2013/06/25

{Fan Fiction} Us (Two-Shots END)


Credit Cover :

Texture :

cutepixie@bananajuice03    

.,.

Author : GaemFi

Genre : Romance

Main Cast : Cho Kyuhyun – Kim Heebum

Note : Teman-teman. FF ini bukan aku banget. Jadi nggak selera huwahahaha

===




===


“Apa yang sebenarnya sudah kalian lakukan?” Hyobin, Seulrin, Hyukjae dan Donghae menoleh ke arah Heebum yang melangkah mendatangi mereka dengan tergesa. Gadis itu sedang dalam keadaan tidak senang, terlihat dari pancaran matanya yang menggelap.

“Maksudmu apa? Melakukan apa?”

“Sungyoong. Apa yang sudah kalian lakukan padanya?”

Mereka terdiam dan saling melempar pandangannya ke arah lain sebelum akhirnya kembali menatap Heebum. “Hanya memberinya sedikit pelajaran.”

Stupid! Mereka membuatku gila, batin Heebum. Dia memutar bola matanya jengah, terdengar erangan tertahan dari sela-sela bibirnya. “Kalian tidak berhak melakukan itu.”

Seulrin mengibaskan tangannya ke udara. “Kenapa kau membelanya? Kyuhyun Oppa beberapa kali tidak menepati janjinya karena gadis itu, kan?”

Heebum terhenyak, logikanya membenarkan ucapan Seulrin. Tapi hidup bukan melulu soal logika, Heebum hanya orang asing yang baru kembali dari perjalanan panjangnya di belahan benua lain, kemudian keberuntungan memberondongnya sehingga tersesat di kehidupan Kyuhyun. Dan Sungyoong, gadis itu lebih dahulu muncul di kehidupan Kyuhyun jauh sebelum dirinya. Sesuatu kenyataan yang takkan pernah dilupakan Heebum. “Ta—tapi tetap saja kalian tidak berhak melakukan itu padanya.”

Seulrin menatap sesuatu yang tidak singkron pada wajah Heebum. Dia menarik dagu gadis itu perlahan untuk meniliknya dengan lebih jelas. “Kau terluka. Apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya?”

“Sungyoong juga memiliki pihak yang membelanya. Kau pikir siapa lagi?”


===


“Untuk apa Sunbae ke sini?” Beberapa gadis menghadang langkah Heebum, namun tidak cukup menghalangi pandangan matanya dari keberadaan Sungyoong.

Heebum memiringkan kepalanya sedikit. “Sungyoong, bisa kita bicara? Berdua saja? Apa kau keberatan?”

“Apa lagi yang ingin Sunbae  bicarakan dengannya hah? Setelah apa yang dilakukan teman-temanmu?”

Sungyoong beranjak dari duduknya. “Min-gi~ya, menyingkirlah.”

“Tapi—“

“Tidak apa-apa. Ayo, Sunbae.”

Heebum melangkah di belakang Sungyoong, mengabaikan tatapan teman-teman hoobae-nya itu yang sedang mengawasi dirinya. Dan punggung Heebum pasti sudah berlubang besar jika tatapan mata bisa sepanas laser.

“Maafkan aku.” Langkah Sungyoong terhenti, dia berbalik menatap Heebum yang melangkah mendekatinya. “Maafkan aku, Sungyoong.”

“Maaf? Sunbae bahkan tidak melakukan apa pun.”

“Teman-temanku. Aku mewakili mereka. Mereka tidak jahat, sungguh. Mereka tidak akan melakukan ini jika bukan karena aku. Kumohon jangan benci mereka. Tolong maafkan aku, apa kau bisa?” Gadis itu menggapai tangan Sungyoong, membuat Sungyoong akhirnya merasakan bagaimana hangatnya telapak tangan yang sering Kyuhyun ceritakan padanya.

Menanggapinya, Sungyoong tersenyum menatap mata grayish brown milik Heebum “Tidak, Sunbae. Aku yang seharusnya minta maaf. Kyuhyun Oppa terlalu mengabaikanmu akhir-akhir ini, dan yah- sedikit banyak karenaku.”

“Sebenarnya tanpamu pun dia memang kerap mengabaikanku.” Mereka terdiam, sebelum akhirnya terkekeh bersama. “Jadi,” Heebum bersuara, “kau memaafkanku?”

Sunbae, apa yang harus ak—“

“Kau memaafkanku, kan? Sungyoong-a ? “

Sungyoong terkekeh kecil manyadari kekeras-kepalaan Heebum, kemudian menganggukkan kepalanya. “Termaafkan.”

“Ja! Aku lega sekali... terima kasih.” Heebum menunduk, kemudian melirik jam di pergelangan tangan kirinya. “Aku ada kelas. Aku pergi dulu, eo?”

Sungyoong mengangguk, menatap punggung Heebum yang mulai menjauh, namun sesuatu hal membuatnya memanggil kembali sunbae-nya itu.

Heebum menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang di tempat Sungyoong berdiri tadi. “Kyuhyun Oppa. Dia mencintaimu, Sunbae. Semua orang bisa melihatnya.”

Angin berembus ringan siang itu, menerbangkan helaian rambut Heebum dengan indahnya. Gadis itu tersenyum, tubuhnya terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah mundur secara teratur sembari melambaikan tangannya ringan dan melanjutkan apa pun yang tertunda.

Satu masalah selesai dengan baik. Dan, hal terpenting, pria itu mencintainya.


===


“Kau ini ceroboh sekali.” Kyuhyun mengusap luka di sudut bibir Heebum yang membiru, heran, omelannya sepanjang perjalanan pulang tadi belum habis hingga sekarang, membuat Heebum memberengut dan sesekali memekik ketika Kyuhyun menekan lukanya dengan terlalu bersemangat.

“Kenapa aku yang dimarahi? Omeli saja lantai itu, kenapa tidak bilang kalau masih basah.” Heebum terpaksa berbohong, mustahil jika dia mengatakan hal yang sebenarnya. Gadis itu tidak suka jika membuat Kyuhyun harus memilih di antara dua  pilihan. Yang jelas-jelas sama-sama mampu membuat otaknya meledak. Teman atau dia. Hoobae atau dia. Sahabat atau dia. Adik atau dia. Sungyoong atau dia.

“Rasakan sendiri akibatnya.”

“Ya! Kau jahat sekali.”

Kyuhyun meletakkan kapas yang dia pegang ke atas pangkuannya. Menatap Heebum jengah namun terlihat jelas kekhawatiran di matanya. Pria itu merebahkan kepalanya ke bahu Heebum, memejamkan mata. Terdiam sementara hidungnya tak berhenti menangkap aroma lembut gadis itu yang manis. “Bagaimana lantai bisa lebih cerdas darimu, hmm? Gadis bodoh.”

Heebum menenggelamkan hidungnya di rambut Kyuhyun yang halus. Harum. Bahkan dalam jarak 2 meter pun aromanya masih bisa tercium. Lengannya melingkar ringan di leher pria itu, terlalu nyaman dengan posisinya.

Kyuhyun kemudian menegakkan kepalanya. “Ayo antar aku keluar.”

“Kau pulang?”

Kyuhyun mengangguk, menyeringai dengan mata menyipit menatap Heebum. “Kau tidak rela aku pulang, kekasihku?”

“Ya! Pergi sana!” Heebum mendorong dada Kyuhyun pelan, berjalan membuntuti pria itu hingga halaman depan rumahnya.

“Aku pulang. Salamkan pada ibumu.”

Gadis itu mengangguk, sedikit mendongak saat Kyuhyun mengusap ringan ubun-ubunnya.

Heebum bersandar di salah satu pilar raksasa yang menyangga rumahnya dengan arogan, menatap ke arah mobil Kyuhyun yang mulai bergerak saat ibunya berdiri di sampingnya, ikut mengiringi kepergian mobil itu.

Eomma?” Heebum masih menatap lurus saat ibunya menoleh ke arahnya. “Dia... aku mencintainya.” Gadis itu mengembuskan napasnya dengan berat, akhirnya menatap sang ibu. “Sungguh-sungguh. Aku ingin bersamanya. Bersama Kyuhyun. Apa Eomma juga akan menyalahkanku?”

Kim Sora menatap wajah Heebum yang begitu mendung, begitu berharap banyak, anak gadisnya yang bahkan tak pernah meminta apa pun, untuk pertama kalinya memohon dengan sangat, seolah pundaknya sudah begitu banyak dihinggapi keputusasaan, seolah dunia begitu mencuranginya.

Tangannya terulur menarik putrinya masuk ke dalam pelukannya. Otot wajah Heebum mendadak suram. Dia tahu ibunya paham dengan apa yang dia inginkan. Membuat air matanya lolos begitu saja, melewati pipi, menggantung di dagu hingga akhirnya jatuh bebas seperti hatinya yang seolah terhempas lepas.

“Aku mencintainya,  Eomma... bagaimana ini?” lirih, gadis itu nyaris tercekik dengan suaranya sendiri, menahan napas hingga membuatnya sesak.

“Tidak ada yang salah dengan cinta. Ini sama sekali bukan sebuah kesalahan. Jika bukan sekarang, kau hanya perlu menunggu waktu. Kau dan Kyuhyun. Kalian akan dipersatukan. Kau mengerti, kan, Sayang?”


===

Another Day...

“Kau percaya pada reinkarnasi?” Angin menggoyangkan rambut Heebum. Kepalanya bersandar di pundak Kyuhyun, memecahkan kesenyapan suasana di antara mereka.

“Ada masalah?”

Heebum beringsut dari posisinya, menatap Kyuhyun sebal. “Jawab saja apa susahnya sih?”

“Hei.” Jari telunjuk Kyuhyun menekan lembut dahi Heebum. “Santailah sedikit. Kau ini panik sekali,” ujar Kyuhyun tenang, tersenyum tipis nyaris tak tampak.

Heebum menunduk, seperti menyesali perilakunya tadi, kemudian dengan perlahan mengangkat wajahnya, menatap lurus ke depan. “Aku ingin memperbaiki semuanya. Jika mungkin. Aku akan memperbaikinya di sana,” lirihnya, dengan mata yang memerah dan Kyuhyun menyadari itu.

Kyuhyun menatap wajah Heebum dari samping. “Ada apa? Kau ini aneh sekali.”

Gadis itu diam, kemudian kembali menatap Kyuhyun. “Aku memaksamu untuk percaya padaku.” Dilanjutkan dengan senyum kecil yang tersungging. Heebum kembali menatap ke depan. “Aku akan meminta ayah lain, suatu saat nanti, ayahku bukan Kim Youngmin, kau percaya padaku, kan, Kyuhyun-a?”

Kyuhyun diam, mengerti bahwa ada hal besar yang dia lewatkan. Gadis itu merasa tidak nyaman dengan keputusan ayahnya, entah apa keputusan itu, dia yakin Heebum berada di bawah tekanan.

Sudah jelas pria itu tak perlu mengkhawatirkan apa pun. Jika reinkarnasi memang ada, pegang janji Heebum untuk memperbaiki segalanya, demi pria ini, pria kesayangannya. Kau percaya, kan, Kyuhyun-a?


===


“Boleh ya Oppa?”

Membawa dua mangkuk jajangmyun di tangannya, Heebum melangkah kembali ke meja. Hyobin sudah ada di sana, duduk di bangku hadapan Kyuhyun yang sebelumnya masih tak berpenghuni. “Boleh apa?” Gadis itu menyodorkan satu mangkuk ke hadapan Kyuhyun sedangkan mangkuk lainnya untuk dirinya sendiri.

Hyobin hanya memandang Heebum sekilas sebelum kembali menatap Kyuhyun dengan muka memelas. “Boleh, kan, Oppa? Aku pinjam Heebum sebentaaaar saja. Boleh, kan?”

Merasa dirinya disebut, membuat garpu yang sedang melaju menuju mulutnya berhenti di tengah jalan. Gadis itu hanya menghedikkan bahu sebagai respon untuk dua orang yang sedang saling mendebat, lebih memilih melanjutkan makan siangnya yang cantik.

Beberapa saat hanya dihabiskan dalam kebisuan. Sungmin bercengkerama dengan Hyobin, setidaknya dapat mengalihkan sedikit perhatian gadis itu dari usaha kerasnya membujuk Kyuhyun yang tersohor dengan kekeraskepalaannya. Di sampingnya terlihat Donghae sedang melipat surat kabar untuk membuka halaman berikutnya, mendorong cangkir menuju bibirnya untuk mengangsurkan teh hijau menuju kerongkongan. Tak terlihat Hyukjae di mana pun.

Dan Kyuhyun, pria yang di mata Heebum benar-benar menjengkelkan itu mengabaikannya sejak awal, sibuk menekan tombol-tombol di PMP-nya hingga melupakan segala hal bahkan kudapan favoritnya yang sudah menunggu untuk menyelami pria super menyebalkan yang brengseknya diciptakan dengan segala pesona mencengangkan.

“Berhentilah sebentar, kau terlalu lama mengabaikan mie hitammu, jangan terkejut kalau saat kau meliriknya dia sudah berubah warna.” Heebum sedikit menginterupsi, membuahkan ujung mata pria itu melirik kecil pada jajangmyun tepat di bawah hidungnya –hanya sedikit.  Mengembuskan napas kesal, Heebum akhirnya berinisiatif menggapai garpu untuk menjumput sesuap makanan itu, menempatkan telapak tangan kiri di bawahnya agar kuah jajangmyun tidak menetesi meja. “Sunbae-ku yang tampan, buka mulutmu.” Kyuhyun tak terpengaruh, membiarkan Heebum menoel-noel lengan atasnya.

“Aku juga lapar.” Sedari tadi memperhatikan, Donghae mencondongkan wajahnya ke arah Heebum, membuka mulutnya untuk menerima suapan.

Heebum tersenyum maklum, kemudian mengangsurkannya ke dalam mulut Donghae. Belum sepenuhnya masuk saat terdengar gebrakan meja, menjadikannya pusat perhatian orang-orang yang mendengar. Sebelum sempat melangkah pergi, Heebum sudah berhasil mencekal lengan Kyuhyun. Secepat kilat berdiri di hadapan pria itu. “Ya! Kau mau kemana?”

Kyuhyun mengamati sebentar wajah gadis di hadapannya, mata jernih keabu-abuan itu menatapnya penuh tanya. “Apa yang ada di pikiranmu saat menyuapi sahabat kekasihmu di depan matanya sendiri, hah?” Bersorak dalam hati begitu mendapati wajah Heebum yang gelagapan, sepertinya klausa yang dia pilih sangat cermat hingga langsung tepat sasaran.

“A-aku hanya—“ Heebum tampak seperti baru saja ditinju di perut. “Y-ya ampun, kau tahu aku tidak bermaksud begitu. Aku- begini, kau menutup mulut dan ada mulut lain yang terbuka, jadi daripada terbuang sia-sia maka- oh, astaga, aku tidak menyangka itu akan mengusikmu sebegini parahnya. Aku minta maaf.” Melihat Kyuhyun yang hanya diam, Heebum menggoyangkan jari-jari mereka yang saling bertautan. Dalam hati tersenyum menghadapi pria-nya yang sedang merajuk. “Maafkan aku, ya?”

Senyum bocah gadis itu memadamkan bara yang meletup-letup di dada Kyuhyun. “Hee-ya?”

“Yeah, apa?”

“Cium aku.”

Mata Heebum membelalak, sama seperti kawan-kawan mereka yang mulai bersorak, entah sebagai protes atau berniat menggoda. “B-buat apa?”

“Karena aku membutuhkannya untuk memaafkanmu.”

Heebum melirik sekelilingnya. Ini di kantin. Di Universitas. Di tempat umum. Ramai dengan mahasiswa yang sedang kelaparan. “Kau mengerjaiku, ya? Hukuman yang harus aku tebus mahal sekali.”

Protes Heebum tidak diindahkan Kyuhyun. Pria itu menghindari kontak mata dengannya. Mendesis putus asa, jadi yang bisa dia lakukan hanya menggapai daftar menu terdekat untuk menutupi apa yang akan dia lakukan selanjutnya, mencium bibir pria itu, kecupan ringan tiga kali. Masih menggunakan daftar menu, menutupi wajahnya yang pasti sudah semerah pantat kera hingga menjalar ke telinga. “Orang pertama yang mencibir akan kutendang bokongnya,” gerutunya.

Ekspresi Kyuhyun sudah melunak, menampilkan senyum miringnya yang menyebalkan. “Heebum Sayang, kau buruk sekali hari ini,” ujarnya, “kemana perginya kekasihku yang good kisser itu?”

Dari balik buku tipis bersampul keras itu Kyuhyun dapat mendengar rengekan Heebum yang memintanya berhenti, kemudian menertawai dirinya sendiri dengan puas karena sudah berhasil menggoda Heebum habis-habisan.

Suasana sudah netral, Heebum mulai bisa menguasai keadaan. Membantu –dipaksa- agar Kyuhyun menghabiskan makan siangnya. Gadis itu memegang garpunya namun tangannya langsung ditampar Kyuhyun. “Aw! Apa lagi, sih?”

“Ganti garpunya.”

“Cho Kyuhyun, kau benar-benar,” protes Donghae, tak terima karena merasa Kyuhyun tak sudi menggunakan barang yang sudah dia pakai.

“Siapa yang dapat menjamin air liur-mu higienis, Hyung?”

“Sejak kapan ada hal seperti itu- oh, astaga, tensiku bisa naik kalau begini caranya.”

Kyuhyun hanya menghedikkan bahu, mengeluarkan PMP-nya sambil menerima suapan dari Heebum.

“Kau sudah cukup senang, kan, Oppa? Jadi beri aku secuil dari kebahagiaanmu.” Hyobin berdiri di belakang bangku Kyuhyun dan Heebum. “Ayo pergi, Heebum-ya.” Hyobin menarik tangan kiri Heebum sedangkan lengan Kyuhyun sudah melingkari pinggang gadisnya.

“Kau ini mengganggu saja.”

Oppa, satu hari saja.”

“Kalian ini apa-apaan? Memangnya aku harus kemana?”

“Temani aku membeli kad—“

“Tidak. Kau tidak harus,” sela Kyuhyun

“Ah, bukankah besok ulang tahun ahjumma, Hyo? Aku hampir lupa.” Heebum kembali menatap Kyuhyun. “Boleh, kan? Hanya hari ini?”

Sejoli itu berbicara melalui mata, hingga akhirnya Kyuhyun mendesah pasrah.“Pergi. Pergilah.”

Mendengarnya, Hyobin berlonjak girang dan segera menarik tangan Heebum. Tapi wajah muram Kyuhyun membuat Heebum sedikit iba. Dia menyuruh Hyobin menunggu di mobil dan akan menyusul nanti.

“Kau senang kan bisa meninggalkanku? Ya!” Kyuhyun mengusap dahinya yang diketuk Heebum lumayan keras.

“Siapa sih yang mau meninggalkanmu? Aku hanya pergi sebentar mencari kado,” protes Heebum, “sisa hari ini, jangan biarkan apa pun menyakitimu, Sunbae.” Heebum meraup rahang kokoh Kyuhyun, mencium keras bibir pria itu lalu melepasnya secepat dia memulai. “Sampai jumpa besok.”

Kyuhyun meraba bibirnya yang basah, menatap punggung Heebum yang mulai menjauh kemudian terkekeh.

“Dia benar Heebum yang itu? B-bagaimana bisa dia- astaga, Cho Kyuhyun, kau apakan bayi kami?!”


===


Eomma akan melonjak kegirangan.”

            Melangkah bersisian menyeberangi etalase satu ke etalase lain, Heebum dan Hyobin akhirnya menemukan kado yang tepat untuk ibu Hyobin. Sebuah syal wol berwarna merah marun yang terlihat sangat hangat sudah berdiam nyaman di salah satu paper bag di genggaman Heebum. Saat pertama kali melihatnya pun Heebum sudah bisa menebak akan semanis apa jika Han ahjumma yang memakainya. Sangat serasi dengan mantel tebal yang dipilih Hyobin.

            Melanglang buana memasuki satu butik ke butik lain mencari apa pun yang dapat mencuri perhatian mereka, melupakan fakta bahwa lengan mereka bahkan sudah benar-benar dipenuhi tas kertas berlogo macam-macam.

            Mereka melangkah melewati area food court yang sedang lengang. Asap yang mengepul dari wajan penggorengan sesekali menerpa hidung, membuat menoleh penuh penasaran. Mereka tetap melangkah dengan percaya diri, berpura-pura tidak tahu-menahu dengan banyaknya mata yang menatap tertarik ke arah mereka, mungkin gagasan Hyukjae mengenai menulis besar-besar ‘already taken’ di punggung mereka ada benarnya. Bukankah begitu kejam?, sahut Hyobin kala itu, akan ada berapa banyak pria yang kami buat patah hati setelahnya?

            Heebum sedang dalam proses menempatkan bokong ke kursi saat matanya menangkap wajah yang sudah tidak asing. Jadi dia pergi sebentar setelah mendapat persetujuan Hyobin dan memastikan penglihatannya.

            Oppa, Jongwoon Oppa.”

            Merasa dipanggil, Jongwoon mengalihkan pandangannya ke arah Heebum. Senyumnya yang belum berhenti sejak tadi semakin mengembang. Oppa sedang bersama seorang gadis, batin Heebum. Dia hanya dapat melihat punggung gadis itu karena duduknya yang membelakangi. “Hai, Heebum.”

            Tidak asing dengan nama tersebut, gadis yang duduk di hadapan Jongwoon menolehkan kepalanya. Mata Heebum sontak membulat begitu mengenali wajah itu. “S-Sungyoong?” lidahnya mendadak beku saking terkejutnya. Matanya beralih menatap Jongwoon, takut-takut dia salah prediksi. Tapi reaksi pria itu hanya tersenyum malu, jadi sudah benar perkiraan Heebum.

            “Heebum Sunbae,” sapa Sungyoong ramah.

            “J-jadi gadis itu Sungyoong? Oh, Tuhan, Oppa.”

            Sungyoong menatap keduanya dengan bingung. “Sunbae dan Oppa saling mengenal?”

            Mencoba menyamarkan keterkejutannya, Heebum menarik bibirnya ke samping, menghasilnya senyum tulusnya. “A-oh, tentu saja. Aku tidak begitu memercayai kebetulan sebelumnya, tapi yah—lihat ini semua. Beberapa waktu lalu Oppa hanya mengatakan dia sudah menemukan, jadi kupikir—ah, aku hanya terkejut gadis itu dirimu, Sungyoong-ya.”

            Sungyoong menundukkan kepalanya dalam, tapi jelas terlihat senyum tersipu ala gadis muda yang jatuh cinta dan kulit pipinya yang merona.

            “Yeah, sepertinya aku sudah meninggalkan Hyobin terlalu lama. Aku harus pergi.” Mengerling ke arah Jongwoon yang tersenyum girang, akhirnya Heebum melangkah kembali ke mejanya. Hhh... kenapa hari ini indah sekali, ya?

Dia melangkah dengan pasti, tidak tahu, yang pasti hatinya sungguh-sungguh dilimpahi kebahagiaan untuk Oppanya. Matanya berkeliling, tapi tidak benar-benar fokus, yang dia ingin hanya tertawa saja. Kebetulan? Ha ha ha, kekehnya. Omong kosong. Lihat, kan? Ini sudah jelas jalan Tuhan.

Jadi Sungyoong-ya, Kyuhyun Oppa untukku. dan Jongwoon Oppa ‘ku’ untukmu saja.

           
            ===


Esoknya Heebum melangkah seorang diri memasuki gedung kampus. Baru saja melewati belokan lobi yang sepi, hanya beberapa detik badan Heebum sudah terbanting dan terhempas. Punggungnya menghantam tembok hingga rasanya nyaris lepas. Mengumpat kesakitan, dia kembali membuka matanya. “Apa-ap—“

            “Brengsek, kau pikir aku ini apa?”

            Heebum berkedip, nada tajam dan berbahaya yang mewarnai suara Kyuhyun jarang sekali dia dengar. Dan ketika memusatkan pandangan ke wajah pria itu, dia hanya melihat kemarahan dan kekecewaan. Kini kedua lengan Kyuhyun memerangkapnya di dinding.

“Ada apa sih denganmu? Lepaskan aku.” Biasanya Heebum yakin bisa membalas tatapan itu. Tapi ini bukan biasanya dan suaranya bergetar.

            “Ada apa denganku? Kau mau tahu ada apa denganku?” Amarah meledak dalam diri Kyuhyun. “Jelaskan padaku siapa Kim Jongwoon!”

            “A-apa?” Heebum terperangah, kepalanya berdenyut kencang, “Apa?”

            “Kau pikir aku ini lelucon hah? Sampai kapan kau mau menipuku?”

            Tidak— bukan. Bukan seperti itu. Dirinya hanya mencari cara dan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Tidak mau melukai. Heebum sudah tidak bisa merasakan kakinya menapaki bumi. Kepalanya terkulai menunduk berisi pikiran-pikiran yang berkecamuk. Ada ribuan suara yang memenuhi otaknya seolah sedang bersatu untuk mencibir.

            “Kim Jongwoon. Pria di rumah sakit waktu itu, kan? Tidak bisa dipercaya,” Kyuhyun terkekeh masam, “aku sudah memacari tunangannya. Kau benar-benar payah, Cho Kyuhyun.”

            Heebum memandangnya dengan tatapan tidak suka. Hatinya sakit melihat Kyuhyun seperti ini. Tapi dia paham kekecewaan pria itu jauh melebihinya. Ini bukan waktu yang dia bayangkan untuk mengatakan semuanya pada Kyuhyun. Pria itu sedang dalam amarah tinggi. Situasi membuat Heebum berada di posisi yang tidak menguntungkan. Dan dia menyesal. Menyesal setengah mati kenapa tidak memberitahu semua ini dari awal.

            Mata Heebum tidak  fokus. Mengandalkan dinding supaya menopang tubuhnya. Pria itu sudah pergi, meninggalkannya sebelum dia benar-benar bicara. Semuanya berkecamuk, menggeram dengan mata terpejam. Keparat, siapa yang memberi tahunya?

Harus ada pria itu. Harus ada Kyuhyun. Ya, tidak boleh berakhir.

            Heebum beringsut dan berlari secepatnya mencari jejak-jejak Kyuhyun. Tahu-tahu dia sudah mengekang pinggang pria itu erat. Menenggelamkan kepalanya ke dalam punggung hangat yang harum. Membiarkan Kyuhyun merasakan rongga dadanya yang naik turun menormalkan napas.

            “Aku jahat padamu,” bisiknya, “Kyuhyun-a, aku sangat menyesal. Kau marah dan kau memang punya hak.” Heebum menghadap Kyuhyun. “Aku tidak mau masalah kita selesai dengan cara seperti ini. Aku akan,” lanjutnya, “membicarakan masalah ini dengan appa. Aku akan membujuknya lebih keras. Kita tidak boleh berakhir, Kyuhyun-a.” Mata Heebum masih berkubang. “Aku tidak mencintainya, dia juga begitu. Tidak mau—aku tidak mau kita berakhir,” pintanya melirih.

            Kyuhyun mendesah menyerah, “Apa kau pikir aku bisa?”

            “Aku akan langsung bicara setelah appa kembali ke Korea. Aku, ak—“

            “Ssst sst stt..., tidak apa-apa.”


            ===


Hari-hari berlalu seperti biasa, Heebum dan Kyuhyun sebisa mungkin menghindari apa pun yang dapat mengarah ke permasalahan mereka beberapa waktu lalu. Yah, walaupun justru kawan-kawan mereka yang membahasnya.

            “Aku pikir itu hanya bualan,” decak Hyukjae tak percaya, dengan santainya kembali melanjutkan makan malamnya. Membuat Heebum memutar bola matanya jengah.

            Restoran yang mereka pilih tampak lumayan ramai. Di salah satu enggel terisi suatu keluarga yang tampak sedang merayakan sesuatu. Keluarga besar dengan cucu-cucu lucu yang beberapa giginya berlubang. Selembar senyum spontan muncul di bibir Heebum ketika wajah kakek dan nenek keluarga itu berubah meyerupai wajahnya dan Kyuhyun –dalam imajinasinya. Dengan kerutan halus dan rambut yang mulai memudarkan warnanya. Atmosfir yang begitu hangat.

            “Aku yakin sudah ada yang tahu soal ini sebelumnya,” ujar Donghae, menghancurkan khayalan Heebum tadi.

            Semua tatapan curiga tertuju ke satu arah. Hyobin yang baru saja sadar akhirnya mendongak. “Apa? Kenapa melihatku? Oh, ya ampun. Kau lihat akibatnya kan, Heebum-a?” protes gadis itu dengan bibir mencebik. Yang bersangkutan hanya menghedikkan bahu tak peduli. “Baik, baik. Jangan memelototiku. Aku diam karena tak yakin Heebum menyukai Jongwoon Oppa. Aku tahu persis seperti apa tipe-tipe prianya. Seperti- yah, tegap menjulang, chic dengan aura sexy yang berceceran. Benar, kan?” tutup Hyobin puas sambil menaik-turunkan alisnya ke arah Kyuhyun.

            Heebum melirik Hyobin malas. “Kata-kata yang kau gunakan membuatnya terdengar menjijikan, kau tahu?”

            “Ya! Sudah bagus kau kubela!”


            ===


Kyuhyun dan Heebum berjalan beriringan menuju tempat mobil Kyuhyun terparkir. Mereka sudah membubarkan diri setelah makan malam yang terlalu awal tadi. Waktu masih menunjukkan pukul 7 petang dan Kyuhyun yang lengannya sedang digamit Heebum erat tidak berniat mengembalikan gadis itu ke rumahnya lebih awal.

Mereka berjalan bersisian sambil melontarkan pendapat mengenai apa saja lalu terbahak. Seorang nenek yang memasang gigi emas. Pasangan sejenis yang bermesraan di eskalator. Kuku Heebum yang belum dipotong. Warna tali sepatu Donghae yang mencolok mata. Harga mobil baru Kyuhyun dan lainnya.

Heebum menyandarkan dahinya ke bahu Kyuhyun, hidungnya tak ayal ikut menempel pada lengan kokoh milik pria itu, menyerahkan sisa perjalanan pada penglihatan Kyuhyun.

“Hee-ya?”

“Mm?”

“Bukankah itu tunanganmu?”

Heebum mengangkat kepalanya menatap Kyuhyun, bukan pada apa yang Kyuhyun bahas. “Aku benar-benar sebal mendengarnya.” Setelah itu baru menatap ke arah yang tadi ditunjuk Kyuhyun dengan dagunya. “Itu Jongwoon oppa. Dengan kekasihnya. Ayo, aku kenalkan padamu.” Masih menggamit lengan Kyuhyun, Heebum menariknya menghampiri Jongwoon.

Oppa.” Jongwoon menoleh dan terkejut melihat Heebum dengan Kyuhyun di belakangnya.

“Hei, kau juga di sini?”

“Ye. Oppa, ini Kyuhyun.” Kyuhyun dan Jongwoon berjabat tangan.

“Sungyoong?” Mata Kyuhyun membulat begitu mengenali gadis yang berdiri di samping Jongwoon. “Kau?”

“Sekadar informasi, Sungyoong itu kekasih Jongwoon oppa, Kyu.”

“Benarkah?” Sungyoong mengangguk menunjukkan senyum lebarnya.

“Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi bersama?” usul Kyuhyun.

Kemudian Heebum mengangguk, “Ide bagus.”

“Pasti akan sangat menyenangkan. Sayang sekali aku harus pergi,” sesal Sungyoong dengan nada kecewa.

“Yah, kenapa pergi?” rajuk Heebum.

“Dia harus menemui neneknya.”

“Kau akan mengantarnya, Oppa?”

“Tidak. Jongwoon Oppa hanya membantuku mencari taksi, Sunbae. Kalian tetap bisa pergi bersama.”

Heebum mengangguk setuju.

“Aku akan langsung mengambil mobil dan memutarnya ke sini,” ujar Jongwoon.

“Baiklah, semuanya, aku pergi dulu.” Setelah membungkuk sebentar, Sungyoong yang diantar Jongwoon akhirnya melangkah sedikit menjauh supaya bisa menghentikan taksi yang sedang lewat.

Kyuhyun dan Heebum sekadar memperhatikan dari jauh. Jongwoon yang membukakan pintu taksi lalu meletakkan barang-barang Sungyoong ke dalamnya, berbicara dengan supir kemana tujuan Sungyoong, dan selanjutnya, dan selanjutnya.

“Kalau aku jadi Sungyoong aku akan memutuskannya setelah ini. Bagaimana pun Jongwoon hyung sudah bertunangan.”

Kyuhyun tidak mengucapkannya secara kejam—lebih bersifat logis. Tapi dia tidak merasakan akibat ucapannya terhadap diri Heebum. Mungkin karena ketegangan mereka beberapa hari lalu. Mungkin karena rasa bersalah Heebum. Mungkin karena Heebum merasa Kyuhyun seolah menyalahkan Jongwoon atas kelancangannya berkencan dengan gadis lain tanpa melihat statusnya. Mungkin karena Heebum merasa secara tidak langsung Kyuhyun juga menyalahkannya. Mungkin akibat mereka tidak pernah membicarakan masalah ini hingga tuntas yang akhirnya meledak saat itu.

Apa pun penyebabnya, Heebum merasa sesuatu dalam dirinya memberontak.

“Putuskan dia. Putuskan dia.” Heebum memutar tubuh ke arah Kyuhyun, begitu marah hingga rahangnya mengeras. “Kau bahkan tidak lagi menganggapku sebagai kekasihmu, kan? Karena aku tunangan Jongwoon oppa bukan kekasihmu! Tidak bagimu!”

“Wah, wah—aku tidak bermaksud begitu.” Kyuhyun mengangkat tangannya.

“Karena kau lebih menyayangi Sungyoong dibanding aku! Kau menyalahkan Jongwoon oppa tandanya kau juga menyalahkan tunangannya! Dan itu aku! Aku seperti tidak mengenalmu. Kita seperti ada di kubu yang berbeda. Kau membuatku berpikiran seperti itu!”

Kyuhyun tidak tahan diteriaki seperti itu. Heebum bisa melihat kesabarannya yang menghilang. “Kau pikir kau benar-benar tahu rasanya menjadi aku? Tidak pernah terpintas di pikiranmu kan rasanya memacari tunangan pria lain? Aku merasa seperti pencuri! Aku sudah mencoba membuat diriku sendiri nyaman dengan keadaan ini, tapi kau tidak membuatnya seperti itu!”

Air mata Heebum mulai merebak. “Seharusnya aku tahu. Kau tidak pernah berhenti menganggap aku sebagai tunangan orang lain. Jadi bisa saja—suatu saat kau akan meninggalkanku.”

Kyuhyun tertohok dengan ucapan gadis itu. “Heebum—ya ampun, kau tahu  aku tidak meninggalkanmu.”

“Mungkin sekarang tidak, tapi kau akan begitu.” Tenggorokan Heebum seperti tercekik sehingga terasa sakit untuk bicara. “Aku tidak tahu kenapa aku pernah berpikir ini akan berhasil.”

“Heebum-a...”

“Pergi. Pergilah.”

“Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini.”

“Jongwoon Oppa akan datang beberapa saat lagi.”

Ekspresi Kyuhyun menegang. “Kurasa Jongwoon Hyung menjagamu dengan sangat baik. Kau tidak membutuhkan aku lagi.”

“Aku memang tidak butuh.” Suara Heebum serak, dan Kyuhyun terlihat memercayai perkataannya.

“Baiklah.” Kyuhyun beranjak pergi ke arah mobilnya dan mengendarainya hingga terdengar suara decitan. Meninggalkan Heebum sendirian.

Apa kami baru saja putus? Apakah aku baru saja mengakhirinya?

Heebum berjongkok memegangi jari kakinya sendiri. Lalu diapun menangis keras. Rasanya 5 menit yang berlalu bagaikan seabad sampai mobil Jongwoon mendatanginya. “Heebum-a, ada apa?” Heebum menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa. Masuklah ke dalam mobil. Kau bisa kedinginan.” Heebum duduk di bangku penumpang dan menangis keras saat Jongwoon mulai melajukan mobilnya. Acaranya batal, tebak Jongwoon. Dan mereka bertengkar.

Ketika Jongwoon menepikan mobilnya di pinggir jalan, tangisan Heebum sudah tidak terlalu parah, air mata masih mengalir di pipinya, tapi hatinya terasa hampa.

“Kalian—“ Jongwoon tidak melanjutkan ucapannya begitu menyadari perubahan mimik yang sangat kentara di wajah Heebum.

 “Aku masih belum percaya kami sudah berakhir.” Gadis itu tertawa miris, mengasihani dirinya sendiri. “Seharusnya dia tahu kalau kau tidak pernah menginginkanku.” Jongwoon hanya tersenyum kalem namun merasa iba.

Kemudian mereka diam. Tidak lama ponsel Heebum di atas dashboard bergetar menandakan panggilan masuk. Heebum hanya meliriknya saja tak berniat mengangkat. Jongwoon yang kesal dengan kelakuan gadis itu akhirnya menyambar dan berbicara dengan si penelepon. Pria itu diam mendengarkan, matanya mengarah ke arah Heebum. Kentara sekali raut wajah Jongwoon yang serius kelihatan menegang. Dia mengembalikan ponsel Heebum setelah panggilan itu berakhir.

Bibirnya  berat untuk mengatakannya pada Heebum ketika keadaan gadis itu seperti ini. Namun akhirnya dia berbicara dalam satu tarikan napas yang berat. “Kyuhyun kecelakaan.”




===


Heebum berlari kesetanan ke arah Hyukjae dan Donghae yang duduk di ruang tunggu kamar operasi. Dia berhenti di hadapan mereka ketika kedua orang itu berdiri menyambutnya. Keterkejutan dan kelelahan yang melandanya hari ini menyebabkan tubuhnya menghantam dinding sebelum akhirnya merosot.

“Ya Tuhan, Heebum.” Donghae berlutut di depan gadis itu. Melihat Heebum yang menggigit bibir bawahnya sendiri dengan ganas. Rahangnya tegang menahan tangis. Donghae menatapnya iba hingga menarik tubuh gemetar  itu ke pelukannya. “Kemarilah. Jangan ditahan.”

Batas pertahanan Heebum hanya sebatas ini. Dia sudah menangis histeris begitu tangan Donghae mengusap kepalanya. Kepedihan yang harus dia rasakan tidak cukup sebatas kehilangan Kyuhyun. Kemarahan dan keadaan pria itu sangat membuatnya tertekan. Dadanya terasa sangat berat. Sulit sekali rasanya untuk bicara. “Oppa. Aku takut sekali.”


===


Tubuh Kyuhyun rebah di ranjang rumah sakit. Pemandangan semacam ini sudah berhasil menghilangkan pernah ada kata bahagia di ingatan Heebum. Mengoyak perasaannya. Kyuhyun terlihat lemah dalam tidurnya. Beberapa luka gores menoreh kulitnya yang putih hingga menjadi kemerahan. Pria itu kenapa selalu berhasil membuatnya kelimpungan?

Heebum duduk di sebelah tempat tidur dengan dahi menempel di tempat tidur. Tangannya memainkan jari Kyuhyun yang terkulai lemas tanpa daya. Heebum menyadari kakinya sendiri belum berhenti gemetar sejak tadi.

Dengan lemah, Heebum mendongak menatap wajah Kyuhyun yang masih dipengaruhi obat bius. Hidung mancung Kyuhyun yang berujung runcing, mata elangnya yang terpejam, bulu matanya, bibirnya yang sedikit sobek di ujung, rahangnya yang kokoh, jakunnya yang menonjol, dadanya yang turun naik terlihat begitu berat, dia sungguh tidak suka melihat Kyuhyun dalam kondisi seperti ini. Perutnya bergetar menahan tangis, rasanya seperti ada serpihan kayu yang menancap di tenggorokannya. “Kau menyebalkan.”


===


“Kau tidak pulang?” Hyukjae menyentuh bahu Heebum ringan, membuat gadis itu menolehkan kepalanya.

            “Aku ingin menunggunya sadar, Oppa.”

            “Ini sudah sangat larut, Heebum-a. Kau kelihatan lelah sekali. Pulanglah lalu tidur yang nyenyak. Aku dan Donghae akan menjaga bocah ini sampai keluarganya tiba di Seoul.”

            Kemudian Heebum berkata, “Kenapa dia tidak bangun-bangun, Oppa? Apa ada organ lain yang terluka selain kakinya? Kenapa tidurnya lama sekali?”

            Hyukjae menggeleng. “Setahuku hanya itu. Mungkin sekarang dia sedang bermain game di mimpinya sampai tidak tahu waktu,” ujar Hyukjae mencoba mencairkan suasana.

            Tapi ekspresi Heebum tidak berubah, tetap tegang padahal matanya sudah sangat kuyu. “Kalau begitu,” Heebum menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Kyuhyun dan mengusap kepalanya lembut, “aku pulang. Terima kasih sudah menghiburku, Oppa. Jika ada apa-apa langsung hubungi aku oke?”

            Hyukjae mengangguk menyanggupi.

            Heebum mencium dahi Kyuhyun dengan sayang sebelum akhirnya keluar dengan Hyukjae yang mengantarnya hingga lift.

            Hyukjae dengan Donghae yang mengekor di belakangnya menutup pintu kamar rawat Kyuhyun setelah mengantar Heebum. Dia membalikkan badan lalu bersamaan dengan Donghae, memekik terkejut. “Oh, astaga! Kau mengagetkanku.”

            Melihat Kyuhyun tengah duduk bersandar kepala ranjang membuat mereka terperangah. Meskipun terlihat lemas tapi bisa dipastikan Kyuhyun sudah sadar sepenuhnya.

            “Bodohnya aku percaya kau selemah itu. Tentu saja, sundal sekelas Cho Kyuhyun tidak akan mati dengan mudah, kan?”

            Kyuhyun tetap bungkam sibuk mengganti saluran televisi melalui remot di genggamannya.

            “Berani taruhan?” Donghae menantang Hyukjae, “Aku yakin dia hanya pura-pura tidur sampai Heebum pergi. Kau sedang menghindarinya? Masalah apa lagi sekarang?” Donghae melangkah mendekat.

            Kyuhyun yang merasa terusik kembali merebahkan tubuhnya memunggungi Donghae dan Hyukjae. “Bisa tidak kalian tidak berisik? Aku mengantuk.” Kemudian menarik selimut hingga sebatas leher.

            Kedua orang itu terdiam sebentar. “Kau tidak akan sampai hati melakukannya jika melihat bagaimana keadaan gadis itu tadi.”


            ===

           
            “Mau kuambilkan minum?”

            “Aku bisa sendiri.”

            “Tidak. Aku ambilkan.” Heebum meraih segelas air dan obat yang diberikan perawat tadi lalu menyodorkannya ke arah Kyuhyun. “Jahitan di kakimu masih belum kering. Minimalisasi pergerakanmu.”

            Kyuhyun memperlakukannya dengan dingin sepanjang hari ini. Heebum cukup tahu diri bahwa ini semua memang akibat perbuatannya waktu itu. Dia tidak akan memojokkan pria itu.

            “Sebaiknya kau tidak usah datang lagi.”

            Tutup gelas yang dipegang Heebum terjatuh manakala tangannya yang bergetar sedang mengembalikannya ke meja. “Tidak. Ky—“

            “Kau hanya menggangguku,” sela Kyuhyun dengan nada datar.

            Heebum dibuat tak berkutik beberapa saat. Dia memejamkan matanya dan mendongak menghadap langit-langit. Jika Kyuhyun tidak tahu yang sesungguhnya, dia akan mengira Heebum sedang berdoa.

Gadis itu meringis dan mengusap wajahnya dengan satu tangan. “Ya ampun,” bisik Heebum, masih tidak benar-benar percaya Kyuhyun telah mengusirnya.

Jadi memang hanya sampai di sini? Seperti ini?

Dengan sedih, Heebum berkata, “Baik...” dia menghela berat, “baik jika memang begitu. Aku tidak akan datang lagi.”

            Dia terlihat seperti baru saja dipukuli di ulu hatinya.


===


            Heebum melangkah mengekori Heechul dan Raejoon yang sedang sibuk dengan anak mereka. Wajahnya merengut sebal. Kau harus mendapat udara segar agar otakmu yang sudah terlanjur keruh itu tidak semakin parah, kata Heechul padanya tadi. Jadi, ‘mendapat udara segar’ yang dimaksud oppanya itu ini? Berjalan membuntuti keluarga kecil bahagia seperti bodyguard mereka saja. Joonhee merengek pada appa-nya ingin menonton ‘The Croods’ dan terdamparlah mereka di bioskop yang kelewat ramai ini.

            Ini namanya memperkeruh otak. Dasar Kim Heechul bodoh, batin gadis itu. Otak Heebum akan menjernih jika sedang mengolok-olok Heechul. Sangat ampuh untuk mengalihkan pikirannya dari ‘pria itu’.

Berbicara mengenai pria itu, Kyuhyun sudah pulang dari rumah sakit. Hal itu tak ayal membuat Heebum sangat lega. Dia benar-benar tidak menampakkan dirinya lagi di rumah sakit sejak saat itu. Kyuhyun sudah kembali kuliah 2 hari yang lalu. Dengan cara berjalan yang sedikit timpang karena jahitan di kakinya yang belum terlalu meyakinkan. Rasanya Heebum ingin menariknya ke kursi roda, tapi tidak. Itu hanya akan mengganggu Kyuhyun. Sudah cukup rasanya memperhatikannya dari jauh.

Oh, ya ampun.

Dia membahasnya lagi. Rasanya ingin menangis.

Pikiran Heebum memudar saat suara desingan terdengar diikuti suara-suara teriakan yang gaduh. Semua orang panik. Berlari tunggang langgang tanpa pernah Heebum tahu apa penyebabnya. Semua orang seperti berusaha menyembunyikan tubuh secepatnya. Dia seringkali bertubrukkan dengan orang lain yang mencari perlindungan. Sudah buta mengenai keberadaan Heechul dan Raejoon.

Ada apa sebenarnya? Pikiran-pikiran berkecamuk di kepala Heebum. Dengungan suara yang menyerupai kawanan lebah benar-benar mengusik dan membuatnya bertambah panik.

Tiba-tiba seseorang merengkuh pinggangnya hingga mereka berdua jatuh bersembunyi di belakang sofa, lalu dia melihat vas bunga—yang jika dia masih berdiri tadi adalah kepalanya— pecah berkeping-keping tertembus mesiu. Badannya gemetar merinding. Otaknya pasti sudah tercecer di lantai jika— tiba-tiba Heebum seperti mengenali lengan kokoh yang melingkari pinggangnya dengan begitu posesif. Dia memutar kepalanya dan melihat wajah Kyuhyun tepat berada di atasnya.

Dia mematung tak percaya dan akan terus seperti itu jika Kyuhyun tidak meringis kesakitan memegangi kakinya. Heebum bergegas menyingkap sedikit celana pria itu dan terpekik menutup mulutnya sendiri. Kepalanya seperti baru saja dihantam godam. Tubuhnya linglung hingga tangisannya keluar dan menggeleng lemah. “Kyuhyun, jahitannya...,”

Heebum tidak bisa lagi berbicara. Dia tetap memegangi celana Kyuhyun agar tidak mengenai jahitan di kaki Kyuhyun yang terlihat robek menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Kaki pria itu berdarah. Perasaan Heebum seperti diiris-iris. “Ya, Tuhan. Bagaimana caranya aku menolongmu?” lirih gadis itu lebih kepada dirinya sendiri.

Kyuhyun hanya diam mengamati gadis itu, demi kelangsungan pribadinya.

Kemudian Heebum mengangguk atas pikirannya. “Benar.” Terlihat sudah mulai bisa mengontrol emosi. “Kita harus pergi dari sini.”


            ===


Heebum memapah Kyuhyun memasuki sebuah ruangan kecil yang tampak seperti ruang loker. Gadis itu segera mendudukkan Kyuhyun di kursi yang tersedia lalu bergegas menutup pintu ruangan sebelum orang gila itu menemukan mereka.

“Kyuhyun, dengar.” Dia melangkah mendekati Kyuhyun yang masih enggan menatapnya. Napasnya bahkan belum teratur setelah apa yang baru mereka lalui tadi. “Kyu, dengarkan aku...” Heebum berdiri di hadapan Kyuhyun, sedikit menunduk kemudian menangkup wajah pria itu agar menatapnya, mengusap pipinya lembut dan sayang, “tidak peduli jika kau akan membeciku hingga ke urat nadimu,” dia terdiam sejenak, memikirkan kata-kata apa yang paling efektif agar pria di hadapannya itu mengerti, “apa pun yang terjadi, kau harus selamat.”

Entah dorongan dari mana, Heebum mengecup pipi Kyuhyun singkat sebelum menyelesaikan kalimatnya. Bahkan dia tidak peduli jika Kyuhyun akan menolak dan semakin membencinya. “Kumohon, dengarkan aku sekali ini saja.”

Setelah mengatakan hal itu, Heebum bangkit dari hadapan Kyuhyun, berjalan membuka pintu dan beranjak keluar ketika tangannya ditahan. “Jangan pergi.”

Gadis itu tersenyum lega. Benar hanya dua kata, tapi terlalu menyenangkan mendengar nada khawatir yang tersirat dari nada bicaranya. Bukan nada datar yang mengintimidasi seperti sebelumnya. “Aku tidak akan lama. Hanya melihat situasi di luar dan segera kembali. Kau di sini saja ya?”

Heebum melangkah menjauh setelah memastikan pintu yang menyembunyikan pria kesayangannya itu tertutup rapat. Dia berjalan mengendap-endap menggunakan ujung kakinya agar hanya suara paling minimum yang kemungkinan terdengar. Dia pasti berbohong jika mengatakan dadanya tidak bergemuruh. Dia bahkan kesakitan karena jantungnya sudah menghentak sedari tadi.

Heebum menolehkan kepalanya ke segala arah bagaikan orang kesetanan. Masa bodoh. Ini sudah menyangkut Kyuhyun dan dia tidak akan bermain-main.

Keadaan begitu sunyi, barang-barang memenuhi lantai dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Sisa-sisa kejadian tadi. Dia melirik ke arah pintu masuk, keadaan begitu chaos, orang-orang berlalu lalang, suara sirine menggema, garis polisi, rintihan orang kesakitan, dan hal lain yang seumur hidupnya, Heebum hanya melihatnya di televisi.

Apa orang gila itu sudah tertangkap? Gadis itu melongokkan kepalanya keluar gedung. Tepat di hadapannya seorang polisi yang berdiri memunggunginya, sedang menahan tangan seorang lainnya yang dia tebak sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa ini.

Hal yang tidak terduga terjadi, penjahat itu menendang polisi tersebut hingga terjungkal dan dengan cepat mengeluarkan pistol dari saku jubahnya. Polisi bodoh. Setidaknya geledah dulu penjahat itu.

Penjahat itu mengarahkan pistolnya secara brutal, belum menetapkan targetnya. Yang terlihat jelas hanya keadaan yang mendadak ribut karena teriakan panik orang-orang sekitar. Dan detak jantung Heebum serasa mendadak dihentikan saat melihat kemana pistol itu diarahkan. Orang gila itu mulai menarik pelatuknya, membidai seorang pria yang berjalan terseok-seok tanpa tahu keadaan seperti apa yang sudah menantinya.

“Kyuhyun!”

DOR! DOR! DOR! DOR!

Waktu bagaikan melambat di pandangan Heebum, tubuhnya serasa diguncang kasar secara mendadak. Kakinya terlalu lemas untuk tetap berdiri. Mendadak dunia terasa begitu bisu, sunyi, dingin, mencekam. Entah kekuatan dari mana dia bisa menghalangi peluru itu menembus jantung Kyuhyun. Dan membuatnya bersarang di punggungnya.

“Heebum!”

Gadis itu dapat melihat Kyuhyun yang berlari membabi buta ke arahnya. Kakimu....

Hanya sampai detik ini dia mampu mempertahankan keseimbangannya. Kemudian ambruk tergeletak di pelukan Kyuhyun saat suara tembakan lainnya terdengar, melumpuhkan nyawa psikopat brengsek tadi.

“Dia sudah mati.” Heebum tersenyum di tengah ringisan kesakitannya.

“Masa bodoh dengan keparat itu!” bentak Kyuhyun. Heebum mencengkeram lengan Kyuhyun, menahan kesakitan yang dia rasakan. “Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau melakukan ini?” Tanpa disadari air mata Kyuhyun lolos hingga menetesi wajah Heebum.

“Jangan menangis.” Heebum meringis merasakan panas membakar di area punggung hingga dadanya, rasanya tubuhnya terkoyak habis. Kebas. Badannya menggigil kedinginan, tak jarang mengejang hingga membuat pria kesayangannya itu lebih tidak tega melihatnya.

Penglihatan gadis itu semakin buram. Dia tak mampu lagi menatap wajah tampan itu dengan jelas. Air matanya mengalir, bukan karena keadannya. Bahkan terlalu menyakitkan untuk sekadar menangis. Hanya saja dia tahu, tahu bahwa waktunya bersama dengan pria ini tidak akan lama lagi, sebentar lagi semuanya akan segera berakhir seiring menghilangnya dia dari bumi ini. Pemikiran paling mencekam seumur hidupnya.

Semuanya mulai terlihat jelas di mata Heebum. Kilasan-kilasan kejadian yang mereka lalui bersama. Saat pertama kali bertemu. Ciuman pertama mereka di perpustakaan. Pertengkaran mereka beberapa waktu lalu. Berjalan cepat seperti rol film yang saling berkejaran menampilkan rupanya.

“Kumohon Heebum-a, kau harus bertahan, Sayang. Bertahan untukku ya?” pinta Kyuhyun lirih. Gadis di pelukannya itu terbatuk hingga mengeluarkan banyak darah dari mulut dan hidungnya, terlewat banyak hingga membuat pria itu lemas tak berdaya. “Hee-ya, jangan pikirkan apa pun. Hanya tatap aku. Kau mengerti kan, Sayang? Hanya dengarkan aku, mengerti kan? Ya Tuhan, DI MANA TIM MEDIS?!”

Heebum menggigit lidahnya sendiri menahan sakit, menambah volume cairan merah kental itu keluar dari mulutnya.

“Kumohon bertahan lebih lama lagi. Ambulance akan segera datang untuk menolongmu. Kumohon...”

Gadis itu tersenyum samar, tangannya terulur kemudian dengan tenaga minimum yang tersisa, dia menarik sebuah kalung —kalung serupa— yang menjuntai dari leher Kyuhyun hingga terputus. “Kau bebas sekarang.”

Sedetik setelahnya, tangan gadis itu terkulai lemas menghantam jalan beraspal. Dan hanya satu yang dia ingat sebelum benar-benar menghilang dari dunia ini. Sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya dan meniupkan sedikit udara ke tenggorokannya.

Kyuhyun menjauhkan bibirnya dari bibir Heebum saat menyadari tak ada lagi udara yang keluar dari hidung gadis itu. Pria itu semakin panik melihat mata Heebum yang terpejam, tenaganya benar-benar terkuras hari ini. Semoga Tuhan tidak begitu tega padanya.

“Heebum-a, Heebum-a.” Dia menepuk-nepuk pipi gadisnya yang sudah berlumuran darah. “Sayang, jangan bercanda. Buka matamu, Heebum-a.” Kyuhyun menggelengkan kepalanya. “Tak mungkin.” Suaranya serak. “Ini mustahil. Heebum, ayolah. Kembalilah padaku. Jangan bercanda.”

“Kyuhyun-a, apa yang terjadi?” Heechul berlari menghampiri Kyuhyun.

Hyung..., adikmu. Dia sedang mengerjaiku. Tolong bangunkan dia.”

Heechul merosot terduduk dengan matanya yang bergerak liar, masih sangsi antara kenyataan atau hanya bayangannya saja. Memunggungi tubuh adiknya tanpa tahu apa yang harus dia katakan. Tangannya bergerak meremas dadanya, mencoba meloloskan rasa sesak ke udara. Tapi tidak bisa. Tidak akan bisa.


===


Dia tersenyum ketika semua menangis. Gadis bodoh yang tersenyum ketika sama sekali tidak ada kedamaian yang melingkupi.

Kyuhyun tersenyum menatap gadisnya. “Hyung, kau lihat? Dia damai sekali.” Pria itu mengelus kepala Heebum yang terbaring di ranjang ruangan itu. Ruangan putih sunyi senyap dengan ranjang yang hanya beralas sprei putih dan selimut senada yang sangat tipis.

Kim Heechul berdiri menundukkan wajahnya di pojok sana, hanya terdiam sembari mengusap wajahnya kasar. Matanya sembab dan wajahnya memerah, tak jarang cairan bening keluar dari matanya saat Kyuhyun tak sengaja menatapnya.

“Kau tidak membuka matamu lalu memelukku, hmm?” Kyuhyun mengecup pipi Heebum yang dingin. Bibir gadis itu memutih namun tetap tersenyum tipis. Senyum yang menjadi prioritas utama pria itu di hari-hari normal. Dia menyadari telah menghilangkan senyum itu belakangan ini. Dan saat dia ingin mengembalikannya, sudah tidak ada kesempatan lagi.

“Kau senang kan? Bisa meninggalkanku?” ucap Kyuhyun. Berharap gadis itu akan bangun dan memukul kepalanya seperti biasa, setidaknya lebih baik dibanding dia kaku dan dingin seperti ini. Tangan gadisnya yang dia genggam tidak lagi hangat seperti biasa.

“Ya Tuhan.” Kyuhyun meringis. Dia menyusupkan kepalanya di sela-sela lengan Heebum. Menutupi kepalanya dengan lengan, seolah berusaha melindungi dirinya sendiri dari sesuatu.  Dia sudah tidak mampu berpura-pura tidak ada yang terjadi. Tidak bisa lagi berpura-pura bahwa dirinya masih baik-baik saja. Tak pernah membayangkan ada rasa sakit yang sebesar ini.

Kyuhyun mengusap sisa darah yang keluar dari telinga Heebum, telinga yang biasanya selalu mendengarnya. Tapi ini bukan biasanya, dimulai dari hari ini, tanpa gadis itu.


            ===


Sunyi. Nyaris tak terdengar kegaduhan kecuali yang ditimbulkan oleh burung-burung di atas ranting yang sedang memberi makan bayi mereka.

Kyuhyun melangkah seorang diri melewati gerbang yang terbuka lebar. Senyum tipis nyaris tak terlihat selalu muncul ketika naluri membawa kakinya melangkah ke tempat ini. Dia berhenti berjalan, mengamati keluarga kecil Kim Heechul yang berada di tempat tujuannya kemari. Waktu sudah berlalu, beberapa hal memang berubah.

Rambut Heechul tampak rapi dan lebih pendek dari saat terakhir dia melihatnya. Joonhee sudah bertambah tinggi sekarang, dan Raejoon tampak lebih anggun dengan aura keibuan yang terlihat. Senyuman Kyuhyun menjadi lebih jelas. Dia tidak berniat mendekat, biarkan dirinya hanya memperhatikan dari jauh seperti sekarang.

            Pemuda itu berhenti di sebuah rumah memorial yang megah setelah Heechul pergi. Mata sayunya ikut tersenyum menatap sebuah pigura yang melindungi foto seorang gadis cantik yang sedang tersenyum. Kyuhyun menunduk dan mulai berdoa. Angin sejuk datang menyapanya ramah, merasakan sentuhan ringan menggenggam tangannya.

            “Hai...,” sapa sebuah suara lembut.

            Senyuman Kyuhyun semakin mengembang begitu mendengarnya. “Hai Sayang.” Ketenangan menderanya menyadari kehadiran sosok itu berdiri di sampingnya, dengan senyuman cerah seperti biasa. “Aku merindukanmu.” Kyuhyun memeluk ringan leher itu.

            “Kau kan setiap hari datang kemari. Mana mungkin merindukanku?”

            “Kau tak percaya, hmm?” tanyanya kalem masih enggan beranjak.

            “Tidak.”

            “Kau pikir aku peduli?” Ada jeda sebentar. “Aku senang kau masih di sisiku.”

            “Mmm... hmm.” Kemudian sunyi. Dengan Kyuhyun yang belum mau melepas rengkuhannya seperti koala dengan batang pohon. “Kyu?”

            “Hmm?”

            “Sudah satu tahun.”

            “Ya. Kau benar.”

            “Tadi Heechul Oppa datang. Aku senang sekali.”

            “Dia menjenguk adiknya yang nakal.”

            “Yeah, sebenarnya aku tidak terima dengan perkataanmu. Tapi... mungkin kau benar. Aku tidak terlalu memaksakan kedatangannya jika dia memang tak ingin. Tapi Oppa datang. Aku bahagia sekali. Aku tidak sempat meminta maaf padanya karena selalu membuatnya marah.”

            Hyung sangat terpukul waktu itu. Kau adalah satu-satunya saudara kandungnya. Aku bisa melihat dia menyayangimu.”

            “Begitu? Yeah, untuk beberapa situasi aku tidak keberatan mengakui kalau aku juga menyayanginya. Dan aku mencintaimu.”

            Hidung Heebum terasa dingin di pipi kanan Kyuhyun. “Aku tahu.” Kyuhyun menarik Heebum mendekat dan mencium dahinya. Mata mereka bertemu dan Heebum bisa melihat rasa terluka di mata Kyuhyun hampir mengalahkan rasa sedih yang dirasakannya untuk dirinya sendiri. Masih jelas kedukaan yang Kyuhyun rasakan karena kematiannya.

 “Heebum Sayang, jangan menangis sekarang.”

            “Tidak akan.” Jika saja Heebum bisa tetap memiliki pria itu di sampingnya sepanjang waktu, setiap saat, seperti saat ini.

Perawakan tegapnya yang selalu membuat Heebum terkesima, rahangnya yang kuat, tulang pipinya yang naik –sekarang terlihat lebih cekung. Namun ketampanannya masih sama mengagumkan.

            “Hyobin akan menikah,” ujar Kyuhyun.

            “Ya, aku tahu. Aku turut bahagia untuknya. Dia datang kemarin setelah kau pulang.”

            “Dia kembali terlihat sedih begitu ingat tidak akan ada kau yang akan menjadi pendamping pengantinnya.”

            “Kami bersahabat nyaris seumur hidup, masih begitu hingga kematianku. Saat sedang sendirian, selain kau dan keluargaku tentunya, aku begitu merindukan dia dan Seulrin.”

            Tatapan Kyuhyun masih terus memperhatikan Heebum yang sedang mengusap dadanya ringan dengan kepala menunduk. Kepala Heebum yang terlepas dari topangan, terkulai ke samping dengan darah yang menggenang tepat di lehernya. Pemandangan itu terlintas di mata Kyuhyun, mengingatkannya pada kejadian yang sudah meluluh-lantakkan hidupnya satu tahun ke belakang. Lengannya yang menahan punggung Heebum saat itu dialiri cairan merah pekat yang hangat. Empat peluru berhasil dikeluarkan setelah meremukkan tulang-tulang hingga nyaris menembus dada gadis kesayangannya. Kyuhyun memejamkan mata membuang ingatan itu.

            “Kupikir Jiyeon cukup baik.”

            “Oh, jangan mulai lagi Heebum­-a.”

            Heebum menggeleng tak mau dibantah. “Terserah kali ini kau mau mendengarku atau tidak, tapi semua orang akan mengalami apa yang dinamakan mati, Kyu. Hanya cara dan waktunya yang berbeda. Waktu itu memang sudah seharusnya menimpaku, kau tidak boleh seperti ini.” Sebelum sempat protes, Heebum sudah menempelkan kedua jarinya di bibir Kyuhyun. “Kau bisa mendapatkan kehidupan apa pun yang kau inginkan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau bebas, oke? Kau bebas untuk membuat keputusanmu sendiri. Bahkan kalau— kalau kau ingin melupakanku.”

            “Apa?” Kyuhyun menatap Heebum tidak percaya. “Kenapa aku sampai ingin melupakanmu?”

            “Aku sudah mati, kau ingat?  Sedangkan kau? Kau masih punya masa depan yang indah. Suatu hari nanti kau bisa menikah, memiliki anak-anak yang lucu, menikmati hari tua bersama cucumu. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kuberikan padamu. Kau bisa mel—“ Bibir Kyuhyun sudah membungkam bibirnya. Menyalurkan rasa depresi yang merajalela.

            “Kau bisa diam tidak? Aku hanya ingin bersamamu saat ini. Jadi jangan merusak suasana.” Seharusnya ini sempurna, batin Kyuhyun, tapi aku sadar. Sekarang, tanpa dia yang ada di dunia yang sama denganku, semua tak lagi sama.

Kau harus percaya padaku. Aku akan memohon pada Tuhan untuk kisah kita yang lebih baik. Suatu hari, kita akan bertemu kembali. Dengan identitas yang sudah berbeda. Kau dan aku hingga selamanya. Kita.


            END
           


 






5 komentar:

  1. upik, huaaa :'(
    tanggung jawab ah, kau bikin aku nangis pik, pas baca ending pas dengerin love really hurt...

    makasih udah nyampur aduk perasaanku pik *lebay*

    sweet ending if you're still alive beside kyu

    BalasHapus
    Balasan
    1. eeeiii.. itu nangis gegara lagunya tuh. pake nyalahin orang.
      aku kan penjual gado-gado im. jago nyampur aduk.
      aku kan sudah sweet masak endingnya disweet-in juga. ntar kencing manis lo. ahaha
      terimakasih sudah baca ya. love commentnya deh

      Hapus
  2. sumpah yaaaaaa upiiiikk~~~ FF mu ini berkelas bangeett, cool! berasa ngebaca novel terjemahan tau, suka banget sama penjabarannya. sukasukasukaaa... maaf ya baru baca sekarang, soalnya kalau baca ff mu tu emg harus kondisinya hening pik, harus sndirian dikamar, harus menghayati bangeet.

    feelnya dapeeett!! haru biru bahagia kece badai ulala~~ baca ini feelnya sama kayak kalo aku baca novel terjemahan yang tebel tebel deh. sukses ya buat next ff, mangaaatt!!

    aku suka badbooooyyyy~~~ #bow

    BalasHapus
    Balasan
    1. tatang T.T aku terharu sekali..
      banyak kurang di sana-sini, banyak banget. tapi makasih udah baca sama komennya. semoga ke depannya jadi lebih baik. kita berdua. semangat!!

      Hapus