyu. Aku tidak mau kalau harus mencium wajan penggorengan setiap hari.” Gadis itu mengusap bibir Kyuhyun dengan lembut. Pria itu sedang demam, bibirnya panas dan napas yang menubruk wajah Heebum lembut juga lebih hangat dari biasanya.

Lengan kiri Kyuhyun menelusup ke bawah leher Heebum, menjadikannya bantal untuk gadis itu, secara tersirat memerintahkan gadis itu untuk berbaring mengimbangi dirinya yang sudah lebih dulu memejamkan mata.

Heebum berbaring menghadap Kyuhyun, mengusap kepalanya sayang.

“Heebum-a?”

Belum menghentikan aktifitasnya, Heebum tak pernah bosan menatapi wajah Kyuhyun yang sedang terpejam. “Hmm?”

Saranghae.”

“Hmm?” Dengan agak terkejut dan bergetar, Heebum berdehem menjernihkan tenggorokannya yang ikut terkejut. Jantungnya seakan-akan bisa melompat keluar dari mulutnya saat ini juga. Melihat Kyuhyun yang tetap memejamkan mata, Heebum mengerti bahwa pria tercintanya itu sedang malu, pasti bukan perkara mudah untuk Kyuhyun mengungkapkannya. “Saranghaeyo.”


=END=