Credit Cover
:
Texture :
cutepixie@bananajuice03
Photos :
Honeymallow
Scandal
ISUNGMIN.CC
YiLin
Ulzzanggirls.tumblr.com
.,.
Author : GaemFi
Genre : Romance
Main Cast : Cho Kyuhyun – Kim Heebum
Note
: If Heebum is not your name, imagine that she is you. And if you aren't
Kyuhyun biased, please imagine that Kyuhyun is your bias .. So, enjoy
===
Terlalu
ramai dan asing di sini. Heebum melangkah di belakang teman-temannya
memasuki kantin universitas yang terlihat ramai. Suasana asing yang cukup
membuatnya canggung terhitung sejak kembali ke Seoul kemarin siang. Gadis cantik
itu menilik keadaan sekitar, yang membuatnya kemudian menghela napas. Yeah, selamat datang di suasana baru, Kim
Heebum-ssi
Mereka berhenti di
salah satu meja yang telah terisi beberapa pria. Entah apa yang Hyobin
bicarakan dengan pria-pria itu, Heebum terlalu malas untuk ikut campur. Gadis
itu hanya diam memperhatikan sekelilingnya, hingga kegiatannya terhenti saat
pandangan matanya bertubrukkan dengan satu pria yang duduk di hadapannya. Dia
mengalihkan pandangannya karena risih dengan tatapan pria itu, pria yang belum
membuka mulutnya sama sekali, hanya diam memperhatikannya dan mengetukkan pena
ke meja. Salah satu dari yang tertampan, pikir
gadis itu.
“Kau anak baru itu?
Austria?”
Heebum mendongak dan
mengangguk sebagai respon dari pertanyaan yang dilontarkan Hyukjae, pria yang
duduk di samping Donghae –jika dia tidak salah mengingat namanya-. Sedikit
heran seolah kabar kembalinya ia ke Seoul telah diketahui seluruh mahasiswa di
sini.
“Bagaimana Seoul?
Kudengar kau tidak pernah kembali ke Korea sejak 4 tahun yang lalu.”
“Tidak terlalu
mencolok.” Menatap ke arah orang itu,
Heebum akhirnya membuka mulut. Beberapa di antara mereka mengikuti arah pandang
Heebum, tidak terkejut sama sekali karena setiap gadis di dunia ini pasti juga
sulit mengalihkan tatapan mereka dari pria yang satu itu. “Hanya saja aku tak
menyangka Seoul sudah sepadat ini.”
“Kalau begitu,” lanjut
Hyukjae, “selamat datang.”
Senyum tipis menyembul
dari bibir peach Heebum, menampilkan
matanya yang melengkung sempurna serupa bulan sabit. “Terima kasih, Sunbae.”
Gadis itu mulai
melangkah pergi bersama teman-temannya setelah ucapan perpisahan yang
dilontarkan Seulrin. Matanya masih mengamati sekeliling, tidak ada hal yang
terlalu penting untuk dimasukkan ke dalam memori otaknya, setidaknya itu yang
dia pikirkan, sebelum sebuah suara menjungkirbalikkan anggapannya.
“Ah, Nona Kim?”
Langkah Heebum
terhenti. Suara bass itu menggerayangi saluran telinganya begitu saja. Gadis
itu menoleh ke arah meja tadi, meja yang ditempati Donghae dan Hyukjae, dan dia
yakin bukan salah satu dari dua pria itu yang memanggilnya—jika memang dirinya
yang dimaksud.
“Senang bertemu dengan
mu.”
Tidak salah, kalimat
itu memang ditujukan padanya. Tersenyum, gadis itu akhirnya kembali meneruskan
langkahnya keluar.
“Kau membuatnya takut,
Cho Kyuhyun.”
Pria yang berhasil mengurungnya di bawah
tatapan tajam nan indah.
===
“Hai, sedang apa?”
Heebum menoleh ke arah
suara tersebut. “Aku menunggu taksi, Oppa.”
Terlihat Lee Sungmin
melangkah mendekatinya. “Taksi?”
Heebum melirik jam
tangan di lengan kirinya sebelum menjawab. “Tuan Jung pulang ke Daegu.”
Sungmin mengangguk
mengerti. Sebelum hijrah ke Austria, Heebum memang selalu diantar-jemput oleh Tuan
Jung –supir keluarga Kim—kemana pun adik sepupunya itu pergi. “Kau tampak
terburu-buru.” Melihat Heebum yang beberapa kali mengetukkan kakinya ke
jalanan, akhirnya Sungmin menelurkan pertanyaan di otaknya.
“Kim Heechul hari ini
pulang, aku sudah bisa membayangkan sebesar apa pisau yang akan dia gunakan
untuk mencincangku jika datang terlambat. Oh, sial! Kemana perginya taksi-taksi
itu?” jawab Heebum memekik, menahan volume suaranya agar tidak meledak-ledak.
“Aku ada sedikit
urusan, tidak bisa mengantarmu, kuteleponkan Sungjin ya? ”
“Tidak. Tidak usah Oppa, sebentar lagi pas—“
“Biar aku yang
mengantarnya.”
Kedua orang itu menoleh
pada seseorang yang sudah berdiri di samping Sungmin. Entah sudah berapa lama
pria itu berada di sekitar mereka, yang pasti telah berhasil membuat beberapa
mahasiswi menatap lapar ke arahnya.
“Ayo. Kau sedang
terburu-buru kan?” Pria itu menggenggam pergelangan tangan Heebum kemudian
menariknya menjauh, berjalan memimpin tanpa merasa perlu meminta persetujuan
dari gadis itu. Menatap ke arah Sungmin, Heebum meminta pendapat tanpa suara.
“Jangan
khawatir. Dia tidak sedang berselera menggigitmu. Setidaknya untuk saat ini.”
===
Ini
gila. Aku bahkan tidak tahu namanya. Heebum menatap wajah
pria itu yang sedang memasangkan helm ke kepalanya. Pria itu sendiri sudah
mengenakan jaket kulit hitam dan helmnya. Dia tidak salah, pria di hadapannya
itu memang termasuk yang tertampan dalam ras-nya. The most wanted guy.
Pria itu beranjak
menaiki Ducati yang terlihat mencolok
di area parkir. Bahkan terlihat sekali bahwa seolah motor itu tak cukup layak
jika harus disandingkan dengan pemuda itu. “Ayo naik.”
Lamunan Heebum
terkoyak, setelah beberapa saat akhirnya dia dapat mencerna apa yang barusan
dikatakan pria itu. Dia mengembuskan napasnya, dengan ragu menggapai bahu pria
itu karena motornya yang terlalu tinggi, dan dalam beberapa detik, tubuhnya sudah
duduk manis di atas motor tersebut. “Pegangan.”
Heebum melingkarkan
lengannya canggung ke sekeliling pinggang pria itu. Jok motor yang tinggi di bagian
belakang membuat tubuh mereka menempel, nyaris tanpa jarak. Dan itu cukup
membuat jantung Heebum berdetak tak normal.
Tak berapa lama mereka
sudah menembus jalanan Seoul dengan kecepatan penuh, membuat Heebum mempererat
pelukannya. Gadis itu tersenyum merasakan angin yang menerpa wajahnya ringan
dan mengibarkan beberapa helai rambutnya. Angin juga yang menebarkan aroma pria
itu memasuki rongga hidungnya, wangi yang menyenangkan, lebih menyenangkan dari
bau Kim Heechul. Hari yang tidak terlalu buruk sebagai hari pertamanya kembali menetap
di Korea.
Motor itu berhenti di
depan pagar tinggi sebuah rumah yang kokoh dan arogan. Menyadarkan Heebum bahwa
mereka sudah sampai. Sebenarnya gadis itu sedikit tidak paham bagaimana cara
pria ini mengetahui di mana letak rumahnya tanpa bertanya sama sekali. Tapi
sudahlah.
Heebum menarik napas
panjang sembari tersenyum tulus sebelum mengontrol wajahnya menjadi biasa. Beranjak
melepas tautan tangannya, beringsut turun kemudian menyerahkan helm yang dia
pakai. “Terima kasih untuk semuanya, Sunbae.”
“Cho Kyuhyun.”
“Ah ye.” Heebum sedikit
membungkukkan badannya. “Terima kasih, Kyuhyun Sunbae.”
Kyuhyun tersenyum
tipis. Terlihat begitu tampan. “Tidak masalah. Aku pergi.”
Motor Kyuhyun mulai
menjauh. Pemuda itu tersenyum samar melihat Heebum yang masih melambaikan
tangannya melalui kaca spion.
Setelah sosok Kyuhyun menghilang,
Heebum berbalik menghadap pagar rumahnya, beranjak membuka gerbang saat klakson
mobil membuatnya terkejut.
“Baru kembali 2 hari
dan sudah mendapat kekasih baru eh?”
Heebum menatap kesal si
pengemudi mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Hatinya miris
memikirkan orang itu bahkan baru saja datang dan langsung berhasil
membuatnya berselera ingin segera
mengusirnya.
“Kenapa diam? Cepat
buka gerbangnya!”
“Yaa! Kim Heechul!
Kubunuh kau!”
===
Another
Day...
“Kau gila! Bukan seperti itu!”
“Apanya yang gila?”
Hyobin dan Seulrin
menoleh ke arah suara itu dan mendapati Heebum yang melangkah menuju meja
mereka. “Heebum. Kemarilah cepat!”
Heebum segera bergegas menduduki
kursi di meja yang sama dengan mereka. “Ada apa?”
“Kau tahu?” Seulrin
melirik ke arah Hyobin dengan senyum jahil yang terpampang di bibirnya.
“Hyukjae Oppa. Dia menyukai Hyobin.”
“Ya! Sudah kubilang itu
tidak benar!” protes Hyobin, tidak dihiraukan kedua orang di hadapannya itu
karena sibuk meredakan tawa mereka.
“Sudah kuduga.
Seharusnya kau senang Hyo...”
Melihat kondisi yang
seperti ini, Hyobin sudah bisa menebak bahwa sekeras apa pun dia mengelak,
kedua orang itu takkan mendengarnya. Dia sudah mengenal, benar-benar memahami
bagaimana watak mereka hingga ke akar-akarnya. Heebum, Hyobin dan dirinya
sendiri. Sudah sulit dipisahkan bahkan sejak
taman kanak-kanak.
“Aku tidak berani
berharap. Aku tidak mau jatuh lagi seperti dulu.”
Tawa keduanya berhenti
dalam sekejap begitu mendengar penuturan lirih dari Hyobin. “Apa kau belum melupakan
perasaanmu pada Dujoon?” Mimik wajah Heebum begitu serius menanggapi ucapan
Hyobin. Tawa Seulrin juga lenyap. Mereka menatap Hyobin dengan serius. Menanti
apa yang akan gadis itu utarakan, sementara Hyobin tetap diam. Menimbang-nimbang
harus memulainya darimana.
“Aku bingung,” ucap
Hyobin pada akhirnya, “entah aku sudah melakukannya dengan benar atau tidak.
Aku bingung membedakan rasanya sudah melupakannya atau belum.”
“Kau sudah
melupakannya,” tegas Heebum setelah beberapa saat hanya diam dan mencari kepastian
dari mata Hyobin.
“Entahlah... aku
sendiri tidak paham.”
“Kau tak perlu
melupakannya. Terlalu mustahil. Kau tak mungkin bisa melupakan seseorang dari
ingatanmu. Tentu saja.” Seulrin ikut angkat bicara. “Kau hanya perlu mengurangi
perasaanmu sebelum akhirnya akan hilang sama sekali Hyo... hanya itu.”
“Kau tidak pernah
benar-benar mencoba membuka hatimu untuk pria lain. Kau malas menerima
perubahan. Padahal menurutku Hyukjae Sunbae
itu tipe-mu sekali. Benar kan?” Heebum menyenggol siku Hyobin,
menaik-turunkan alisnya menggoda gadis itu.
“Ya! Urusi saja urusan
kalian!”
Heebum dan Seulrin
hanya tertawa menatap punggung Hyobin yang melangkah pergi. “Hyo... Tunggu.”
Mereka melihatnya,
senyum manis di bibir sahabat mereka itu. Dan mereka tahu bahwa Hyukjae tidak
perlu menunggu waktu yang terlalu lama lagi untuk menerima balasan atas
perasaan tulusnya pada Hyobin. Sebentar lagi.
===
“Kau tahu sendiri bagaimana dia padaku.
Akan sulit membuatnya melupakan masa lalu.”
“Percayalah, dia seperti ini bukan
karena pria itu. Yang harus kau lakukan sekarang adalah berusaha lebih keras
sedikit lagi. Dan dia akan menyerahkan diri padamu, Sunbae.” Heebum menjawab pertanyaan Hyukjae.
Gadis itu bahkan sudah lupa apa yang mereka bahas tadi hingga bisa
sampai membicarakan hal ini. Dia hanya keluar dari kelasnya, lalu melangkah
melewati kantin saat Sungmin kemudian memanggilnya dan memintanya bergabung.
Jadilah sekarang dia duduk dikelilingi pria-pria super tampan sahabat sepupunya
itu.
“Kau yakin?” tanya Hyukjae ragu.
“Ya. Tentu saja. Aku sudah mengenalnya seumur hidupku, Sunbae. Ah, Sungmin Oppa, aku minta.” Tangan Heebum menggapai piring berisikan brownis
di hadapan Sungmin yang sudah setengah habis. Memotongnya menggunakan sendok
yang tergeletak di atasnya lalu dengan cepat memasukan potongan kue tersebut ke
dalam mulut. Semua dilakukannya dengan terburu-buru hingga tidak sempat
mendengar jawaban dari Sungmin.
“Heebum-a, itu bukan milikku,
kue itu milik—“
“Tidak apa-apa, Hyung.”
Kunyahan Heebum terhenti seketika.
“Tidak apa-apa. Kalau kau suka, kau boleh menghabiskannya.”
Heebum menatap Kyuhyun dengan tatapan shock. Oh! Perlukan dia menenggelamkan wajahnya masuk ke dalam tas
saat ini juga? Dia terlalu yakin bahwa wajahnya sudah semerah pantat kera
sekarang. Entahlah. Yang pasti dia berniat tidak akan memunculkan batang
hidungnya ke hadapan Kyuhyun setelah ini.
“Secara tidak langsung kalian baru saja berciuman. Menggunakan sendok
yang sama, eo?”
Demi Tuhan! Apa lagi ini? >/////<
===
“Sudahlah.
Kau ini berisik sekali!” Seulrin mendekatkan wajahnya ke cermin. Lagi.
Memastikan polesan eyeliner-nya tidak
berantakan.
“Lagipula aku tidak yakin Kyuhyun Oppa akan mempermasalahkannya,” tandas Hyobin
yang berdiri memunggungi cermin, menatap iba pada pintu kamar mandi di
hadapannya.
“Tapi aku malu sekali.” Entah sudah berapa lama Heebum duduk di atas
kloset yang tertutup itu. Mengusap wajahnya kasar dan sesekali memekik kecil
merutuki perbuatannya yang mempermalukan dirinya sendiri.
“Sudahlah. Kau berlebihan sekali. Ayo keluar.” Hyobin membereskan
peralatan make up-nya lalu beberapa
kali mengetuk pintu kamar mandi. “Atau kau mau disini sendiri?”
“Jangan!” Pintu menjeblak terbuka. “Ayo pergi.”
===
Another Day...
Heebum
sedang asyik mendekam di antara rak-rak buku. Menjadi mahasiswa baru di
semester keempat membuatnya harus menyesuaikan diri dengan karakter dosen di kampus
ini. Dan 7 buku sudah menantinya untuk dipelajari. Keadaan perpustakaan tidak
begitu ramai. Hanya segelintir mahasiswa yang mau menghabiskan waktu mereka
disini. Dengan fakta itu saja dia masih harus mengantre untuk mendata apa saja
buku yang dipinjamnya.
Masih ada dua mahasiswa sebelum gilirannya tiba. Sambil menunggu, gadis
itu iseng menatap keadaan di luar perpustakaan melalui pintu kaca.
Oh. Ya ampun.
Apa yang dia lihat langsung membuatnya mengalihkan wajahnya cepat
sementara jantungnya nyaris melompat. Sungmin dan kawan-kawannya baru saja melangkah
melewati perpustakaan. Beruntung kaca pintu itu gelap sehingga cukup kecil
kemungkinan mereka dapat melihat ke dalam. Gadis itu mengembuskan napasnya
lega. Entah sudah berapa kali dalam hari ini dia menghindari Kyuhyun.
Heebum langsung membawa buku-buku itu setelah menyelesaikan administrasi.
Dia berbalik dan menubruk dada bidang. Sesuatu yang aneh dirasakan oleh gadis
itu, seolah dia begitu mengenali aroma pria ini. Saat dia mendongak untuk
memastikan siapa yang berdiri di hadapannya, yang muncul adalah wajah orang
yang paling dia hindari hari ini. Aish! Aku bisa benar-benar gila.
Otaknya tidak sempat berpikir darimana datangnya pria itu karena
tubuhnya sendiri sudah lebih dulu menegang saat Kyuhyun merapatkan tubuh mereka.
Apa? Dia mau apa?
“Jika kau berniat menghindariku karena kejadian kemarin...,” Suara
Kyuhyun yang terdengar begitu putus asa justru membuat Heebum lebih kalut. “lupakan
saja.”
Antara harus berkonsentrasi menjinakan jantungnya atau mencerna ucapan pemuda
itu, dia bahkan tidak menyadari bahwa sebagian bukunya sudah diambil alih oleh
Kyuhyun. “Kenapa diam disitu?”
Suara itu membuyarkan lamunan Heebum, matanya kini terfokus pada wajah
tampan yang menunggunya di depan pintu perpustakaan.
“Ayo, pergi. Heebum-a.”
===
Mereka
melangkah beriringan melewati pelataran kampus. Dengan jarak yang sedekat itu,
tidak mengherankan seringnya kulit mereka bergesekan. Dan jujur saja, Heebum sedikit
terganggu dengan itu. Terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tak
mempedulikan wajah penasaran yang tercetak jelas pada setiap orang yang mereka
lewati.
“Nunna...” Sesosok anak kecil
yang berusia sekitar 4 tahun keluar dari salah satu mobil dan berlari
menghampiri Heebum saat mereka memasuki area parkir kampus.
“Hai, littleboy.” Heebum
tersenyum.
“Siapa namamu?” Kyuhyun berjongkok di hadapan anak itu, menyejajarkan
tinggi mereka walaupun tetap saja dia lebih menjulang.
“Joonhee imnida. Hyung teman
Heebum Nunna ?”
Kyuhyun mengangguk. “Kau bisa memanggilku Kyuhyun Hyung jika mau.”
“Tentu saja, Kyuhyun Hyung.”
“Anak pintar.” Senyum manis merekah di bibir Kyuhyun yang hanya membuat
ketampanannya bertambah berkalilipat, sementara tangannya tak tinggal diam –mengacak
rambut Joonhee lembut.
“Kau sudah selesai, Heebum-a?”
Seorang wanita muda keluar dari dalam mobil. Cantik dan terlihat usianya hanya
terpaut beberapa tahun lebih tua dari Heebum.
“Sudah.” Heebum beralih menatap Kyuhyun yang sudah beranjak dari
posisinya. “Dia kakak iparku. Raejoon Onnie,
ini sunbaeku.”
Kyuhyun membungkukan badannya. “Kyuhyun imnida.”
“Ah ye... Raejoon imnida.”
TINN TINN
“Kalian ini lama sekali!” teriakan Heechul terdengar seiring kepalanya
yang menyembul dari jendela mobil.
“Ya!” Heebum yang kesal karena dikejutkan suara klakson yang dibunyikan Oppa-nya itu langsung menendang bagian
depan mobil Heechul hingga terdengar bunyi berdebum yang keras. Sontak saja
semua mata di tempat itu melebar. Apa gadis itu gila? Bahkan suara pekikan sumpah
serapah sudah keluar dari mulut Heechul dengan bebasnya.
“Kau!” Heechul turun dari mobil dan membanting pintunya. Dia berjongkok
memeriksa keadaan bamper depan kendaraan super mahalnya itu. “Kau tahu berapa
harga mobil ini hah?” bentak Heechul.
“Kau pikir aku peduli?” balas Heebum dengan nada tinggi.
“Assh! Anak ini!”
Heebum sudah bersembunyi di belakang tubuh Kyuhyun saat melihat Heechul
yang berniat memukulnya. Namun dengan kekuatan cinta (-___-) , hal itu dapat
dicegah oleh Raejoon. “Sudahlah. Kalian ini memalukan. Ayo pulang,” ujar
Raejoon menengahi, menahan tangan Heechul yang sudah terangkat ke udara.
“Baiklah, Kyuhyun Sunbae, aku
pulang.” Heebum mengulurkan tangannya mengambil buku-buku yang seperti tidak
rela berpisah dari dekapan Kyuhyun. “Terima kasih untuk bantuanmu.” Gadis itu
mengikuti Joonhee dan kedua kakaknya yang sudah terlebih dulu masuk ke mobil.
Kyuhyun masih saja tersenyum saat mobil itu sudah semakin menjauh.
Mengingat kembali pertengkaran yang baru saja terjadi di depan matanya. Dan
pemikiran gila bahwa suatu saat nanti dia akan menjadi bagian dari keluarga itu
membuat tawa kikuk keluar begitu saja dari mulutnya.
===
“Hai Oppa.”
Jongwoon menoleh dan melihat Heebum yang berjalan ke arahnya.
“Berani-beraninya kau menampakan senyum seperti itu setelah kembali ke Korea
dan tidak menjadikanku orang yang pertama tahu.” sinis Jongwoon.
Gadis itu hanya bisa tertawa. Heebum tahu bahwa mimik kesal di wajah
pemuda itu hanya buatan. Dia sudah terlalu memahami Jongwoon untuk sekadar
dibohongi seperti ini. Keningnya seketika berkerut saat melihat Jongwoon yang
merentangkan tangan di hadapannya. “Apa?”
“Tidak berniat memelukku?” Alis Jongwoon naik turun menatap Heebum.
“Kau ini.” Tidak sampai sedetik mereka sudah berpelukan erat. Sudah 6
bulan terakhir mereka tidak bertemu, hanya memanfaatkan kemajuan iptek untuk
meleburkan perbedaan benua yang begitu jauh. Dan itu semua tidak membuat
hubungan mereka menjadi canggung.
“Kau baik-baik, kan?” tanya Jongwoon begitu melepas pelukannya. Mereka
melangkah menuju ruang keluarga dan kemudian mengempaskan pantat mereka ke sofa
mahal rumah itu.
“Kau tidak lihat? Sangat baik. Yang berbeda hanya daya pikatku yang
semakin menjadi-jadi. Ya! Apa yang kau tertawakan?” protes Heebum saat melihat
pria itu sedang menahan tawanya. Bantal sofa sudah beberapa kali mendarat mulus
di wajah Jongwoon. Tawa keras dan sumpah serapah keduanya sudah menyatu dengan
udara. Beruntung Tuan muda rumah ini memutuskan berada di rumah depan sehingga
tidak perlu menguras tenaga untuk menegur kedua orang itu.
Heebum dan Jongwoon bukan saudara. Keadaan yang membuat mereka mau tak
mau saling mengenal. Keadaan yang sebenarnya ingin Heebum tolak habis-habisan,
bahkan saat posisi itu diisi oleh Jongwoon sekali pun, dia tetap tidak
menyeganinya. Mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai saudara. Tidak
bisa dalam konteks lain. Meskipun sebenarnya mereka dilarang melakukan ini.
Tidak pantas. Hubungan di antara mereka pada masa depan bahkan harus benar-benar
terlepas dari ikatan persaudaraan. Harus. Dan hal tersebut sudah harga mati.
===
Another Day...
Heebum
membalik halaman buku yang sedang dibacanya. Dia mendudukkan tubuhnya ke lantai
setelah memastikan tidak terlalu banyak orang di sudut belakang ruangan ini. Kelas
berikutnya yang akan dia hadiri baru akan dimulai satu jam lagi dan berhubung
kedua sahabatnya yang lain tidak mengambil mata kuliah yang sama, akhirnya dia
memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Gadis itu menoleh saat merasakan keberadaan seseorang di sampingnya. Dan
benar saja. Seorang pria yang sering muncul di pikirannya belakangan ini sudah
duduk manis dengan senyum menyilaukan yang memperlihatkan cekungan kecil di
bagian kanan bawah bibirnya. “Hai.”
Heebum membalas senyuman itu, kemudian dengan cepat mengalihkan
pandangannya kembali ke buku. Sejujurnya itu hanya kamuflase untuk menutupi
kegugupan yang –untuk kesekian kalinya—disebabkan karena berada dalam jarak
yang sangat dekat dengan seniornya yang tampan itu. Tidak ada satu kata pun
dari buku yang bisa dia cerna, pikirannya kosong dan hanya matanya saja yang
bergerak.
Dia merasakan sepasang mata sedang memperhatikannya, menimbulkan efek
yang sangat merepotkan untuk dapat dikendalikan. Degupan jantungnya sudah
berulah, dipadu dengan saliva-nya
yang bahkan seolah berubah menjadi batu sehingga sulit sekali untuk ditelan.
“Kau sedang membaca apa?”
Oh, ya Tuhan. Heebum bahkan dapat merasakan embusan napas pria itu di
lehernya. Napasnya memburu dan sebuah keputusan besar bagi Heebum untuk
menolehkan kepalanya ke samping. Sesaat setelahnya Heebum dibuat tak berkutik sama
sekali saat matanya terperangkap dalam bola mata indah kecoklatan milik
Kyuhyun. Mereka sama-sama mematung dalam posisi itu. Memandangi wajah satu sama
lain dalam kesunyian. Benar-benar tidak rela untuk mengalihkan mata. Embusan
lembut napas segar Heebum yang menerpa wajah Kyuhyun, membuat pikirannya
memburam. Sudah terlambat untuk bisa berpaling.
Heebum terengah ketika Kyuhyun mulai memiringkan wajahnya dan mengikis
jarak di antara mereka. Syarafnya seakan lumpuh mendadak ketika pada akhirnya
sesuatu paling lembut yang pernah dia rasakan menyentuh bibirnya. Kecupan
ringan yang lama, kemudian berubah saat Kyuhyun mulai memainkan bibirnya yang
hangat. Begitu lembut, hingga seolah menerbangkan gadis itu ke angkasa.
Dia kaku. Menatap mata Kyuhyun yang juga sedang menatap matanya. Katakan
gadis itu tidak waras karena detik berikutnya dia justru memejamkan matanya dan
mulai menikmati setiap sentuhan Kyuhyun di tubuhnya.
Waktu berjalan, hingga akhirnya Heebum menyadari apa yang sedang mereka
lakukan adalah salah. Dia segera mendorong tubuh Kyuhyun menjauh. Pria itu
menatap Heebum dengan beragam pertanyaan memenuhi kepalanya. Wajah Heebum yang
tidak secerah tadi. Apa dia berbuat kesalahan? Pemuda itu melihat Heebum berdiri
dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. “Kau gila, Sunbae!”
“Heebum, tunggu!” teriak
Kyuhyun saat Heebum beranjak dari tempatnya. Gadis itu melangkah keluar
perpustakaan dengan gontai. Mengusap air mata yang keluar entah karena apa. Sementara
Kyuhyun masih belum beranjak. Memejamkan matanya dan memijit pelipisnya yang dipenuhi
wajah suram Heebum tadi. Pemuda itu mengacak rambutnya kasar. “Arrgghh!”
===
Some Days later...
Heebum
membalikkan tubuhnya saat mendengar namanya dipanggil. Terlihat dua mahasiswi
melangkah menghampirinya. “Bagaimana tugas kita untuk minggu depan?” Ketiga
gadis itu sibuk membahas tugas. Sesekali tertawa ketika ada sesuatu yang lucu
ataupun keluarnya sumpah serapah spontan yang ditujukan untuk dosen mereka yang
memberikan tugas tidak manusiawi ini.
Kyuhyun hanya diam berdiri menyandarkan badannya ke dinding, terus
mengawasi Heebum yang bahkan belum menyadari keberadaannya. Pemuda itu
memiringkan kepalanya untuk memperjelas matanya menangkap wajah gadis itu yang
sedang tersenyum, seperti angin musim semi yang menyejukkan.
Setelah obrolan mereka selesai, kedua mahasiswi itu pergi meninggalkan
Heebum. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar dan terhenyak saat
melihat Kyuhyun sedang menatapnya diam. Mencoba tidak menghiraukan, gadis itu
kembali melangkah, dengan tatapan yang masih tertambat pada wajah pria itu. Langkahnya
memelan saat jarak ke duanya semakin dekat. Belum ada yang berbicara, dilihat
dari ekspresinya pun sepertinya Kyuhyun juga tidak berniat menyampaikan
sesuatu.
“Begini caramu menghindariku?”
Langkah Heebum otomatis terhenti. Dia berbalik, melihat ke arah Kyuhyun
yang hanya terlihat sisi kanan wajahnya saja. Pria itu beringsut dari
posisinya, melangkah hingga membuat mereka berdiri berhadapan. “Kau puas
menghindariku?”
“Lalu apa masalahmu?”
Pemuda itu diam. Tetap egois dengan tidak memikirkan ucapan gadis itu.
Dia tentu saja memiliki hak apa pun pada gadis itu, apa tidak cukup jelas
perilakunya selama ini? Tidak peduli apa yang akan dilakukan gadis itu ke
depannya. Jika Heebum menjauh, maka yang harus dia lakukan hanya mengeluarkan
sedikit usaha untuk menariknya kembali.
Heebum terdiam. Sebenarnya dadanya sesak harus mengatakan hal itu, tapi
di sisi lain, ini adalah yang paling benar. “Berhentilah, Sunbae. Berhenti.” Berhentilah.
Sebelum aku benar-benar mencintaimu.
“Apa? Di bagian mana aku harus berhenti? Tidak ada satupun yang harus
aku hentikan.”
“Kau tidak tahu apa-apa tentangku.” Suaranya lirih nyaris tak terdengar.
“Kau hanya perlu membiarkanku masuk. Biarkan aku yang berusaha. Apa
memang sesulit itu?” Kyuhyun menarik kepala Heebum menuju bahunya, memeluk
ringan pundak gadis itu. “Aku mencintaimu.”
===
Another Day...
“Kudengar
kau berhasil.” Kyuhyun, Hyukjae dan Donghae menghabiskan siang mereka di kantin
kampus, mengisi perut atau sekadar menghabiskan waktu bersama.
“Aku tidak menyangka Hyobin mau denganmu,” ujar Kyuhyun bercanda.
“Eee... setelah begitu banyak yang dia perjuangkan, sudah seharusnya
Hyobin melakukan ini,” bela Donghae dengan lengan yang sudah mengapit leher
Hyukjae, “ya, kan?”
“Pria sejati akan memperjuangkan apa yang mereka mau,” timpal Hyukjae
dengan wajah bangga.
Kyuhyun tersenyum sendiri mendengarnya. Dia juga sedang berjuang. Hanya
tinggal menunggu waktu hingga gelar pria sejati berada dalam genggamannya.
“Bagaimana dia menjawabnya?” Itu adalah percakapan terakhir yang
diperhatikan oleh Kyuhyun. Yang dilakukannya sekarang justru menatap Heebum
yang sedang menikmati makan siangnya sendiri di salah satu meja tak jauh mereka.
Dan sekali lagi, gadis itu tak menyadari keberadaannya.
Mata Kyuhyun masih terpancang ke sana ketika Heebum berhenti bergerak.
Wajahnya memerah dan kesakitan, tangannya meraba daerah sekitar leher yang
seperti membuatnya tidak nyaman. Kyuhyun segera bangkit mengejar Heebum saat
gadis itu menyeret kakinya meninggalkan kantin. “Kau baik-baik saja?” Tangan
Kyuhyun spontan mengusap peluh yang membasahi wajah Heebum, tangannya yang lain
mendekap pinggang gadis itu. “Kau sakit?”
Heebum mengerang kesakitan. Tidak nyaman dan menekan daerah rongga
dadanya.
“Ya Tuhan.”
===
“Brengsek!
Cepatlah sedikit!” Kyuhyun duduk di kursi penumpang memeluk tubuh Heebum yang
napasnya terengah, tergagap seolah udara dirampas secara paksa dari paru-parunya.
“Bertahan. Kau harus bertahan. Sebentar lagi kita akan sampai. Tatap aku!
Jangan pikirkan apa pun, kau mengerti, kan?” Suara Kyuhyun bergetar saat
mengucapkannya.
Pemuda itu meremas telapak tangan pucat Heebum yang basah oleh keringat
dingin. Wajah gadis itu begitu tegang dan kesakitan. Dadanya naik turun tak
beraturan seolah terlalu sulit menghirup segenggam udara untuk paru-parunya.
“Sesak sekali... aku tidak bisa bernapashh hh.” Heebum memukul-mukul
dadanya, tangan Kyuhyun langsung menghentikan hal itu.
“Berhenti! Tidak akan membantu!”
“A-aku.. tidakhh bisa bernapas...”
Tatapan mata Kyuhyun begitu kacau, dia sudah tidak bisa berpikir normal
lagi untuk menolong gadis itu. Jadi dia akan melakukan satu-satunya cara yang
terlintas dalam otaknya.
“Keparat. Kau masih berpikiran seperti itu saat keadaannya sekarat
seperti ini hah?!” teriak Donghae saat melirik ke belakang.
“Diam brengsek! Dia harus bernapas.” Kyuhyun terus berusaha. Mengembuskan
udara dari mulutnya ke mulut gadis itu. “Kau harus bertahan. Mengerti, kan?”
===
“Apa
yang terjadi?” Kepanikan di wajah keluarga Heebum tidak dapat disembunyikan.
Mereka –Heechul, Raejoon, Joonhee, dan Kim Sora (ibu Heebum) bahkan belum
sempat menarik napas saat menanyakan hal itu.
“Dokter sedang memeriksanya,” jawab Sungmin yang terduduk lesu. Dia
sedang berada di cafe saat Donghae dengan suara panik meneleponnya dan langsung
bergegas kemari.
Kyuhyun hanya menatap mereka sekilas, kemudian lantai seperti lebih
menarik perhatiannya. Entah sudah berapa lama dia berdiri bersandar dinding
seperti ini. Dia baru saja melewati kejadian paling menegangkan dalam hidupnya.
Aroma lembut Heebum bahkan masih menempel di jaket. Dia menoleh saat seseorang
mengulurkan sekaleng minuman dingin. Heechul, meminum minumannya sendiri setelah
Kyuhyun menerima pemberiannya. “Terima kasih. Kudengar kau yang menolongnya.”
===
Keluarga
gadis itu sedang di dalam dan itu artinya belum saatnya Kyuhyun untuk masuk. “Dia
sudah tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Sungmin menepuk bahu Kyuhyun yang masih
duduk termenung di luar kamar rawat. “Paru-parunya alergi kerang.”
Kyuhyun mengangguk singkat, kemudian menunduk lagi. Suara pintu yang
terbuka menarik perhatiannya. Ibu Heebum melangkah mendekat kemudian mengusap
lengannya lembut. Tersenyum manis khas seorang ibu yang mengetahui anaknya
baik-baik saja. “Entah apa yang harus aku berikan padamu. Terima kasih, Nak.” Kyuhyun
tersenyum tulus membalas senyuman itu. Akhirnya tahu darimana asal wajah
proporsional Heebum. “Masuklah.”
Kyuhyun melangkah mendekati ranjang. Heebum tertidur dengan alat bantu
pernapasan yang terpasang di sekeliling hidungnya. Wajahnya sudah tidak
tertinggal sisa-sisa kesakitan. Tangan Kyuhyun terulur mengusap kepala Heebum
dengan sayang. Tak berapa lama Heebum terbangun, membalas tatapannya.
“Sudah lebih baik?” tanya Kyuhyun lirih.
Gadis itu mengangguk. Entah kenapa matanya terlihat sedih. Seperti
hampir menangis.
Mereka dikagetkan dengan pintu ruangan yang tiba-tiba menjeblak terbuka.
“Oh, ah, maaf.” Jongwoon yang tidak tahu situasi langsung membungkuk dan keluar
setelah menutup pintu dengan benar. Kemudian ruangan kembali bisu.
“Sudah malam. Istirahat yang baik. Aku pergi, eo?”
Kepala Heebum mengangguk, tidak sengaja meneteskan 2 bulir air mata dari
ujung matanya dan Kyuhyun melihatnya. “Kenapa menangis?”
Aku mencintaimu. Bagaimana ini? Heebum menggeleng. Meyakinkan Kyuhyun bahwa
dirinya baik-baik saja.
Pria itu tersenyum kalem. “Cepat sembuh, kau paham, kan? Aku pulang.”
Kyuhyun merunduk mengecup pipi Heebum lama, kemudian melangkah pergi.
===
Some Days Later...
Dua
teman Heebum beranjak pergi dan meninggalkan dia sendiri ketika melihat Kyuhyun
mendekat. Meskipun begitu, gadis itu masih sempat menangkap ekspresi kagum dari
kedua temannya saat menatap Kyuhyun. Heebum membalas senyuman yang Kyuhyun
tujukan untuknya. Pria itu meraih pinggangnya mendekat, menyatukan alis mereka.
“Aku merindukanmu.” Heebum terkekeh kecil.
“Ayo pulang.”
Gadis itu masih diam di tempat, membuat langkah Kyuhyun yang sedang
menggenggam tangannya ikut terhenti. “Tidak usah naik mobil, naik bus saja.”
“Mwo?”
===
Mereka
melangkah beriringan menuju halte bus yang lumayan jauh jaraknya dari kampus.
Tangan Heebum menaut sempurna di dalam genggaman hangat jari-jari Kyuhyun yang
panjang. Pipi kemerahan gadis itu membuat Kyuhyun semakin gemas. Dia
melingkarkan tangannya ke bahu Heebum.
“Ya!” Heebum mendorong Kyuhyun menjauh. “Ini tempat umum, Kyuhyun-a.”
Suara kekehan Kyuhyun terdengar, menertawakan dirinya sendiri yang
begitu bahagia dengan kemajuan hubungan mereka. Gadis itu tidak lagi memungkiri
perasaannya yang sesungguhnya. “Sejak kapan kau mulai tidak sopan denganku?”
tanya Kyuhyun santai, masih berjalan mengimbangi langkah kaki gadis di
sampingnya.
“Sejak kapan?” Heebum memberi jeda dengan pandangan yang menerawang ke
langit, pura-pura berusaha mengingat. “Sejak aku yakin kau akan selalu
mendukung apa yang akan aku lakukan, kurasa.”
Langkah kaki Kyuhyun terhenti seketika. Dia termenung dengan perkataan
yang baru saja didengarnya hingga tidak menyadari bahwa gadis itu sudah
melangkah jauh memimpin.
“Kyuhyun-a, perjalanan kita
masih panjang,” teriak Heebum tanpa mau bersusah payah membalikkan tubuhnya
menghadap Kyuhyun.
Pria itu tersadar dari lamunannya, mengejar langkah Heebum dengan senyum
samar yang menghiasi wajah tampannya. Kemudian tangannya yang hangat terulur
menggenggam ringan pergelangan tangan gadis itu. “Kau benar. Perjalanan kita
masih panjang.”
===
“Bukankah
begini lebih baik?” Alis Kyuhyun bertaut saat mendengarnya.
Tidak terlalu banyak orang yang berada di dalam bus siang ini, cukup
lengang sehingga membuat keduanya bebas memilih tempat duduk.
“Kau tidak perlu berlama-lama menatap jalan untuk mengemudi, itu membuatku
bisa melihat wajahmu sampai puas. Benar, kan?”
Pemuda itu hanya diam menatap Heebum, mengukir cara gadis itu tersenyum
di benaknya. Hatinya hangat hingga bibirnya tak mampu menyembunyikan senyum indah
yang menampilkan deretan gigi putihnya. “Ya, tentu saja. Dan supaya aku bisa
melihat senyummu sepanjang perjalanan.”
Jauh di dalam pikiran keduanya, terbesit keinginan akan munculnya
kemacetan yang sangat sulit untuk diuraikan, yang mampu membuat waktu seperti
ini menjadi lebih lama. Quality time.
Meskipun mereka tahu bahwa mereka takkan pernah puas.
===
Another Day...
“Pantas
saja wajahnya cerah sekali tiga hari belakangan ini.” Heebum kembali menyesap
minumannya. Dia berhasil menahan Hyobin –setelah melewati debat kolot yang
lumayan panjang—agar mau menceritakan keseluruhan hubungannya dengan Hyukjae.
Dan dia ikut bahagia. Sahabatnya yang malas menerima perubahan itu kini sudah
maju selangkah lebih unggul. Menurutnya, sunbae
yang bernama Lee Hyukjae itu cukup baik, memenuhi selera Hyobin tentu saja.
“Puas? Dasar pemaksa.”
Heebum mengikuti arah pandang Hyobin yang melihat ke balik punggungnya.
Ada puluhan mahasiswa di sana, termasuk Kyuhyun. Heebum kembali menatap Hyobin.
“Apa yang kau lihat?”
“Itu.” Hyobin menghedikkan dagunya. “Beberapa mahasiswa memasangkan
mereka berdua. Kyuhyun dan Jiyeon. Memang terlihat sangat serasi sebenarnya.”
Heebum mengangguk. Dia sudah mendengar hal ini dengan versi yang lebih
lengkap dari Kyuhyun. Pria itu sudah menjelaskan segalanya hingga tuntas. Jadi
dia tidak punya alasan untuk patah hati karena hal ini. “Kupikir akan lebih
serasi jika Kyuhyun sunbae denganku
saja.”
Hyobin langsung menganga mendengar ucapan Heebum barusan. Sementara
Heebum sudah tergelak melihat reaksi berlebihan yang diberikan Hyobin. “Hei,
kau ini serius sekali. Aku hanya bercanda.” Heebum menyesap minumannya hingga
habis, kemudian mulai memasukkan barang-barang ke dalam tas. “Kau sudah
selesai, kan? Ayo pulang.” Heebum baru akan bangkit dari kursi saat Hyobin
memanggil namanya.
“Setelah ku pikir-pikir...,” Memainkan sedotan di gelasnya, Hyobin belum
menatap Heebum. “...ucapanmu ada benarnya.”
Alis Heebum terangkat. Ucapan? Yang mana? Hyobin menatap Heebum dengan
tatapan menyerah. “Kyuhyun Oppa. Memang
terlihat lebih serasi denganmu.”
===
Kyuhyun
mengedarkan pandangannya menyisir sekitar. Seingatnya jam kuliah Heebum sudah
berakhir, jadi seharusnya gadis itu kini berada di antara puluhan mahasiswa
yang menyesaki lobi kampus ini. Pemuda itu melangkah keluar mencari gadis itu,
hingga akhirnya pandangan matanya tertumbuk pada punggung tercantik yang sedang
berdiri di sana. “Sedang menunggu jemputan,
Agasshi?”
Gadis itu menoleh. “Ye. Sepertinya dia sedikit terlambat.”
“Ah, begitu rupanya. Siapa yang menjemputmu, Kim Heebum-ssi?”
“Pria aneh yang menyebalkan.”
Kyuhyun terkekeh, menarik pinggang Heebum mendekat. “Ayolah Sayang, aku
hanya bercanda.” Kepalanya terulur mencium pipi Heebum.
“Ya! Kim Heebum sialan! Kau bahkan tidak mengatakan apa pun padaku!”
Heebum bersembunyi di belakang tubuh tinggi Kyuhyun. Tertawa sambil
melongokan kepalanya melihat reaksi Hyobin yang sedang memakinya dari dalam
mobil Hyukjae, dan di bangku pengemudi tampak Hyukjae yang hanya tertawa. “Kau berhutang
penjelasan padaku, Kim Heebum!”
===
Mobil
Kyuhyun sudah berhenti sempurna di halaman depan rumah Heebum. Gadis itu
melepas seatbelt-nya, berencana
membuka pintu untuk keluar namun dicegah oleh Kyuhyun.
“Ada
ap—“
Beberapa detik berlalu, Kyuhyun mulai menjauhkan bibirnya dari milik
Heebum. “Hei, sudah selesai.” Tangannya mengibas di depan wajah Heebum. Membuat
gadis itu terkesiap kemudian tersadar bahwa Kyuhyun sedang menertawakannya.
“Ya! Berhenti tertawa!” protes Heebum.
“Baiklah, baiklah. Aku berhenti.” Kemudian mereka benar-benar diam.
Sedangkan mata mereka masih aktif menatap satu sama lain. “Ekspresimu tadi...
kau manis sekali.”
“Ya! Berhenti membahasnya. Aku malu.” Heebum beranjak membuka pintu
mobil lalu keluar, berbalik menghadap mobil lagi dan heran melihat Kyuhyun
mengikutinya turun. Pria itu mendekat,
melingkarkan lengannya di pinggang Heebum. “Kenapa? Kau mau mampir?”
Kyuhyun memiringkan kepalanya menelusuri wajah cantik Heebum yang tepat
berada di depan wajahnya, menarik kepala gadis itu ke bahunya dan merengkuh
pundaknya ringan. “Tidak. Lain kali saja.” Kyuhyun menghidu aroma lembut gadis
itu sebelum dengan tidak rela melepas pelukannya. “Baiklah. Aku akan
benar-benar pulang sekarang.” Pria itu memasukkan tangannya ke saku celana,
belum bosan menatap wajah gadis di hadapannya. “Istirahat yang benar. Kau masih
pucat. Aku pergi.”
Heebum melambaikan tangan sampai mobil Kyuhyun keluar dari gerbang
rumahnya. Gadis itu berbalik dan sontak menjerit terkejut melihat Jongwoon yang
sudah berdiri tepat di belakangnya. “Astaga, Oppa!”
Jongwoon masih menatap ke arah gerbang dengan pandangan menyelidik dan
jari-jari yang mengusap dagunya, pura-pura serius walaupun gagal. “Jadi dia
orangnya?”
Heebum mendengus. “Bukankah kau sudah melihatnya saat di rumah sakit?
Dasar payah.”
“Dia lumayan juga.” Pria itu berjalan cepat menyamai langkah Heebum yang
sudah lebih dulu masuk meninggalkannya.
“Tampan sekali lebih tepatnya. Jadi, Oppa...”
Heebum berhenti melangkah, menatap ke samping, tepat di manik mata Jongwoon, dengan
wajah diserius-seriuskan, “kapan kau akan mencari kekasih baru dan melupakan
Soobin-mu itu?”
“Masalah itu...” Mereka kembali melangkah menuju ruang keluarga, “aku
sudah menemukannya.”
“Apa?”
===
Another Day...
“Oppa, bukankah itu Kyuhyun Oppa?” Hyobin menunjuk ke arah taman
kampus, tempat Kyuhyun duduk sekarang.
“Sepertinya memang dia.”
“Astaga, dengan siapa itu?”
Hyukjae menyipitkan matanya, melihat siapa yang duduk di samping
Kyuhyun. Yang pasti bukan Heebum. Hyobin menggeser posisi duduknya mendekati
Hyukjae. “Apa hubungan mereka? Bukankah dia dengan Heebum?”
“Gadis itu hoobae-nya di High School dulu. Namanya Sungyoong.”
Hyobin bergeser lagi, tak tahu bahwa Hyukjae sedang menatap wajahnya
frustrasi. Gadis itu masih belum menyadari efek apa yang akan timbul dari jarak
mereka yang sedekat ini. “Benar hanya sebatas itu? Maksudku, jika Heebum tahu
mak-“ mata Hyobin sontak melebar saat pandangannya menangkap sesuatu.
Heebum, gadis itu berdiri di salah satu sudut yang terpencil, menatap ke
arah taman dengan wajah putus asa. Diam. Termenung menatap lantai lalu akhirnya
berbalik pergi dengan langkah gonrai tanpa pernah mau menoleh ke belakang.
“Oppa!” Hyobin menggoyang-goyangkan lengan Hyukjae, mengamati kemana
perginya sahabatnya itu. “Heebum di sana. Dia melihat semuanya! Bagaima-“
lidahnya mendadak kaku saat menoleh menatap Hyukjae, “-na ini?”
Dia akhirnya menyadari apa yang dilakukan Hyukjae sedari tadi. Mata pria
itu sudah mengakuisisi matanya, tak bisa dialihkan lagi. Tubuh gadis itu
seketika menegang saat menyadari wajah mereka yang semakin lama semakin dekat. “Kyuhyun?
Kau pikir aku sebaik itu sampai mau membantunya?” Dan pekikan tertahan Hyobin
terdengar saat bagian tubuh paling lembut kekasihnya itu bermain di atas
miliknya.
===
Heebum
membereskan buku saat dosen yang mengajarnya beranjak meninggalkan kelas. Dia
berdiri lalu menyampirkan tasnya ke bahu kanan dan berjalan keluar dengan
gontai, sesekali tersenyum membalas sapaan dari teman-temannya. Dia patah
semangat hari ini, sudah tak terhitung berapa kali dia menghela napas berat,
dadanya sesak dan hatinya seolah berlubang.
Melihat Kyuhyun sangat akrab dengan gadis lain di taman tadi membuatnya
merasa asing dengan pria itu. Bukan salah Kyuhyun, dia percaya dengan yang satu
itu. Pria itu berhak dekat dengan siapa saja yang dia kehendaki, lagipula siapa
Heebum? Pemikiran bahwa kemungkinan
Kyuhyun memperlakukan semua teman gadisnya sama seperti memperlakukan dirinya beberapa
kali muncul, membuat bahunya semakin turun. Kenyataannya bukan hanya
semangatnya yang patah hari ini, hatinya juga.
Wajahnya benar-benar tertekuk, dia hanya ingin segera sampai di rumah
dan tidur sampai malam, lalu mungkin besok dia akan membolos, dan besoknya, dan
besoknya lagi, dan besoknya lagi. Ah, lupakan saja.
Dia menatap lantai selama melewati lorong kampus yang sepi. Rasanya
waktu berjalan begitu lambat. Sepatunya mungkin sudah menangis jika bisa
merasakan perasaannya saat ini.
Sepasang lengan melingkari pundaknya tiba-tiba, menghentikan langkahnya.
Lengannya sendiri langsung terkulai lemas menjuntai di sisi tubuh, membuat tas
yang semula berada di bahunya tergeletak di lantai begitu saja. Dia sudah
terlalu hapal aroma ini. Kyuhyun. Gadis itu bergidik saat merasakan hidung
mancung pria itu yang menempel di lehernya. “Kenapa tidak menungguku?”
Heebum masih diam, bukan berarti tidak melakukan apa pun. Dia sedang
mengatur ulang hatinya, setidaknya dia tidak boleh terlihat begitu terpuruk di
depan pria itu karena cemburu. Bisa besar kepalanya nanti. Gadis itu memejamkan matanya, menarik napas
dalam sebelum membuka matanya lagi. Segalanya
akan baik-baik saja.
Kyuhyun membalik tubuh Heebum. Tangan gadis itu tanpa diperintah sudah
terulur menyingkap rambut yang menutupi dahi Kyuhyun lalu mengusapnya lembut.
Masih diam, hanya menikmati wajah sempurna dengan rahang tirus di hadapannya
itu.
“Kau marah padaku ya?”
Gerakan tangan Heebum mendadak kaku. Bibirnya tidak bisa dipaksa lagi
untuk tersenyum. Dia menurunkan tangannya, bergegas pergi namun Kyuhyun
terlebih dulu menahan sikunya. Beralih memeluk tubuh Heebum dari belakang.
Menempelkan punggung gadis itu dengan
dadanya. “Ada apa? Aku berbuat kesalahan?” Kyuhyun menyandarkan dagunya di bahu
gadis itu. “Aku minta maaf kalau begitu.”
“Apa yang harus kumaafkan?”
“Kau tidak memberitahuku di mana letak kesalahanku.”
“Kau tidak tahu di mana letak kesalahanmu karena kau memang tidak
bersalah. Kau tidak melakukan sesuatu yang salah.”
Keheningan melanda mereka setelahnya. Hanya deru napas dan nyanyian
angin yang melangkah memutari keduanya. Sesuatu yang dingin merambati leher
Heebum. Gadis itu menunduk untuk melihatnya dan langsung terkesiap. “Ya! Apa
maksudnya ini?” Heebum memutar tubuhnya menatap Kyuhyun untuk menuntut
penjelasan.
“Memang cocok sekali di lehermu.” Kyuhyun memandangi kalung emas putih
dengan bandul empat lingkaran yang saling berkaitan dengan mata berlian yang
bertaburan. Kecantikannya bertambah berkali-lipat saat gadis itu yang
memakainya. Begitu menakjubkan. “Jangan
dilepas!” cegah Kyuhyun saat melihat tangan Heebum yang sudah berada di
belakang lehernya, berniat mencari pengait kalung itu.
“Tapi ini terlalu berlebihan, Kyu.”
“Kubilang jangan dilepas.” Kyuhyun mengeluarkan sebuah kalung yang sama
persis dari saku celananya, yang satu ini berwarna hitam. “Keberatan jika
memasangkan ini ke leherku?”
Heebum mendecak sebal namun tetap melakukannya. Dia menjulurkan
tangannya melingkari leher Kyuhyun lalu menyatukan pengaitnya. Pekerjaannya
sudah beres jika saja Kyuhyun tidak
menahan pinggangnya. “Kau akan melepaskan kalung itu ketika mungkin
meninggalkanku atau kau ingin lepas dariku. Jadi—“ Ucapan Kyuhyun terhenti saat
lengan gadis itu melingkar memeluknya erat. Terlalu terkejut hingga tidak bisa
melanjutkan perkataannya.
“Mana bisa aku meninggalkanmu?”
Kyuhyun tersenyum dalam diam mendengar ucapan Heebum yang teredam bahunya.
Tangannya membalas pelukan Heebum. Mengusap
punggungnya dengan sayang. “Bagus. Jangan pernah kau lakukan.”
Tidak. Tidak akan pernah kulakukan biarpun
kau yang akan meninggalkanku suatu saat nanti.
=TBC=
huwaaaaaaaaaaaaaa upikabuuuuuuu aku terharu :')
BalasHapusthis ff so amazing so cool oh i can't say anything daebak!!!!! hahaha
dan diantara semuanya aku paling suka di bagian 'note'nya hahaha :p
ditunggu kelanjutannya gak sabar ini >,<
ehehe.. aku mbikin note nya 1 tahun sendiri tuh.. aku juga paling suka itu..
Hapuseh, makasih udah baca + comment ya.. aku tunggu kalo kamu mau nyusul ;)
lanjutannya? taun depan ya.. ehe
17 years old alohaaaa!!! akhirnya publish ff lagi ya si upikabu :') umumumu terharuuu,
BalasHapuswktu aku liat ada notif email baru "[Tulisan baru] Rempinkatoscasapphire" langsung aku klik loh, udh gitu aku mention yang kayak tadi gitu, smpe akhirnya ya yg tadi kita bahas di twitter :D
waktu aku baca, ada nama joonhee, aku lgsung lanjut baca. eh pas sampe "raejoon", aku baca ulang coba yg heebum ketemu joonhee, apakah dia anakku pik? :') iya, apa dia anakku dengan heechul? seneng bangeeet bacanya langsung tambah semangat tauuk,
bagus. ceritanya gk bisa ditebak nih. aaa sukasukasuka, penjabaran diskripsinya udh jelas juga paham bgt apa tujuannya, dan bagusnya juga ada feelnya gitu kayak rasa ingin tau trus ada keinginan baca sampe selesai, tapi sayangnya karakter semua tokoh mungkin perlu dijelasin lagi, biar gak bosen bacanya pik soalnya isinya kyu sama heebum semua kekekeke ya emg deng main cast nya kan mereka wkwk,
di part 2 nya nanti tepatin janji ya, harus ada raejoon-heechul-joonhee, se paragraf doong hihihi nanti dijamin aku tambah semangat lagi bacanya :)
over all, daebakk :D jjang!!!
padahal rencana awalnya aku mau ngeBOOM kalian.. tapi bocor duluan v_v ahaha
Hapusiya, Joonhee anak raejoon sama heechul. puas?! ehee
oke, makasih masukannya, bakal aku bikinin se 2 biji upil..
makasih banget udah baca + comment ya.. aku tunggu ff mu..
iihhh tara aja ada anaknya? lah aku belum punya anak huhu hahaha
Hapus“Hyukjae Oppa. Dia menyukai Hyobin.”
BalasHapus-Agak risih aku. haha maluuu :)-
“Apa kau sudah melupakan perasaanmu pada Jinwoon?” mimik wajah Heebum begitu serius menanggapi ucapan Hyobin.
-Aaaa jinwoon!!-
“Ya!! Urusi saja urusan kalian sendiri!”
-Oh my god aku enggak se galak itu :(-
Mereka melihatnya, senyum manis di bibir sahabat mereka itu. Dan mereka tahu. Bahwa Hyukjae tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama lagi untuk menerima balasan atas perasaan tulusnya pada Hyobin. Sebentar lagi.
-Kenapa harus tunggu sebentar lagi? bahkan detik ini akan kuberikan segalanya untuk eunhyuk wk. AMIN YA ALLAH!!-
“Kau tahu sendiri bagaimana dia padaku. Akan sulit membuatnya melupakan masa lalu dan beralih padaku.”
Kau salah hyuk, sangat mudah untuk mengalihkan pandanganku ke dirimu!
Syarafnya seakan lumpuh mendadak ketika pada akhirnya sesuatu paling lembut yang pernah dia rasakan menyentuh bibirnya. Kecupan ringan yang lama, kemudian berubah saat Kyuhyun mulai berhati-hati melumat bibirnya yang hangat. Begitu lembut, hingga seolah menerbangkan gadis itu ke angkasa.
-Di perpus CIUMNA? IUH -.--
“Kudengar kau berhasil.”
-Pastilah! masa Hyobin menolak pangeran eun wk-
“Aku tidak menyangka Hyobin mau denganmu,” ujar Kyuhyun dipenuhi nada candaan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.
-Mending hyukjae kemana-mana, kyu apaan tuh parah ciuman di perpus iuh wk-
“Pria sejati akan memperjuangkan apa yang mereka mau,” timpal Hyukjae dengan wajah bangga.
-AWW!! So sweet :*-
“Puas? Dasar pemaksa..!”
O-h sekali lagi, aku tidak segalak itu! bahkan aku akan dengan sukarelanya menceritakan semuanya pada sahabat2 ku. hm..-
Hyobin yang sedang memakinya dari dalam mobil Hyukjae, dan di bangku pengemudi tampak Hyukjae yang hanya tertawa.
-CIEEE!! Itu aku sama eunhyuk enggak ada ciuman gitu?-
Dia baru menyadari apa yang terjadi pada Hyukjae sedari tadi. Mata pria itu sudah mengakuisisi matanya, tak bisa dialihkan lagi. Tubuh gadis itu seketika menegang saat menyadari wajah mereka yang semakin lama semakin tak berjarak. Argh! Dia bisa gila!
-AAAA AKU MEMANG GILAAA!!-
Dan pekikan tertahan Hyobin terdengar saat bagian paling indah kekasihnya itu bertautan dengan miliknya.
-Bagian paling indah? itu apa pik? ASTAGAA!! aku mikirnya itu lhooo. tapi masak di mobil gituan?? wk-
Hmm.. agak aneh gimana gitu kyu yang ngejar2 wk. parah banget kyuhee pelukan lah, ciuman lah dll dilakukan di kampus? oh itu tidak sopan! wk. terus, kenapa kamu enggak menjelaskan bagaimana aku dan eunhyuk melakukan hal2 seperti ciuman atau bahkan lebih (?).. aku menunggunya!! bagus o bagus yey..2 shoot kan? aku harap yang ke dua aku dan hyuk lebih gituuu HAHAHAH
-Agak risih aku. haha maluuu :)
Hapus1. sok pemalu deh
--Aaaa jinwoon!!-
2. ganjen hii
-Oh my god aku enggak se galak itu :(--Kenapa harus tunggu sebentar lagi? bahkan detik ini akan kuberikan segalanya untuk eunhyuk wk.
3. non, geli sendiri bacanya
-Kau salah hyuk, sangat mudah untuk mengalihkan pandanganku ke dirimu!
4. iya, percaya
-Di perpus CIUMNA? IUH -.--
5. awesome kan?
-Pastilah! masa Hyobin menolak pangeran eun wk
6. cukup tau
--Mending hyukjae kemana-mana, kyu apaan tuh parah ciuman di perpus iuh wk-
7. eeei.. aku siksa lo eunhyuk mu di part selanjutnya
-AWW!! So sweet :*
8. nyesel ngasih ini
-O-h sekali lagi, aku tidak segalak itu! bahkan aku akan dengan sukarelanya menceritakan semuanya pada sahabat2 ku. hm..
9. tukang pamer-_-
--CIEEE!! Itu aku sama eunhyuk enggak ada ciuman gitu?-
10. v_v
-AAAA AKU MEMANG GILAAA!!
11. dari dulu
--Bagian paling indah? itu apa pik? ASTAGAA!! aku mikirnya itu lhooo. tapi masak di mobil gituan?? wk-
12. katanya mau dapet anak..
ahaha.. tapi makasih ya udah baca + comment.. aku tunggu ff mu
1. kalo sama eun emg maluuu.
Hapus2. jinwoon unyu o :p
5. bagiku menjijikkan
7. nganceem curang. kalo hyuk nyiksa aku di kasur gapapa
9. plis ya.. cerita bukan pamer. lagian galak gitu iuh enggak banget -.-
12. OOHHH!! jadi di mobil itu? mana bisa coba? ketatap2 sakit dongs
iyaaa sama-sama..cepetan yang shoot 2. ff ku belum ada lagi wk
kya... alfi :*
BalasHapuslike it so much...
jadi semangat baca ini... ada aku dan oppaku, second biasku pun ada juga hehe :)
dia nggak akan pernah bisa melupakan soobin, "karena seseorang dari masa lalu itu bukan untuk dilupakan namun untuk dikenang"-Yesung quote-
part 2 nya nggak pake lama ya...
Oke oke.. Quotenya yesung kece juga tuh.. Eh, makasih udah baca + comment yah
HapusPart 2 ? Ntar dulu deh