Credit Cover :
Texture :
cutepixie@bananajuice03
.,.
Author : GaemFi
Genre : Romance
Main Cast : Cho Kyuhyun – Kim Heebum
Note : Teman-teman. FF ini bukan aku banget. Jadi nggak selera huwahahaha
===
===
“Apa yang sebenarnya sudah kalian
lakukan?” Hyobin, Seulrin, Hyukjae dan Donghae menoleh ke arah Heebum yang
melangkah mendatangi mereka dengan tergesa. Gadis itu sedang dalam keadaan
tidak senang, terlihat dari pancaran matanya yang menggelap.
“Maksudmu apa?
Melakukan apa?”
“Sungyoong. Apa yang
sudah kalian lakukan padanya?”
Mereka terdiam dan
saling melempar pandangannya ke arah lain sebelum akhirnya kembali menatap
Heebum. “Hanya memberinya sedikit pelajaran.”
Stupid!
Mereka membuatku gila, batin Heebum. Dia memutar bola matanya
jengah, terdengar erangan tertahan dari sela-sela bibirnya. “Kalian tidak
berhak melakukan itu.”
Seulrin mengibaskan
tangannya ke udara. “Kenapa kau membelanya? Kyuhyun Oppa beberapa kali tidak menepati janjinya karena gadis itu, kan?”
Heebum terhenyak,
logikanya membenarkan ucapan Seulrin. Tapi hidup bukan melulu soal logika,
Heebum hanya orang asing yang baru kembali dari perjalanan panjangnya di
belahan benua lain, kemudian keberuntungan memberondongnya sehingga tersesat di
kehidupan Kyuhyun. Dan Sungyoong, gadis itu lebih dahulu muncul di kehidupan
Kyuhyun jauh sebelum dirinya. Sesuatu kenyataan yang takkan pernah dilupakan
Heebum. “Ta—tapi tetap saja kalian tidak berhak melakukan itu padanya.”
Seulrin menatap sesuatu
yang tidak singkron pada wajah Heebum. Dia menarik dagu gadis itu perlahan
untuk meniliknya dengan lebih jelas. “Kau terluka. Apa yang terjadi? Siapa yang
melakukannya?”
“Sungyoong juga
memiliki pihak yang membelanya. Kau pikir siapa lagi?”
===
“Untuk apa Sunbae ke sini?” Beberapa gadis
menghadang langkah Heebum, namun tidak cukup menghalangi pandangan matanya dari
keberadaan Sungyoong.
Heebum memiringkan
kepalanya sedikit. “Sungyoong, bisa kita bicara? Berdua saja? Apa kau
keberatan?”
“Apa lagi yang ingin Sunbae bicarakan dengannya hah? Setelah apa yang
dilakukan teman-temanmu?”
Sungyoong beranjak dari
duduknya. “Min-gi~ya, menyingkirlah.”
“Tapi—“
“Tidak apa-apa. Ayo, Sunbae.”
Heebum melangkah di belakang
Sungyoong, mengabaikan tatapan teman-teman hoobae-nya
itu yang sedang mengawasi dirinya. Dan punggung Heebum pasti sudah berlubang
besar jika tatapan mata bisa sepanas laser.
“Maafkan aku.” Langkah
Sungyoong terhenti, dia berbalik menatap Heebum yang melangkah mendekatinya. “Maafkan
aku, Sungyoong.”
“Maaf? Sunbae bahkan tidak melakukan apa pun.”
“Teman-temanku. Aku
mewakili mereka. Mereka tidak jahat, sungguh. Mereka tidak akan melakukan ini
jika bukan karena aku. Kumohon jangan benci mereka. Tolong maafkan aku, apa kau
bisa?” Gadis itu menggapai tangan Sungyoong, membuat Sungyoong akhirnya merasakan
bagaimana hangatnya telapak tangan yang sering Kyuhyun ceritakan padanya.
Menanggapinya,
Sungyoong tersenyum menatap mata grayish
brown milik Heebum “Tidak, Sunbae.
Aku yang seharusnya minta maaf. Kyuhyun Oppa
terlalu mengabaikanmu akhir-akhir ini, dan yah- sedikit banyak karenaku.”
“Sebenarnya tanpamu pun
dia memang kerap mengabaikanku.” Mereka terdiam, sebelum akhirnya terkekeh
bersama. “Jadi,” Heebum bersuara, “kau memaafkanku?”
“Sunbae, apa yang harus ak—“
“Kau memaafkanku, kan?
Sungyoong-a ? “
Sungyoong terkekeh
kecil manyadari kekeras-kepalaan Heebum, kemudian menganggukkan kepalanya.
“Termaafkan.”
“Ja! Aku lega sekali...
terima kasih.” Heebum menunduk, kemudian melirik jam di pergelangan tangan
kirinya. “Aku ada kelas. Aku pergi dulu, eo?”
Sungyoong mengangguk,
menatap punggung Heebum yang mulai menjauh, namun sesuatu hal membuatnya
memanggil kembali sunbae-nya itu.
Heebum menghentikan
langkahnya, menoleh ke belakang di tempat Sungyoong berdiri tadi. “Kyuhyun Oppa. Dia mencintaimu, Sunbae. Semua orang bisa melihatnya.”
Angin berembus ringan
siang itu, menerbangkan helaian rambut Heebum dengan indahnya. Gadis itu
tersenyum, tubuhnya terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah mundur secara
teratur sembari melambaikan tangannya ringan dan melanjutkan apa pun yang
tertunda.
Satu masalah selesai
dengan baik. Dan, hal terpenting, pria itu mencintainya.
===
“Kau ini ceroboh sekali.” Kyuhyun
mengusap luka di sudut bibir Heebum yang membiru, heran, omelannya sepanjang
perjalanan pulang tadi belum habis hingga sekarang, membuat Heebum memberengut
dan sesekali memekik ketika Kyuhyun menekan lukanya dengan terlalu bersemangat.
“Kenapa aku yang
dimarahi? Omeli saja lantai itu, kenapa tidak bilang kalau masih basah.” Heebum
terpaksa berbohong, mustahil jika dia mengatakan hal yang sebenarnya. Gadis itu
tidak suka jika membuat Kyuhyun harus memilih di antara dua pilihan. Yang jelas-jelas sama-sama mampu
membuat otaknya meledak. Teman atau dia. Hoobae
atau dia. Sahabat atau dia. Adik atau dia. Sungyoong atau dia.
“Rasakan sendiri
akibatnya.”
“Ya! Kau jahat sekali.”
Kyuhyun meletakkan
kapas yang dia pegang ke atas pangkuannya. Menatap Heebum jengah namun terlihat
jelas kekhawatiran di matanya. Pria itu merebahkan kepalanya ke bahu Heebum,
memejamkan mata. Terdiam sementara hidungnya tak berhenti menangkap aroma
lembut gadis itu yang manis. “Bagaimana lantai bisa lebih cerdas darimu, hmm?
Gadis bodoh.”
Heebum menenggelamkan
hidungnya di rambut Kyuhyun yang halus. Harum. Bahkan dalam jarak 2 meter pun aromanya
masih bisa tercium. Lengannya melingkar ringan di leher pria itu, terlalu
nyaman dengan posisinya.
Kyuhyun kemudian
menegakkan kepalanya. “Ayo antar aku keluar.”
“Kau pulang?”
Kyuhyun mengangguk,
menyeringai dengan mata menyipit menatap Heebum. “Kau tidak rela aku pulang,
kekasihku?”
“Ya! Pergi sana!”
Heebum mendorong dada Kyuhyun pelan, berjalan membuntuti pria itu hingga
halaman depan rumahnya.
“Aku pulang. Salamkan
pada ibumu.”
Gadis itu mengangguk,
sedikit mendongak saat Kyuhyun mengusap ringan ubun-ubunnya.
Heebum bersandar di
salah satu pilar raksasa yang menyangga rumahnya dengan arogan, menatap ke arah
mobil Kyuhyun yang mulai bergerak saat ibunya berdiri di sampingnya, ikut
mengiringi kepergian mobil itu.
“Eomma?” Heebum masih menatap lurus saat ibunya menoleh ke arahnya.
“Dia... aku mencintainya.” Gadis itu mengembuskan napasnya dengan berat,
akhirnya menatap sang ibu. “Sungguh-sungguh. Aku ingin bersamanya. Bersama
Kyuhyun. Apa Eomma juga akan
menyalahkanku?”
Kim Sora menatap wajah
Heebum yang begitu mendung, begitu berharap banyak, anak gadisnya yang bahkan
tak pernah meminta apa pun, untuk pertama kalinya memohon dengan sangat, seolah
pundaknya sudah begitu banyak dihinggapi keputusasaan, seolah dunia begitu
mencuranginya.
Tangannya terulur
menarik putrinya masuk ke dalam pelukannya. Otot wajah Heebum mendadak suram.
Dia tahu ibunya paham dengan apa yang dia inginkan. Membuat air matanya lolos
begitu saja, melewati pipi, menggantung di dagu hingga akhirnya jatuh bebas
seperti hatinya yang seolah terhempas lepas.
“Aku mencintainya, Eomma...
bagaimana ini?” lirih, gadis itu nyaris tercekik dengan suaranya sendiri,
menahan napas hingga membuatnya sesak.
“Tidak ada yang salah
dengan cinta. Ini sama sekali bukan sebuah kesalahan. Jika bukan sekarang, kau
hanya perlu menunggu waktu. Kau dan Kyuhyun. Kalian akan dipersatukan. Kau
mengerti, kan, Sayang?”
===
Another
Day...
“Kau percaya pada reinkarnasi?” Angin
menggoyangkan rambut Heebum. Kepalanya bersandar di pundak Kyuhyun, memecahkan
kesenyapan suasana di antara mereka.
“Ada masalah?”
Heebum beringsut dari posisinya,
menatap Kyuhyun sebal. “Jawab saja apa susahnya sih?”
“Hei.” Jari telunjuk
Kyuhyun menekan lembut dahi Heebum. “Santailah sedikit. Kau ini panik sekali,”
ujar Kyuhyun tenang, tersenyum tipis nyaris tak tampak.
Heebum menunduk,
seperti menyesali perilakunya tadi, kemudian dengan perlahan mengangkat wajahnya,
menatap lurus ke depan. “Aku ingin memperbaiki semuanya. Jika mungkin. Aku akan
memperbaikinya di sana,” lirihnya, dengan mata yang memerah dan Kyuhyun
menyadari itu.
Kyuhyun menatap wajah
Heebum dari samping. “Ada apa? Kau ini aneh sekali.”
Gadis itu diam,
kemudian kembali menatap Kyuhyun. “Aku memaksamu untuk percaya padaku.” Dilanjutkan
dengan senyum kecil yang tersungging. Heebum kembali menatap ke depan. “Aku
akan meminta ayah lain, suatu saat nanti, ayahku bukan Kim Youngmin, kau
percaya padaku, kan, Kyuhyun-a?”
Kyuhyun diam, mengerti
bahwa ada hal besar yang dia lewatkan. Gadis itu merasa tidak nyaman dengan
keputusan ayahnya, entah apa keputusan itu, dia yakin Heebum berada di bawah
tekanan.
Sudah jelas pria itu
tak perlu mengkhawatirkan apa pun. Jika reinkarnasi memang ada, pegang janji
Heebum untuk memperbaiki segalanya, demi pria ini, pria kesayangannya. Kau percaya, kan, Kyuhyun-a?
===
“Boleh ya Oppa?”
Membawa dua mangkuk jajangmyun di tangannya, Heebum
melangkah kembali ke meja. Hyobin sudah ada di sana, duduk di bangku hadapan
Kyuhyun yang sebelumnya masih tak berpenghuni. “Boleh apa?” Gadis itu
menyodorkan satu mangkuk ke hadapan Kyuhyun sedangkan mangkuk lainnya untuk
dirinya sendiri.
Hyobin hanya memandang
Heebum sekilas sebelum kembali menatap Kyuhyun dengan muka memelas. “Boleh,
kan, Oppa? Aku pinjam Heebum
sebentaaaar saja. Boleh, kan?”
Merasa dirinya disebut,
membuat garpu yang sedang melaju menuju mulutnya berhenti di tengah jalan.
Gadis itu hanya menghedikkan bahu sebagai respon untuk dua orang yang sedang
saling mendebat, lebih memilih melanjutkan makan siangnya yang cantik.
Beberapa saat hanya
dihabiskan dalam kebisuan. Sungmin bercengkerama dengan Hyobin, setidaknya
dapat mengalihkan sedikit perhatian gadis itu dari usaha kerasnya membujuk
Kyuhyun yang tersohor dengan kekeraskepalaannya. Di sampingnya terlihat Donghae
sedang melipat surat kabar untuk membuka halaman berikutnya, mendorong cangkir
menuju bibirnya untuk mengangsurkan teh hijau menuju kerongkongan. Tak terlihat
Hyukjae di mana pun.
Dan Kyuhyun, pria yang
di mata Heebum benar-benar menjengkelkan itu mengabaikannya sejak awal, sibuk
menekan tombol-tombol di PMP-nya hingga melupakan segala hal bahkan kudapan
favoritnya yang sudah menunggu untuk menyelami pria super menyebalkan yang
brengseknya diciptakan dengan segala pesona mencengangkan.
“Berhentilah sebentar,
kau terlalu lama mengabaikan mie hitammu, jangan terkejut kalau saat kau
meliriknya dia sudah berubah warna.” Heebum sedikit menginterupsi, membuahkan
ujung mata pria itu melirik kecil pada jajangmyun
tepat di bawah hidungnya –hanya sedikit. Mengembuskan napas kesal, Heebum akhirnya
berinisiatif menggapai garpu untuk menjumput sesuap makanan itu, menempatkan
telapak tangan kiri di bawahnya agar kuah jajangmyun
tidak menetesi meja. “Sunbae-ku yang
tampan, buka mulutmu.” Kyuhyun tak terpengaruh, membiarkan Heebum menoel-noel
lengan atasnya.
“Aku juga lapar.” Sedari
tadi memperhatikan, Donghae mencondongkan wajahnya ke arah Heebum, membuka
mulutnya untuk menerima suapan.
Heebum tersenyum
maklum, kemudian mengangsurkannya ke dalam mulut Donghae. Belum sepenuhnya
masuk saat terdengar gebrakan meja, menjadikannya pusat perhatian orang-orang
yang mendengar. Sebelum sempat melangkah pergi, Heebum sudah berhasil mencekal
lengan Kyuhyun. Secepat kilat berdiri di hadapan pria itu. “Ya! Kau mau
kemana?”
Kyuhyun mengamati
sebentar wajah gadis di hadapannya, mata jernih keabu-abuan itu menatapnya
penuh tanya. “Apa yang ada di pikiranmu saat menyuapi sahabat kekasihmu di
depan matanya sendiri, hah?” Bersorak dalam hati begitu mendapati wajah Heebum yang
gelagapan, sepertinya klausa yang dia pilih sangat cermat hingga langsung tepat
sasaran.
“A-aku hanya—“ Heebum
tampak seperti baru saja ditinju di perut. “Y-ya ampun, kau tahu aku tidak bermaksud begitu. Aku- begini, kau
menutup mulut dan ada mulut lain yang terbuka, jadi daripada terbuang sia-sia
maka- oh, astaga, aku tidak menyangka itu akan mengusikmu sebegini parahnya.
Aku minta maaf.” Melihat Kyuhyun yang hanya diam, Heebum menggoyangkan
jari-jari mereka yang saling bertautan. Dalam hati tersenyum menghadapi pria-nya
yang sedang merajuk. “Maafkan aku, ya?”
Senyum bocah gadis itu
memadamkan bara yang meletup-letup di dada Kyuhyun. “Hee-ya?”
“Yeah, apa?”
“Cium aku.”
Mata Heebum membelalak,
sama seperti kawan-kawan mereka yang mulai bersorak, entah sebagai protes atau
berniat menggoda. “B-buat apa?”
“Karena aku
membutuhkannya untuk memaafkanmu.”
Heebum melirik
sekelilingnya. Ini di kantin. Di Universitas. Di tempat umum. Ramai dengan
mahasiswa yang sedang kelaparan. “Kau mengerjaiku, ya? Hukuman yang harus aku
tebus mahal sekali.”
Protes Heebum tidak
diindahkan Kyuhyun. Pria itu menghindari kontak mata dengannya. Mendesis putus
asa, jadi yang bisa dia lakukan hanya menggapai daftar menu terdekat untuk
menutupi apa yang akan dia lakukan selanjutnya, mencium bibir pria itu, kecupan
ringan tiga kali. Masih menggunakan daftar menu, menutupi wajahnya yang pasti
sudah semerah pantat kera hingga menjalar ke telinga. “Orang pertama yang
mencibir akan kutendang bokongnya,” gerutunya.
Ekspresi Kyuhyun sudah
melunak, menampilkan senyum miringnya yang menyebalkan. “Heebum Sayang, kau
buruk sekali hari ini,” ujarnya, “kemana perginya kekasihku yang good kisser itu?”
Dari balik buku tipis
bersampul keras itu Kyuhyun dapat mendengar rengekan Heebum yang memintanya
berhenti, kemudian menertawai dirinya sendiri dengan puas karena sudah berhasil
menggoda Heebum habis-habisan.
Suasana sudah netral,
Heebum mulai bisa menguasai keadaan. Membantu –dipaksa- agar Kyuhyun
menghabiskan makan siangnya. Gadis itu memegang garpunya namun tangannya
langsung ditampar Kyuhyun. “Aw! Apa lagi, sih?”
“Ganti garpunya.”
“Cho Kyuhyun, kau
benar-benar,” protes Donghae, tak terima karena merasa Kyuhyun tak sudi
menggunakan barang yang sudah dia pakai.
“Siapa yang dapat
menjamin air liur-mu higienis, Hyung?”
“Sejak kapan ada hal
seperti itu- oh, astaga, tensiku bisa naik kalau begini caranya.”
Kyuhyun hanya
menghedikkan bahu, mengeluarkan PMP-nya sambil menerima suapan dari Heebum.
“Kau sudah cukup
senang, kan, Oppa? Jadi beri aku
secuil dari kebahagiaanmu.” Hyobin berdiri di belakang bangku Kyuhyun dan
Heebum. “Ayo pergi, Heebum-ya.”
Hyobin menarik tangan kiri Heebum sedangkan lengan Kyuhyun sudah melingkari
pinggang gadisnya.
“Kau ini mengganggu
saja.”
“Oppa, satu hari saja.”
“Kalian ini apa-apaan?
Memangnya aku harus kemana?”
“Temani aku membeli
kad—“
“Tidak. Kau tidak harus,”
sela Kyuhyun
“Ah, bukankah besok
ulang tahun ahjumma, Hyo? Aku hampir
lupa.” Heebum kembali menatap Kyuhyun. “Boleh, kan? Hanya hari ini?”
Sejoli itu berbicara
melalui mata, hingga akhirnya Kyuhyun mendesah pasrah.“Pergi. Pergilah.”
Mendengarnya, Hyobin
berlonjak girang dan segera menarik tangan Heebum. Tapi wajah muram Kyuhyun
membuat Heebum sedikit iba. Dia menyuruh Hyobin menunggu di mobil dan akan
menyusul nanti.
“Kau senang kan bisa
meninggalkanku? Ya!” Kyuhyun mengusap dahinya yang diketuk Heebum lumayan
keras.
“Siapa sih yang mau meninggalkanmu? Aku hanya
pergi sebentar mencari kado,” protes Heebum, “sisa hari ini, jangan biarkan apa
pun menyakitimu, Sunbae.” Heebum
meraup rahang kokoh Kyuhyun, mencium keras bibir pria itu lalu melepasnya
secepat dia memulai. “Sampai jumpa besok.”
Kyuhyun meraba bibirnya
yang basah, menatap punggung Heebum yang mulai menjauh kemudian terkekeh.
“Dia benar Heebum yang
itu? B-bagaimana bisa dia- astaga, Cho Kyuhyun, kau apakan bayi kami?!”
===
“Eomma
akan melonjak kegirangan.”
Melangkah
bersisian menyeberangi etalase satu ke etalase lain, Heebum dan Hyobin akhirnya
menemukan kado yang tepat untuk ibu Hyobin. Sebuah syal wol berwarna merah
marun yang terlihat sangat hangat sudah berdiam nyaman di salah satu paper bag di genggaman Heebum. Saat
pertama kali melihatnya pun Heebum sudah bisa menebak akan semanis apa jika Han
ahjumma yang memakainya. Sangat
serasi dengan mantel tebal yang dipilih Hyobin.
Melanglang
buana memasuki satu butik ke butik lain mencari apa pun yang dapat mencuri
perhatian mereka, melupakan fakta bahwa lengan mereka bahkan sudah benar-benar
dipenuhi tas kertas berlogo macam-macam.
Mereka
melangkah melewati area food court yang
sedang lengang. Asap yang mengepul dari wajan penggorengan sesekali menerpa hidung,
membuat menoleh penuh penasaran. Mereka tetap melangkah dengan percaya diri,
berpura-pura tidak tahu-menahu dengan banyaknya mata yang menatap tertarik ke
arah mereka, mungkin gagasan Hyukjae mengenai menulis besar-besar ‘already taken’ di punggung mereka ada
benarnya. Bukankah begitu kejam?,
sahut Hyobin kala itu, akan ada berapa
banyak pria yang kami buat patah hati setelahnya?
Heebum
sedang dalam proses menempatkan bokong ke kursi saat matanya menangkap wajah
yang sudah tidak asing. Jadi dia pergi sebentar setelah mendapat persetujuan
Hyobin dan memastikan penglihatannya.
“Oppa, Jongwoon Oppa.”
Merasa
dipanggil, Jongwoon mengalihkan pandangannya ke arah Heebum. Senyumnya yang
belum berhenti sejak tadi semakin mengembang. Oppa sedang bersama seorang gadis, batin Heebum. Dia hanya dapat
melihat punggung gadis itu karena duduknya yang membelakangi. “Hai, Heebum.”
Tidak
asing dengan nama tersebut, gadis yang duduk di hadapan Jongwoon menolehkan
kepalanya. Mata Heebum sontak membulat begitu mengenali wajah itu.
“S-Sungyoong?” lidahnya mendadak beku saking terkejutnya. Matanya beralih
menatap Jongwoon, takut-takut dia salah prediksi. Tapi reaksi pria itu hanya
tersenyum malu, jadi sudah benar perkiraan Heebum.
“Heebum
Sunbae,” sapa Sungyoong ramah.
“J-jadi
gadis itu Sungyoong? Oh, Tuhan, Oppa.”
Sungyoong
menatap keduanya dengan bingung. “Sunbae
dan Oppa saling mengenal?”
Mencoba
menyamarkan keterkejutannya, Heebum menarik bibirnya ke samping, menghasilnya
senyum tulusnya. “A-oh, tentu saja. Aku tidak begitu memercayai kebetulan
sebelumnya, tapi yah—lihat ini semua. Beberapa waktu lalu Oppa hanya mengatakan dia sudah menemukan, jadi kupikir—ah, aku
hanya terkejut gadis itu dirimu, Sungyoong-ya.”
Sungyoong
menundukkan kepalanya dalam, tapi jelas terlihat senyum tersipu ala gadis muda
yang jatuh cinta dan kulit pipinya yang merona.
“Yeah,
sepertinya aku sudah meninggalkan Hyobin terlalu lama. Aku harus pergi.”
Mengerling ke arah Jongwoon yang tersenyum girang, akhirnya Heebum melangkah
kembali ke mejanya. Hhh... kenapa hari
ini indah sekali, ya?
Dia melangkah dengan
pasti, tidak tahu, yang pasti hatinya sungguh-sungguh dilimpahi kebahagiaan
untuk Oppanya. Matanya berkeliling,
tapi tidak benar-benar fokus, yang dia ingin hanya tertawa saja. Kebetulan? Ha ha ha, kekehnya. Omong kosong. Lihat, kan? Ini sudah jelas
jalan Tuhan.
Jadi
Sungyoong-ya, Kyuhyun Oppa untukku. dan Jongwoon Oppa ‘ku’ untukmu saja.
===
Esoknya Heebum melangkah seorang diri
memasuki gedung kampus. Baru saja melewati belokan lobi yang sepi, hanya
beberapa detik badan Heebum sudah terbanting dan terhempas. Punggungnya
menghantam tembok hingga rasanya nyaris lepas. Mengumpat kesakitan, dia kembali
membuka matanya. “Apa-ap—“
“Brengsek,
kau pikir aku ini apa?”
Heebum
berkedip, nada tajam dan berbahaya yang mewarnai suara Kyuhyun jarang sekali
dia dengar. Dan ketika memusatkan pandangan ke wajah pria itu, dia hanya
melihat kemarahan dan kekecewaan. Kini kedua lengan Kyuhyun memerangkapnya di
dinding.
“Ada apa sih denganmu? Lepaskan aku.” Biasanya
Heebum yakin bisa membalas tatapan itu. Tapi ini bukan biasanya dan suaranya
bergetar.
“Ada
apa denganku? Kau mau tahu ada apa denganku?” Amarah meledak dalam diri
Kyuhyun. “Jelaskan padaku siapa Kim Jongwoon!”
“A-apa?”
Heebum terperangah, kepalanya berdenyut kencang, “Apa?”
“Kau
pikir aku ini lelucon hah? Sampai kapan kau mau menipuku?”
Tidak—
bukan. Bukan seperti itu. Dirinya hanya mencari cara dan waktu yang tepat untuk
mengatakannya. Tidak mau melukai. Heebum sudah tidak bisa merasakan kakinya
menapaki bumi. Kepalanya terkulai menunduk berisi pikiran-pikiran yang
berkecamuk. Ada ribuan suara yang memenuhi otaknya seolah sedang bersatu untuk
mencibir.
“Kim
Jongwoon. Pria di rumah sakit waktu itu, kan? Tidak bisa dipercaya,” Kyuhyun
terkekeh masam, “aku sudah memacari tunangannya. Kau benar-benar payah, Cho
Kyuhyun.”
Heebum
memandangnya dengan tatapan tidak suka. Hatinya sakit melihat Kyuhyun seperti
ini. Tapi dia paham kekecewaan pria itu jauh melebihinya. Ini bukan waktu yang
dia bayangkan untuk mengatakan semuanya pada Kyuhyun. Pria itu sedang dalam
amarah tinggi. Situasi membuat Heebum berada di posisi yang tidak
menguntungkan. Dan dia menyesal. Menyesal setengah mati kenapa tidak
memberitahu semua ini dari awal.
Mata
Heebum tidak fokus. Mengandalkan dinding
supaya menopang tubuhnya. Pria itu sudah pergi, meninggalkannya sebelum dia
benar-benar bicara. Semuanya berkecamuk, menggeram dengan mata terpejam.
Keparat, siapa yang memberi tahunya?
Harus ada pria itu.
Harus ada Kyuhyun. Ya, tidak boleh
berakhir.
Heebum
beringsut dan berlari secepatnya mencari jejak-jejak Kyuhyun. Tahu-tahu dia
sudah mengekang pinggang pria itu erat. Menenggelamkan kepalanya ke dalam
punggung hangat yang harum. Membiarkan Kyuhyun merasakan rongga dadanya yang
naik turun menormalkan napas.
“Aku
jahat padamu,” bisiknya, “Kyuhyun-a,
aku sangat menyesal. Kau marah dan kau memang punya hak.” Heebum menghadap
Kyuhyun. “Aku tidak mau masalah kita selesai dengan cara seperti ini. Aku akan,”
lanjutnya, “membicarakan masalah ini dengan appa.
Aku akan membujuknya lebih keras. Kita tidak boleh berakhir, Kyuhyun-a.” Mata Heebum masih berkubang. “Aku
tidak mencintainya, dia juga begitu. Tidak mau—aku tidak mau kita berakhir,”
pintanya melirih.
Kyuhyun
mendesah menyerah, “Apa kau pikir aku bisa?”
“Aku
akan langsung bicara setelah appa kembali
ke Korea. Aku, ak—“
“Ssst
sst stt..., tidak apa-apa.”
===
Hari-hari berlalu seperti biasa, Heebum
dan Kyuhyun sebisa mungkin menghindari apa pun yang dapat mengarah ke permasalahan
mereka beberapa waktu lalu. Yah, walaupun justru kawan-kawan mereka yang
membahasnya.
“Aku
pikir itu hanya bualan,” decak Hyukjae tak percaya, dengan santainya kembali
melanjutkan makan malamnya. Membuat Heebum memutar bola matanya jengah.
Restoran
yang mereka pilih tampak lumayan ramai. Di salah satu enggel terisi suatu
keluarga yang tampak sedang merayakan sesuatu. Keluarga besar dengan cucu-cucu
lucu yang beberapa giginya berlubang. Selembar senyum spontan muncul di bibir
Heebum ketika wajah kakek dan nenek keluarga itu berubah meyerupai wajahnya dan
Kyuhyun –dalam imajinasinya. Dengan kerutan halus dan rambut yang mulai
memudarkan warnanya. Atmosfir yang begitu hangat.
“Aku
yakin sudah ada yang tahu soal ini sebelumnya,” ujar Donghae, menghancurkan
khayalan Heebum tadi.
Semua
tatapan curiga tertuju ke satu arah. Hyobin yang baru saja sadar akhirnya
mendongak. “Apa? Kenapa melihatku? Oh, ya ampun. Kau lihat akibatnya kan,
Heebum-a?” protes gadis itu dengan
bibir mencebik. Yang bersangkutan hanya menghedikkan bahu tak peduli. “Baik,
baik. Jangan memelototiku. Aku diam karena tak yakin Heebum menyukai Jongwoon Oppa. Aku tahu persis seperti apa
tipe-tipe prianya. Seperti- yah, tegap menjulang, chic dengan aura sexy yang
berceceran. Benar, kan?” tutup Hyobin puas sambil menaik-turunkan alisnya ke
arah Kyuhyun.
Heebum
melirik Hyobin malas. “Kata-kata yang kau gunakan membuatnya terdengar
menjijikan, kau tahu?”
“Ya!
Sudah bagus kau kubela!”
===
Kyuhyun dan Heebum berjalan beriringan
menuju tempat mobil Kyuhyun terparkir. Mereka sudah membubarkan diri setelah
makan malam yang terlalu awal tadi. Waktu masih menunjukkan pukul 7 petang dan
Kyuhyun yang lengannya sedang digamit Heebum erat tidak berniat mengembalikan
gadis itu ke rumahnya lebih awal.
Mereka berjalan
bersisian sambil melontarkan pendapat mengenai apa saja lalu terbahak. Seorang
nenek yang memasang gigi emas. Pasangan sejenis yang bermesraan di eskalator.
Kuku Heebum yang belum dipotong. Warna tali sepatu Donghae yang mencolok mata.
Harga mobil baru Kyuhyun dan lainnya.
Heebum menyandarkan
dahinya ke bahu Kyuhyun, hidungnya tak ayal ikut menempel pada lengan kokoh
milik pria itu, menyerahkan sisa perjalanan pada penglihatan Kyuhyun.
“Hee-ya?”
“Mm?”
“Bukankah itu
tunanganmu?”
Heebum mengangkat
kepalanya menatap Kyuhyun, bukan pada apa yang Kyuhyun bahas. “Aku benar-benar
sebal mendengarnya.” Setelah itu baru menatap ke arah yang tadi ditunjuk
Kyuhyun dengan dagunya. “Itu Jongwoon oppa.
Dengan kekasihnya. Ayo, aku kenalkan padamu.” Masih menggamit lengan Kyuhyun,
Heebum menariknya menghampiri Jongwoon.
“Oppa.” Jongwoon menoleh dan terkejut melihat Heebum dengan Kyuhyun
di belakangnya.
“Hei, kau juga di
sini?”
“Ye. Oppa, ini Kyuhyun.” Kyuhyun dan Jongwoon
berjabat tangan.
“Sungyoong?” Mata
Kyuhyun membulat begitu mengenali gadis yang berdiri di samping Jongwoon.
“Kau?”
“Sekadar informasi,
Sungyoong itu kekasih Jongwoon oppa,
Kyu.”
“Benarkah?” Sungyoong
mengangguk menunjukkan senyum lebarnya.
“Kalau begitu,
bagaimana jika kita pergi bersama?” usul Kyuhyun.
Kemudian Heebum
mengangguk, “Ide bagus.”
“Pasti akan sangat
menyenangkan. Sayang sekali aku harus pergi,” sesal Sungyoong dengan nada
kecewa.
“Yah, kenapa pergi?”
rajuk Heebum.
“Dia harus menemui
neneknya.”
“Kau akan mengantarnya,
Oppa?”
“Tidak. Jongwoon Oppa hanya membantuku mencari taksi, Sunbae. Kalian tetap bisa pergi
bersama.”
Heebum mengangguk
setuju.
“Aku akan langsung
mengambil mobil dan memutarnya ke sini,” ujar Jongwoon.
“Baiklah, semuanya, aku
pergi dulu.” Setelah membungkuk sebentar, Sungyoong yang diantar Jongwoon
akhirnya melangkah sedikit menjauh supaya bisa menghentikan taksi yang sedang
lewat.
Kyuhyun dan Heebum
sekadar memperhatikan dari jauh. Jongwoon yang membukakan pintu taksi lalu
meletakkan barang-barang Sungyoong ke dalamnya, berbicara dengan supir kemana
tujuan Sungyoong, dan selanjutnya, dan selanjutnya.
“Kalau aku jadi
Sungyoong aku akan memutuskannya setelah ini. Bagaimana pun Jongwoon hyung sudah bertunangan.”
Kyuhyun tidak
mengucapkannya secara kejam—lebih bersifat logis. Tapi dia tidak merasakan
akibat ucapannya terhadap diri Heebum. Mungkin karena ketegangan mereka
beberapa hari lalu. Mungkin karena rasa bersalah Heebum. Mungkin karena Heebum
merasa Kyuhyun seolah menyalahkan Jongwoon atas kelancangannya berkencan dengan
gadis lain tanpa melihat statusnya. Mungkin karena Heebum merasa secara tidak
langsung Kyuhyun juga menyalahkannya. Mungkin akibat mereka tidak pernah
membicarakan masalah ini hingga tuntas yang akhirnya meledak saat itu.
Apa pun penyebabnya,
Heebum merasa sesuatu dalam dirinya memberontak.
“Putuskan dia. Putuskan
dia.” Heebum memutar tubuh ke arah Kyuhyun, begitu marah hingga rahangnya
mengeras. “Kau bahkan tidak lagi menganggapku sebagai kekasihmu, kan? Karena
aku tunangan Jongwoon oppa bukan
kekasihmu! Tidak bagimu!”
“Wah, wah—aku tidak
bermaksud begitu.” Kyuhyun mengangkat tangannya.
“Karena kau lebih
menyayangi Sungyoong dibanding aku! Kau menyalahkan Jongwoon oppa tandanya kau juga menyalahkan
tunangannya! Dan itu aku! Aku seperti tidak mengenalmu. Kita seperti ada di
kubu yang berbeda. Kau membuatku berpikiran seperti itu!”
Kyuhyun tidak tahan
diteriaki seperti itu. Heebum bisa melihat kesabarannya yang menghilang. “Kau
pikir kau benar-benar tahu rasanya menjadi aku? Tidak pernah terpintas di
pikiranmu kan rasanya memacari tunangan pria lain? Aku merasa seperti pencuri!
Aku sudah mencoba membuat diriku sendiri nyaman dengan keadaan ini, tapi kau
tidak membuatnya seperti itu!”
Air mata Heebum mulai
merebak. “Seharusnya aku tahu. Kau tidak pernah berhenti menganggap aku sebagai
tunangan orang lain. Jadi bisa saja—suatu saat kau akan meninggalkanku.”
Kyuhyun tertohok dengan
ucapan gadis itu. “Heebum—ya ampun, kau tahu aku tidak meninggalkanmu.”
“Mungkin sekarang
tidak, tapi kau akan begitu.” Tenggorokan Heebum seperti tercekik sehingga
terasa sakit untuk bicara. “Aku tidak tahu kenapa aku pernah berpikir ini akan
berhasil.”
“Heebum-a...”
“Pergi. Pergilah.”
“Aku tidak akan
meninggalkanmu sendirian di sini.”
“Jongwoon Oppa akan datang beberapa saat lagi.”
Ekspresi Kyuhyun
menegang. “Kurasa Jongwoon Hyung
menjagamu dengan sangat baik. Kau tidak membutuhkan aku lagi.”
“Aku memang tidak
butuh.” Suara Heebum serak, dan Kyuhyun terlihat memercayai perkataannya.
“Baiklah.” Kyuhyun
beranjak pergi ke arah mobilnya dan mengendarainya hingga terdengar suara
decitan. Meninggalkan Heebum sendirian.
Apa
kami baru saja putus? Apakah aku baru saja mengakhirinya?
Heebum berjongkok
memegangi jari kakinya sendiri. Lalu diapun menangis keras. Rasanya 5 menit
yang berlalu bagaikan seabad sampai mobil Jongwoon mendatanginya. “Heebum-a, ada apa?” Heebum menggelengkan
kepalanya. “Tidak apa-apa. Masuklah ke dalam mobil. Kau bisa kedinginan.”
Heebum duduk di bangku penumpang dan menangis keras saat Jongwoon mulai
melajukan mobilnya. Acaranya batal,
tebak Jongwoon. Dan mereka bertengkar.
Ketika Jongwoon
menepikan mobilnya di pinggir jalan, tangisan Heebum sudah tidak terlalu parah,
air mata masih mengalir di pipinya, tapi hatinya terasa hampa.
“Kalian—“
Jongwoon tidak melanjutkan ucapannya begitu menyadari perubahan mimik yang
sangat kentara di wajah Heebum.
“Aku masih belum percaya kami sudah berakhir.”
Gadis itu tertawa miris, mengasihani dirinya sendiri. “Seharusnya dia tahu
kalau kau tidak pernah menginginkanku.” Jongwoon hanya tersenyum kalem namun
merasa iba.
Kemudian mereka diam. Tidak lama ponsel Heebum di atas dashboard bergetar menandakan panggilan
masuk. Heebum hanya meliriknya saja tak berniat mengangkat. Jongwoon yang kesal
dengan kelakuan gadis itu akhirnya menyambar dan berbicara dengan si penelepon.
Pria itu diam mendengarkan, matanya mengarah ke arah Heebum. Kentara sekali
raut wajah Jongwoon yang serius kelihatan menegang. Dia mengembalikan ponsel
Heebum setelah panggilan itu berakhir.
Bibirnya berat untuk
mengatakannya pada Heebum ketika keadaan gadis itu seperti ini. Namun akhirnya
dia berbicara dalam satu tarikan napas yang berat. “Kyuhyun kecelakaan.”
===
Heebum berlari kesetanan ke arah Hyukjae dan
Donghae yang duduk di ruang tunggu kamar operasi. Dia berhenti di hadapan
mereka ketika kedua orang itu berdiri menyambutnya. Keterkejutan dan kelelahan
yang melandanya hari ini menyebabkan tubuhnya menghantam dinding sebelum
akhirnya merosot.
“Ya
Tuhan, Heebum.” Donghae berlutut di depan gadis itu. Melihat Heebum yang
menggigit bibir bawahnya sendiri dengan ganas. Rahangnya tegang menahan tangis.
Donghae menatapnya iba hingga menarik tubuh gemetar itu ke pelukannya. “Kemarilah. Jangan
ditahan.”
Batas pertahanan Heebum hanya sebatas ini. Dia sudah menangis histeris
begitu tangan Donghae mengusap kepalanya. Kepedihan yang harus dia rasakan
tidak cukup sebatas kehilangan Kyuhyun. Kemarahan dan keadaan pria itu sangat
membuatnya tertekan. Dadanya terasa sangat berat. Sulit sekali rasanya untuk
bicara. “Oppa. Aku takut sekali.”
===
Tubuh
Kyuhyun rebah di ranjang rumah sakit. Pemandangan semacam ini sudah berhasil
menghilangkan pernah ada kata bahagia di ingatan Heebum. Mengoyak perasaannya.
Kyuhyun terlihat lemah dalam tidurnya. Beberapa luka gores menoreh kulitnya
yang putih hingga menjadi kemerahan. Pria itu kenapa selalu berhasil membuatnya
kelimpungan?
Heebum duduk di sebelah tempat tidur dengan dahi menempel di tempat
tidur. Tangannya memainkan jari Kyuhyun yang terkulai lemas tanpa daya. Heebum
menyadari kakinya sendiri belum berhenti gemetar sejak tadi.
Dengan lemah, Heebum
mendongak menatap wajah Kyuhyun yang masih dipengaruhi obat bius. Hidung
mancung Kyuhyun yang berujung runcing, mata elangnya yang terpejam, bulu
matanya, bibirnya yang sedikit sobek di ujung, rahangnya yang kokoh, jakunnya
yang menonjol, dadanya yang turun naik terlihat begitu berat, dia sungguh tidak
suka melihat Kyuhyun dalam kondisi seperti ini. Perutnya bergetar menahan
tangis, rasanya seperti ada serpihan kayu yang menancap di tenggorokannya. “Kau
menyebalkan.”
===
“Kau tidak pulang?” Hyukjae menyentuh
bahu Heebum ringan, membuat gadis itu menolehkan kepalanya.
“Aku
ingin menunggunya sadar, Oppa.”
“Ini
sudah sangat larut, Heebum-a. Kau
kelihatan lelah sekali. Pulanglah lalu tidur yang nyenyak. Aku dan Donghae akan
menjaga bocah ini sampai keluarganya tiba di Seoul.”
Kemudian
Heebum berkata, “Kenapa dia tidak bangun-bangun, Oppa? Apa ada organ lain yang terluka selain kakinya? Kenapa
tidurnya lama sekali?”
Hyukjae
menggeleng. “Setahuku hanya itu. Mungkin sekarang dia sedang bermain game di mimpinya sampai tidak tahu
waktu,” ujar Hyukjae mencoba mencairkan suasana.
Tapi
ekspresi Heebum tidak berubah, tetap tegang padahal matanya sudah sangat kuyu.
“Kalau begitu,” Heebum menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Kyuhyun dan
mengusap kepalanya lembut, “aku pulang. Terima kasih sudah menghiburku, Oppa. Jika ada apa-apa langsung hubungi
aku oke?”
Hyukjae
mengangguk menyanggupi.
Heebum
mencium dahi Kyuhyun dengan sayang sebelum akhirnya keluar dengan Hyukjae yang
mengantarnya hingga lift.
Hyukjae
dengan Donghae yang mengekor di belakangnya menutup pintu kamar rawat Kyuhyun
setelah mengantar Heebum. Dia membalikkan badan lalu bersamaan dengan Donghae,
memekik terkejut. “Oh, astaga! Kau mengagetkanku.”
Melihat
Kyuhyun tengah duduk bersandar kepala ranjang membuat mereka terperangah.
Meskipun terlihat lemas tapi bisa dipastikan Kyuhyun sudah sadar sepenuhnya.
“Bodohnya
aku percaya kau selemah itu. Tentu saja, sundal sekelas Cho Kyuhyun tidak akan
mati dengan mudah, kan?”
Kyuhyun
tetap bungkam sibuk mengganti saluran televisi melalui remot di genggamannya.
“Berani
taruhan?” Donghae menantang Hyukjae, “Aku yakin dia hanya pura-pura tidur
sampai Heebum pergi. Kau sedang menghindarinya? Masalah apa lagi sekarang?”
Donghae melangkah mendekat.
Kyuhyun
yang merasa terusik kembali merebahkan tubuhnya memunggungi Donghae dan Hyukjae.
“Bisa tidak kalian tidak berisik? Aku mengantuk.” Kemudian menarik selimut
hingga sebatas leher.
Kedua
orang itu terdiam sebentar. “Kau tidak akan sampai hati melakukannya jika
melihat bagaimana keadaan gadis itu tadi.”
===
“Mau
kuambilkan minum?”
“Aku
bisa sendiri.”
“Tidak.
Aku ambilkan.” Heebum meraih segelas air dan obat yang diberikan perawat tadi
lalu menyodorkannya ke arah Kyuhyun. “Jahitan di kakimu masih belum kering.
Minimalisasi pergerakanmu.”
Kyuhyun
memperlakukannya dengan dingin sepanjang hari ini. Heebum cukup tahu diri bahwa
ini semua memang akibat perbuatannya waktu itu. Dia tidak akan memojokkan pria
itu.
“Sebaiknya
kau tidak usah datang lagi.”
Tutup
gelas yang dipegang Heebum terjatuh manakala tangannya yang bergetar sedang
mengembalikannya ke meja. “Tidak. Ky—“
“Kau
hanya menggangguku,” sela Kyuhyun dengan nada datar.
Heebum
dibuat tak berkutik beberapa saat. Dia memejamkan matanya dan mendongak
menghadap langit-langit. Jika Kyuhyun tidak tahu yang sesungguhnya, dia akan
mengira Heebum sedang berdoa.
Gadis itu meringis dan
mengusap wajahnya dengan satu tangan. “Ya ampun,” bisik Heebum, masih tidak
benar-benar percaya Kyuhyun telah mengusirnya.
Jadi
memang hanya sampai di sini? Seperti ini?
Dengan sedih, Heebum
berkata, “Baik...” dia menghela berat, “baik jika memang begitu. Aku tidak akan
datang lagi.”
Dia
terlihat seperti baru saja dipukuli di ulu hatinya.
===
Heebum
melangkah mengekori Heechul dan Raejoon yang sedang sibuk dengan anak mereka.
Wajahnya merengut sebal. Kau harus
mendapat udara segar agar otakmu yang sudah terlanjur keruh itu tidak semakin
parah, kata Heechul padanya tadi. Jadi, ‘mendapat udara segar’ yang
dimaksud oppanya itu ini? Berjalan
membuntuti keluarga kecil bahagia seperti bodyguard
mereka saja. Joonhee merengek pada appa-nya
ingin menonton ‘The Croods’ dan terdamparlah mereka di bioskop yang kelewat
ramai ini.
Ini namanya memperkeruh otak. Dasar Kim
Heechul bodoh, batin gadis itu. Otak Heebum akan menjernih jika sedang
mengolok-olok Heechul. Sangat ampuh untuk mengalihkan pikirannya dari ‘pria
itu’.
Berbicara mengenai pria
itu, Kyuhyun sudah pulang dari rumah sakit. Hal itu tak ayal membuat Heebum
sangat lega. Dia benar-benar tidak menampakkan dirinya lagi di rumah sakit
sejak saat itu. Kyuhyun sudah kembali kuliah 2 hari yang lalu. Dengan cara
berjalan yang sedikit timpang karena jahitan di kakinya yang belum terlalu
meyakinkan. Rasanya Heebum ingin menariknya ke kursi roda, tapi tidak. Itu
hanya akan mengganggu Kyuhyun. Sudah cukup rasanya memperhatikannya dari jauh.
Oh, ya ampun.
Dia membahasnya lagi.
Rasanya ingin menangis.
Pikiran Heebum memudar
saat suara desingan terdengar diikuti suara-suara teriakan yang gaduh. Semua
orang panik. Berlari tunggang langgang tanpa pernah Heebum tahu apa
penyebabnya. Semua orang seperti berusaha menyembunyikan tubuh secepatnya. Dia
seringkali bertubrukkan dengan orang lain yang mencari perlindungan. Sudah buta
mengenai keberadaan Heechul dan Raejoon.
Ada
apa sebenarnya? Pikiran-pikiran berkecamuk di kepala
Heebum. Dengungan suara yang menyerupai kawanan lebah benar-benar mengusik dan
membuatnya bertambah panik.
Tiba-tiba seseorang
merengkuh pinggangnya hingga mereka berdua jatuh bersembunyi di belakang sofa,
lalu dia melihat vas bunga—yang jika dia masih berdiri tadi adalah kepalanya—
pecah berkeping-keping tertembus mesiu. Badannya gemetar merinding. Otaknya
pasti sudah tercecer di lantai jika— tiba-tiba Heebum seperti mengenali lengan
kokoh yang melingkari pinggangnya dengan begitu posesif. Dia memutar kepalanya
dan melihat wajah Kyuhyun tepat berada di atasnya.
Dia mematung tak
percaya dan akan terus seperti itu jika Kyuhyun tidak meringis kesakitan
memegangi kakinya. Heebum bergegas menyingkap sedikit celana pria itu dan
terpekik menutup mulutnya sendiri. Kepalanya seperti baru saja dihantam godam.
Tubuhnya linglung hingga tangisannya keluar dan menggeleng lemah. “Kyuhyun,
jahitannya...,”
Heebum tidak bisa lagi
berbicara. Dia tetap memegangi celana Kyuhyun agar tidak mengenai jahitan di
kaki Kyuhyun yang terlihat robek menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Kaki
pria itu berdarah. Perasaan Heebum seperti diiris-iris. “Ya, Tuhan. Bagaimana
caranya aku menolongmu?” lirih gadis itu lebih kepada dirinya sendiri.
Kyuhyun hanya diam
mengamati gadis itu, demi kelangsungan pribadinya.
Kemudian Heebum
mengangguk atas pikirannya. “Benar.” Terlihat sudah mulai bisa mengontrol
emosi. “Kita harus pergi dari sini.”
===
Heebum memapah Kyuhyun memasuki sebuah
ruangan kecil yang tampak seperti ruang loker. Gadis itu segera mendudukkan
Kyuhyun di kursi yang tersedia lalu bergegas menutup pintu ruangan sebelum
orang gila itu menemukan mereka.
“Kyuhyun, dengar.” Dia
melangkah mendekati Kyuhyun yang masih enggan menatapnya. Napasnya bahkan belum
teratur setelah apa yang baru mereka lalui tadi. “Kyu, dengarkan aku...” Heebum
berdiri di hadapan Kyuhyun, sedikit menunduk kemudian menangkup wajah pria itu
agar menatapnya, mengusap pipinya lembut dan sayang, “tidak peduli jika kau
akan membeciku hingga ke urat nadimu,” dia terdiam sejenak, memikirkan
kata-kata apa yang paling efektif agar pria di hadapannya itu mengerti, “apa
pun yang terjadi, kau harus selamat.”
Entah dorongan dari
mana, Heebum mengecup pipi Kyuhyun singkat sebelum menyelesaikan kalimatnya.
Bahkan dia tidak peduli jika Kyuhyun akan menolak dan semakin membencinya. “Kumohon,
dengarkan aku sekali ini saja.”
Setelah mengatakan hal
itu, Heebum bangkit dari hadapan Kyuhyun, berjalan membuka pintu dan beranjak
keluar ketika tangannya ditahan. “Jangan pergi.”
Gadis itu tersenyum
lega. Benar hanya dua kata, tapi terlalu menyenangkan mendengar nada khawatir
yang tersirat dari nada bicaranya. Bukan nada datar yang mengintimidasi seperti
sebelumnya. “Aku tidak akan lama. Hanya melihat situasi di luar dan segera
kembali. Kau di sini saja ya?”
Heebum melangkah
menjauh setelah memastikan pintu yang menyembunyikan pria kesayangannya itu
tertutup rapat. Dia berjalan mengendap-endap menggunakan ujung kakinya agar
hanya suara paling minimum yang kemungkinan terdengar. Dia pasti berbohong jika
mengatakan dadanya tidak bergemuruh. Dia bahkan kesakitan karena jantungnya
sudah menghentak sedari tadi.
Heebum menolehkan
kepalanya ke segala arah bagaikan orang kesetanan. Masa bodoh. Ini sudah
menyangkut Kyuhyun dan dia tidak akan bermain-main.
Keadaan begitu sunyi,
barang-barang memenuhi lantai dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Sisa-sisa
kejadian tadi. Dia melirik ke arah pintu masuk, keadaan begitu chaos, orang-orang berlalu lalang, suara
sirine menggema, garis polisi, rintihan orang kesakitan, dan hal lain yang
seumur hidupnya, Heebum hanya melihatnya di televisi.
Apa
orang gila itu sudah tertangkap? Gadis itu melongokkan
kepalanya keluar gedung. Tepat di hadapannya seorang polisi yang berdiri
memunggunginya, sedang menahan tangan seorang lainnya yang dia tebak sebagai
orang yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa ini.
Hal yang tidak terduga
terjadi, penjahat itu menendang polisi tersebut hingga terjungkal dan dengan
cepat mengeluarkan pistol dari saku jubahnya. Polisi bodoh. Setidaknya geledah dulu penjahat itu.
Penjahat itu
mengarahkan pistolnya secara brutal, belum menetapkan targetnya. Yang terlihat
jelas hanya keadaan yang mendadak ribut karena teriakan panik orang-orang
sekitar. Dan detak jantung Heebum serasa mendadak dihentikan saat melihat
kemana pistol itu diarahkan. Orang gila itu mulai menarik pelatuknya, membidai
seorang pria yang berjalan terseok-seok tanpa tahu keadaan seperti apa yang
sudah menantinya.
“Kyuhyun!”
DOR! DOR! DOR! DOR!
Waktu bagaikan melambat
di pandangan Heebum, tubuhnya serasa diguncang kasar secara mendadak. Kakinya
terlalu lemas untuk tetap berdiri. Mendadak dunia terasa begitu bisu, sunyi,
dingin, mencekam. Entah kekuatan dari mana dia bisa menghalangi peluru itu
menembus jantung Kyuhyun. Dan membuatnya bersarang di punggungnya.
“Heebum!”
Gadis itu dapat melihat
Kyuhyun yang berlari membabi buta ke arahnya. Kakimu....
Hanya sampai detik ini
dia mampu mempertahankan keseimbangannya. Kemudian ambruk tergeletak di pelukan
Kyuhyun saat suara tembakan lainnya terdengar, melumpuhkan nyawa psikopat
brengsek tadi.
“Dia sudah mati.”
Heebum tersenyum di tengah ringisan kesakitannya.
“Masa bodoh dengan
keparat itu!” bentak Kyuhyun. Heebum mencengkeram lengan Kyuhyun, menahan
kesakitan yang dia rasakan. “Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau melakukan ini?”
Tanpa disadari air mata Kyuhyun lolos hingga menetesi wajah Heebum.
“Jangan menangis.”
Heebum meringis merasakan panas membakar di area punggung hingga dadanya,
rasanya tubuhnya terkoyak habis. Kebas. Badannya menggigil kedinginan, tak
jarang mengejang hingga membuat pria kesayangannya itu lebih tidak tega
melihatnya.
Penglihatan gadis itu
semakin buram. Dia tak mampu lagi menatap wajah tampan itu dengan jelas. Air
matanya mengalir, bukan karena keadannya. Bahkan terlalu menyakitkan untuk
sekadar menangis. Hanya saja dia tahu, tahu bahwa waktunya bersama dengan pria
ini tidak akan lama lagi, sebentar lagi semuanya akan segera berakhir seiring
menghilangnya dia dari bumi ini. Pemikiran paling mencekam seumur hidupnya.
Semuanya mulai terlihat
jelas di mata Heebum. Kilasan-kilasan kejadian yang mereka lalui bersama. Saat
pertama kali bertemu. Ciuman pertama mereka di perpustakaan. Pertengkaran
mereka beberapa waktu lalu. Berjalan cepat seperti rol film yang saling
berkejaran menampilkan rupanya.
“Kumohon Heebum-a, kau harus bertahan, Sayang. Bertahan
untukku ya?” pinta Kyuhyun lirih. Gadis di pelukannya itu terbatuk hingga
mengeluarkan banyak darah dari mulut dan hidungnya, terlewat banyak hingga
membuat pria itu lemas tak berdaya. “Hee-ya,
jangan pikirkan apa pun. Hanya tatap aku. Kau mengerti kan, Sayang? Hanya dengarkan
aku, mengerti kan? Ya Tuhan, DI MANA TIM MEDIS?!”
Heebum menggigit
lidahnya sendiri menahan sakit, menambah volume cairan merah kental itu keluar
dari mulutnya.
“Kumohon bertahan lebih
lama lagi. Ambulance akan segera
datang untuk menolongmu. Kumohon...”
Gadis itu tersenyum
samar, tangannya terulur kemudian dengan tenaga minimum yang tersisa, dia
menarik sebuah kalung —kalung serupa— yang menjuntai dari leher Kyuhyun hingga
terputus. “Kau bebas sekarang.”
Sedetik setelahnya,
tangan gadis itu terkulai lemas menghantam jalan beraspal. Dan hanya satu yang
dia ingat sebelum benar-benar menghilang dari dunia ini. Sesuatu yang lembut
menyentuh bibirnya dan meniupkan sedikit udara ke tenggorokannya.
Kyuhyun menjauhkan
bibirnya dari bibir Heebum saat menyadari tak ada lagi udara yang keluar dari
hidung gadis itu. Pria itu semakin panik melihat mata Heebum yang terpejam,
tenaganya benar-benar terkuras hari ini. Semoga Tuhan tidak begitu tega
padanya.
“Heebum-a, Heebum-a.” Dia menepuk-nepuk pipi gadisnya yang sudah berlumuran darah.
“Sayang, jangan bercanda. Buka matamu, Heebum-a.” Kyuhyun menggelengkan kepalanya. “Tak mungkin.” Suaranya
serak. “Ini mustahil. Heebum, ayolah. Kembalilah padaku. Jangan bercanda.”
“Kyuhyun-a, apa yang terjadi?” Heechul berlari
menghampiri Kyuhyun.
“Hyung..., adikmu. Dia sedang mengerjaiku. Tolong bangunkan dia.”
Heechul merosot
terduduk dengan matanya yang bergerak liar, masih sangsi antara kenyataan atau
hanya bayangannya saja. Memunggungi tubuh adiknya tanpa tahu apa yang harus dia
katakan. Tangannya bergerak meremas dadanya, mencoba meloloskan rasa sesak ke
udara. Tapi tidak bisa. Tidak akan bisa.
===
Dia tersenyum ketika semua menangis.
Gadis bodoh yang tersenyum ketika sama sekali tidak ada kedamaian yang
melingkupi.
Kyuhyun tersenyum
menatap gadisnya. “Hyung, kau lihat?
Dia damai sekali.” Pria itu mengelus kepala Heebum yang terbaring di ranjang
ruangan itu. Ruangan putih sunyi senyap dengan ranjang yang hanya beralas sprei
putih dan selimut senada yang sangat tipis.
Kim Heechul berdiri
menundukkan wajahnya di pojok sana, hanya terdiam sembari mengusap wajahnya
kasar. Matanya sembab dan wajahnya memerah, tak jarang cairan bening keluar
dari matanya saat Kyuhyun tak sengaja menatapnya.
“Kau tidak membuka
matamu lalu memelukku, hmm?” Kyuhyun mengecup pipi Heebum yang dingin. Bibir
gadis itu memutih namun tetap tersenyum tipis. Senyum yang menjadi prioritas
utama pria itu di hari-hari normal. Dia menyadari telah menghilangkan senyum
itu belakangan ini. Dan saat dia ingin mengembalikannya, sudah tidak ada
kesempatan lagi.
“Kau senang kan? Bisa
meninggalkanku?” ucap Kyuhyun. Berharap gadis itu akan bangun dan memukul
kepalanya seperti biasa, setidaknya lebih baik dibanding dia kaku dan dingin
seperti ini. Tangan gadisnya yang dia genggam tidak lagi hangat seperti biasa.
“Ya Tuhan.” Kyuhyun
meringis. Dia menyusupkan kepalanya di sela-sela lengan Heebum. Menutupi
kepalanya dengan lengan, seolah berusaha melindungi dirinya sendiri dari
sesuatu. Dia sudah tidak mampu
berpura-pura tidak ada yang terjadi. Tidak bisa lagi berpura-pura bahwa dirinya
masih baik-baik saja. Tak pernah membayangkan ada rasa sakit yang sebesar ini.
Kyuhyun mengusap sisa
darah yang keluar dari telinga Heebum, telinga yang biasanya selalu
mendengarnya. Tapi ini bukan biasanya, dimulai dari hari ini, tanpa gadis itu.
===
Sunyi. Nyaris tak terdengar kegaduhan
kecuali yang ditimbulkan oleh burung-burung di atas ranting yang sedang memberi
makan bayi mereka.
Kyuhyun melangkah
seorang diri melewati gerbang yang terbuka lebar. Senyum tipis nyaris tak
terlihat selalu muncul ketika naluri membawa kakinya melangkah ke tempat ini.
Dia berhenti berjalan, mengamati keluarga kecil Kim Heechul yang berada di
tempat tujuannya kemari. Waktu sudah berlalu, beberapa hal memang berubah.
Rambut Heechul tampak
rapi dan lebih pendek dari saat terakhir dia melihatnya. Joonhee sudah
bertambah tinggi sekarang, dan Raejoon tampak lebih anggun dengan aura keibuan
yang terlihat. Senyuman Kyuhyun menjadi lebih jelas. Dia tidak berniat mendekat,
biarkan dirinya hanya memperhatikan dari jauh seperti sekarang.
Pemuda
itu berhenti di sebuah rumah memorial yang megah setelah Heechul pergi. Mata
sayunya ikut tersenyum menatap sebuah pigura yang melindungi foto seorang gadis
cantik yang sedang tersenyum. Kyuhyun menunduk dan mulai berdoa. Angin sejuk
datang menyapanya ramah, merasakan sentuhan ringan menggenggam tangannya.
“Hai...,”
sapa sebuah suara lembut.
Senyuman
Kyuhyun semakin mengembang begitu mendengarnya. “Hai Sayang.” Ketenangan
menderanya menyadari kehadiran sosok itu berdiri di sampingnya, dengan senyuman
cerah seperti biasa. “Aku merindukanmu.” Kyuhyun memeluk ringan leher itu.
“Kau
kan setiap hari datang kemari. Mana mungkin merindukanku?”
“Kau
tak percaya, hmm?” tanyanya kalem masih enggan beranjak.
“Tidak.”
“Kau
pikir aku peduli?” Ada jeda sebentar. “Aku senang kau masih di sisiku.”
“Mmm...
hmm.” Kemudian sunyi. Dengan Kyuhyun yang belum mau melepas rengkuhannya
seperti koala dengan batang pohon. “Kyu?”
“Hmm?”
“Sudah
satu tahun.”
“Ya.
Kau benar.”
“Tadi
Heechul Oppa datang. Aku senang
sekali.”
“Dia
menjenguk adiknya yang nakal.”
“Yeah,
sebenarnya aku tidak terima dengan perkataanmu. Tapi... mungkin kau benar. Aku
tidak terlalu memaksakan kedatangannya jika dia memang tak ingin. Tapi Oppa datang. Aku bahagia sekali. Aku
tidak sempat meminta maaf padanya karena selalu membuatnya marah.”
“Hyung sangat terpukul waktu itu. Kau
adalah satu-satunya saudara kandungnya. Aku bisa melihat dia menyayangimu.”
“Begitu?
Yeah, untuk beberapa situasi aku tidak keberatan mengakui kalau aku juga
menyayanginya. Dan aku mencintaimu.”
Hidung
Heebum terasa dingin di pipi kanan Kyuhyun. “Aku tahu.” Kyuhyun menarik Heebum
mendekat dan mencium dahinya. Mata mereka bertemu dan Heebum bisa melihat rasa
terluka di mata Kyuhyun hampir mengalahkan rasa sedih yang dirasakannya untuk
dirinya sendiri. Masih jelas kedukaan yang Kyuhyun rasakan karena kematiannya.
“Heebum Sayang, jangan menangis sekarang.”
“Tidak
akan.” Jika saja Heebum bisa tetap memiliki pria itu di sampingnya sepanjang
waktu, setiap saat, seperti saat ini.
Perawakan tegapnya yang
selalu membuat Heebum terkesima, rahangnya yang kuat, tulang pipinya yang naik
–sekarang terlihat lebih cekung. Namun ketampanannya masih sama mengagumkan.
“Hyobin
akan menikah,” ujar Kyuhyun.
“Ya,
aku tahu. Aku turut bahagia untuknya. Dia datang kemarin setelah kau pulang.”
“Dia
kembali terlihat sedih begitu ingat tidak akan ada kau yang akan menjadi pendamping
pengantinnya.”
“Kami
bersahabat nyaris seumur hidup, masih begitu hingga kematianku. Saat sedang
sendirian, selain kau dan keluargaku tentunya, aku begitu merindukan dia dan
Seulrin.”
Tatapan
Kyuhyun masih terus memperhatikan Heebum yang sedang mengusap dadanya ringan
dengan kepala menunduk. Kepala Heebum yang terlepas dari topangan, terkulai ke
samping dengan darah yang menggenang tepat di lehernya. Pemandangan itu
terlintas di mata Kyuhyun, mengingatkannya pada kejadian yang sudah meluluh-lantakkan
hidupnya satu tahun ke belakang. Lengannya yang menahan punggung Heebum saat
itu dialiri cairan merah pekat yang hangat. Empat peluru berhasil dikeluarkan
setelah meremukkan tulang-tulang hingga nyaris menembus dada gadis kesayangannya.
Kyuhyun memejamkan mata membuang ingatan itu.
“Kupikir
Jiyeon cukup baik.”
“Oh,
jangan mulai lagi Heebum-a.”
Heebum
menggeleng tak mau dibantah. “Terserah kali ini kau mau mendengarku atau tidak,
tapi semua orang akan mengalami apa yang dinamakan mati, Kyu. Hanya cara dan
waktunya yang berbeda. Waktu itu memang sudah seharusnya menimpaku, kau tidak
boleh seperti ini.” Sebelum sempat protes, Heebum sudah menempelkan kedua
jarinya di bibir Kyuhyun. “Kau bisa mendapatkan kehidupan apa pun yang kau
inginkan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau bebas, oke? Kau bebas untuk
membuat keputusanmu sendiri. Bahkan kalau— kalau kau ingin melupakanku.”
“Apa?”
Kyuhyun menatap Heebum tidak percaya. “Kenapa aku sampai ingin melupakanmu?”
“Aku
sudah mati, kau ingat? Sedangkan kau?
Kau masih punya masa depan yang indah. Suatu hari nanti kau bisa menikah,
memiliki anak-anak yang lucu, menikmati hari tua bersama cucumu. Itu adalah
sesuatu yang tidak bisa kuberikan padamu. Kau bisa mel—“ Bibir Kyuhyun sudah
membungkam bibirnya. Menyalurkan rasa depresi yang merajalela.
“Kau
bisa diam tidak? Aku hanya ingin bersamamu saat ini. Jadi jangan merusak
suasana.” Seharusnya ini sempurna,
batin Kyuhyun, tapi aku sadar. Sekarang,
tanpa dia yang ada di dunia yang sama denganku, semua tak lagi sama.
Kau harus percaya padaku. Aku akan memohon
pada Tuhan untuk kisah kita yang lebih baik. Suatu hari, kita akan bertemu
kembali. Dengan identitas yang sudah berbeda. Kau dan aku hingga selamanya.
Kita.
END
upik, huaaa :'(
BalasHapustanggung jawab ah, kau bikin aku nangis pik, pas baca ending pas dengerin love really hurt...
makasih udah nyampur aduk perasaanku pik *lebay*
sweet ending if you're still alive beside kyu
eeeiii.. itu nangis gegara lagunya tuh. pake nyalahin orang.
Hapusaku kan penjual gado-gado im. jago nyampur aduk.
aku kan sudah sweet masak endingnya disweet-in juga. ntar kencing manis lo. ahaha
terimakasih sudah baca ya. love commentnya deh
sumpah yaaaaaa upiiiikk~~~ FF mu ini berkelas bangeett, cool! berasa ngebaca novel terjemahan tau, suka banget sama penjabarannya. sukasukasukaaa... maaf ya baru baca sekarang, soalnya kalau baca ff mu tu emg harus kondisinya hening pik, harus sndirian dikamar, harus menghayati bangeet.
BalasHapusfeelnya dapeeett!! haru biru bahagia kece badai ulala~~ baca ini feelnya sama kayak kalo aku baca novel terjemahan yang tebel tebel deh. sukses ya buat next ff, mangaaatt!!
aku suka badbooooyyyy~~~ #bow
tatang T.T aku terharu sekali..
Hapusbanyak kurang di sana-sini, banyak banget. tapi makasih udah baca sama komennya. semoga ke depannya jadi lebih baik. kita berdua. semangat!!
yeee
BalasHapus