Prolog
{What am i?}
Apa ya?
Aku berdiri di
tempat ini. Di tengah lapangan yang penuh sesak dengan manusia dan segala tetek-bengek aktivitas mereka. Aku selalu senang memperhatikan manusia-manusia
itu. Akan selalu begitu.
Gedung
Yeomkwang High School menjadi latar
tempatku sekarang. Dengan pohon yang mulai menghijau seiring kedatangan musim
semi. Dengan semerbak nektar Chrysantemum
yang mengumbar wangi. Dengan tetesan air mancur yang memantuli batu alam di
sudut lapangan. Segala kuasa Tuhan yang aku syukuri eksistensinya.
Rambutku
bergoyang kecil disentuh angin. Hari belum terlalu siang tapi selembar cahaya
matahari memercik mukaku.
Aku menarik napas dalam. Menjejalkan oksigen di setiap lorong paru-paruku. Menakjubkan.
Bahwa di dalam tubuhku tertopang sepasang paru-paru. Bahwa aku bernapas seperti halnya manusia dan itu menyebabkan jantungku terhantam
debaran-debaran yang aku sendiri tak mengerti apa maksudnya. Ini membuat
kebahagiaanku membuncah. Layaknya dunia dan seisinya berada dalam genggamanku.
Bukan tanpa
sebab aku berada di sini. Aku tidak bisa mendatangi dunia manusia dengan sesuka
hatiku. Peraturan menjeratku. Menjadi selayaknya manusia bukan perkara yang
mudah. Aku mengimitasi semua yang manusia lakukan dan aku tahu itu tak akan
memberi efek sedikitpun mengingat bahwa manusia tak mampu melihatku. Aku tidak
kasat mata.
Dan soal apa
aku. Manusia. Itu bukan bangsaku.
==
Snow White. Itu lebih mendefinisikan
makhluk apa aku sebenarnya. Bukan tokoh dalam cerita anak-anak dengan tujuh
kurcacinya yang aku maksud. Kaum kami lebih istimewa dari itu.
Para dewa
sendiri yang menunjuk segumpal jiwa murni untuk melengkapi keluarga mereka. Dan
aku termasuk satu dari jutaan jiwa yang beruntung itu.
Perawakan Snow White tidak jauh lebih baik dibandingkan
manusia. Kelebihan kami hanya, mampu menembus
tameng di kepala manusia untuk mencuri dengar apa yang makhluk itu pikirkan.
Kadang-kadang. Tidak selalu ampuh sebenarnya.
Makhluk tanpa
organ dalam. Itu sudah menjelaskan banyak hal. Bahwa kami tidak makan. Bahwa
kami tidak memerlukan oksigen yang terikat dengan darah untuk mempertahankan
eksistensi kami. Bahwa hati sama sekali tak berguna dan bahwa kami tak
memerlukan otak untuk berpikir.
Snow White yang dinilai telah mencapai taraf kedewasaan akan menjelajah untuk
menemukan jodohnya di bumi. The Great
Achievement. Jodoh adalah pencapaian terbesar kami jika kalian
belum tahu. Karena dengan begitu, kami dapat bereinkarnasi menjadi manusia.
Menemukan the great achievement bukan perihal mudah. Hal itu sama seperti
mencari sebuah jarum di setumpuk jerami. Mencari sebutir nasi di galaksi yang
maha luas. Sudah kukatakan bahwa kami tidak dapat mendatangi bumi seenak jidat.
Setiap 50 tahun sekali dalam
hidupnya, snow white dewasa akan
menjejakkan kaki mereka ke tanah bumi. Hanya tujuh
hari kami dapat bertahan di sana. Itu pun bukan berarti kami dengan sekejap mampu menemukan jodoh. Kemungkinan
terbesarnya hanya 40%.
Jika gagal?
Saat sudah
jatuh tempo dan kami belum menemukannya, kami akan kembali ke Olympus
menggunakan sayap kami dan menanti hingga 50 tahun ke depan. Sesederhana itu.
Saat kami
berada di bumi, tubuh kami disogoki organ-organ dalam yang untuk mengingat
namanya saja membuatku bingung. Itu berguna agar kami terbiasa menjadi manusia
jika sewaktu-waktu sang jodoh datang dan mengubah kami. Kami hanya mampu
bereinkarnasi saat bulan purnama tiba. Saat itu snow white dan pasangannya harus menyatukan setetes darah mereka.
Dan setelah beberapa saat, tadaaa...manusia.
Bagaimana kami
bisa tau jika seseorang itu adalah jodoh kami?
Mudah saja.
Kami terlalu menyilaukan di mata mereka. Indra mereka mampu menangkap
kederadaan kami. Hal terpenting adalah mereka memiliki benang merah di jari
kelingking yang tidak dapat dilihat manusia dan benda itu saling berkaitan
dengan benang di jari-jari kami.
Ini adalah
pengalaman tunggalku turun ke bumi. Aku gugup sebelumnya. Sungguh. Beruntung
rayuan para senior ampuh mengendurkan syaraf tegangku.
Siwon Oppa, snow white super sempurna itu gagal 3 kali dalam hal ini. Bayangkan
saja betapa tuanya dia. Hihihi. Ryeowook Oppa baru saja kembali dari bumi. Dan kalian tahu? dia mendapatkan kotak-kotak di perutnya yang coklat itu. Masih banyak
lagi yang gagal dalam ekstradisi pencarian the
great achievement mereka. Dan itu mampu
menaikkan kepercayaan diriku. Sedikit.
==
1st day, Yeomkwang High
School
{What does she think?}
Aku berkeliling di sekolah ini untuk mencari aktivitas
manusia yang bisa ku imitasi, saat kemudian aku memutuskan menghentikan
aktivitasku dan memandangi seorang gadis cantik yang berdiri sendiri menatap
sesuatu. Aku mengikuti arah pandang gadis
itu. Dia menatap dua orang yang
duduk di sudut sana. Seorang gadis dan lainnya seorang pria. Mereka begitu
akrab. Tapi menurut intuisi-ku, mereka
bukanlah sepasang kekasih.
Dia memandangi mereka –tepatnya gadis di sana itu- dengan aura kebencian, kemarahan dan
entahlah.
Kim Heebum.
Dari name tag gadis ini.
==
2nd day, Yeomkwang High School
{Unfortunately}
Ini hari ke-duaku di bumi. Itu artinya
waktu untuk mencari the great achievementku
berkurang. Dan bodohnya, sekarang aku justru
mengikuti gadis –Kim Heebum itu. Pikirannya membuatku penasaran.
Aku berjalan
mengikuti alur punggung Heebum. Melewati koridor yang terhubung dengan lapangan
sofball. Jika boleh aku berspekulasi, Heebum itu gadis yang manis.
Yah..tidak jauh
beda denganku.
Hei..jangan
memandangku seakan aku adalah pembohong tingkat dewa. Aku tergolong yang
terindah dari kaumku. Jadi bisa dibayangkan betapa moleknya aku.
Pikiranku
teralihkan oleh suara pikiran manusia di sekitarku. Heebum! Di mana dia?
Aku membalikkan badanku. Tidak!
Jangan katakan!
”Heebum awas!” Aku mencoba meneriakinya. Dan di saat seperti inilah aku merasa tidak
berguna. Siapa pun tak dapat
mendengarku.
Kejadian itu
begitu cepat. Tiang itu menimpa kaki Heebum tanpa diduga-duga. Dan setelah aku
rasa sudah cukup merutuki ketidakberdayaanku, aku mendatanginya. Beberapa murid
yang ada di sini menolong Heebum. Menyingkirkan tiang sialan itu. Gadis itu
hanya meringis. Aku ingin menangis. Pasti sangat menyakitkan.
”Heebum-a, kau tak
apa-apa?” Seorang gadis berjongkok di hadapan Heebum.
Benar-benar cemas. Seingatku gadis ini adalah gadis yang menjadi obyek
pandangan Heebum –dan aku- kemarin, Choi Seulrin. Dan pria yang berdiri di
belakangnya itu, Cho Kyuhyun.
Heebum menepis lengan Seulrin yang terulur padanya. ”Tak usah berpura-pura peduli padaku!”
Jika aku adalah Seulrin, aku akan langsung pergi setelah
diperlakukan seperti itu.
”Heebum, jangan begini.” Suara Seulrin melirih. Aku belum menemukan titik perselisihan mereka sebenarnya.
”Pergilah. Aku
tak membutuhkan bantuanmu.”
”Heebum-a... Kumohon.”
”Sudahlah, ayo
kita pergi saja.” Kyuhyun
menarik lengan Seulrin menjauh. Sedikit aksi tarik-menarik yang timbul karena
gadis itu menolak kemauan Kyuhyun untuk pergi.
Pada akhirnya
Seulrin yang mengalah oleh tarikan paksa seorang Cho Kyuhyun.
Secepat cahaya, ada seorang pria
yang menggamit lengan Heebum dan membantu gadis itu berdiri. Pria tampan
yang membuatku meneteskan liur, Lee Donghae. Dan sayangnya bukan dia the great achievementku.
“Harga dirimu
terlalu tinggi, nona Kim.”
==
Kantin, Yeomkwang High School
Aku melangkah membuntuti Seulrin dan Kyuhyun.
“Kenapa kau mencegahku hah?”
“Apa kau tak bisa mendengarnya? Dia tidak membutuhkanmu.” Kulihat Kyuhyun berdiri memunggungi Seulrin.
”Tapi dia
terluka, Kyu! Kau lihat sendiri kan tadi?” Seulrin mendengus tak percaya. “Dan jangan kau pikir aku tak tahu bahwa kau benar-benar mencemaskannya! Tak
usah membohongi perasaanmu.”
Eh?
==
Angin membelai wajahku lembut.
Menyejukkan. Aku dapat melihat manusia yang berlalu lalang dari atas sini. Dahan pohon yang tinggi memang tempat yang paling strategis untuk diduduki.
Oh the great achievement-ku. Di mana kau sebenarnya? Ah... aku bosaaaaaaaaaaannn !!
==
3rd day. Yeomkwang High School
{Crazily}
Hari ke-tigaku di bumi. Dan karena tingkat kebosananku yang semakin merajai tubuh, aku
masih saja mengikuti Heebum. Kemarin dokter memeriksa kakinya. Dan yah... dia memakai penyangga hari ini. Yang terpikir olehku, apakah gadis ini
tak mengenal istilah izin tidak masuk
sekolah?
Gadis itu berjalan
sendiri menuju lokernya dengan buku-buku yang berada di pelukannya. Entah kenapa ruangan ini sepi sekali.
”Aish. Sial!”
Kulihat salah
satu buku Heebum terjatuh. Untuk orang
normal –yang tanpa penyangga- itu hal yang lumrah. Mereka tinggal memungutnya
kembali. Tapi Heebum?
Dia berjongkok
sedikit demi sedikit. Tentu saja kaki kanannya –yang di gips tidak ikut
ditekuk. Aku tau itu sakit. Tangannya berusaha menggapai buku itu. Sedikit lagi... sedikit lagi... dan.. dapat!
Akhirnya... aku ikut menahan napas tadi. Gadis itu mencoba berdiri. Tapi sial, kurasa kakinya mulai bermasalah. Dia tertahan di posisi itu sekarang. Tubuhnya
berkeringat dan pucat pasi seperti menahan sakit.
”Keparat. Akan kubunuh orang yang tidak memasang tiang itu dengan benar,” umpatnya.
Sebuah tangan
terulur di hadapan Heebum. Dan aku tahu siapa. Cho Kyuhyun.
Heebum hanya
memandangi Kyuhyun tanpa menerima uluran tangan pria itu. Membuat Kyuhyun menggoyangkan tangannya. ”Ku bantu.”
Demi apa, jika
tidak benar benar dalam keadaan terjepit, aku jamin Heebum akan menolaknya.
Tapi keadaan berbicara lain. Heebum meraih tangan pria itu dan menggenggamnya
erat. Kyuhyun menarik lengan Heebum kemudian mendekap pinggang gadis itu hingga
berdiri.
”Jangan
mengasihaniku.”
Kyuhyun hanya
tersenyum. Dan kalian tahu? Tangannya terulur hanya supaya bisa mengusap kepala Heebum lembut, lalu melangkah pergi. Gila!
==
”Hai, sendiri saja?”
Holaaa... aku
mengikuti Seulrin kali ini. Dan yang bicara tadi, pria tampan-ku, Lee Donghae. Seulrin
mengalihkan pandangan dari novel yang dia baca. Gadis itu menengok ke kiri lalu kemudian ke kanan. Eh? Ada apa?
”Kau berbicara
denganku?”
Donghae
langsung melayangkan pantatnya ke bangku samping Seulrin. ”Apa kau melihat ada orang di sini
selain dirimu?”
Seulrin
menggeleng. Dan mengerti bahwa Donghae memang mengajaknya
bicara. Pria itu melayangkan
pandangannya ke sekeliling. Mencari apa, tampan? Apa kau mencari gadis cantik seperti ku? Aish.. lupakan! (-__-”)
”Kemana teman
Cho-mu itu?”
Seulrin
menghedikan bahunya. ”Entahlah.”
”Biasanya kalian
selalu bersama.”
”Tidak juga.
Jika bosan bocah itu selalu berkelana sendiri.”
”Dan
meninggalkanmu?”
Seulrin
mengangguk. ”Dia juga punya kehidupannya sendiri.”
”Apa kalian pacaran?”
”Hmm?” Sekali
lagi Seulrin berhenti membaca. Beralih menatap wajah tampan Donghae yang
penasaran. “Pertanyaan
bodoh macam apa itu?”
Donghae menelengkan kepalanya dengan
begitu antusias. ”Jadi?”
”Kami hanya
berteman, itu sudah lebih dari cukup.”
Kulihat dahi
Donghae yang berjengit sudah kembali mulus. Dan kalian tau apa yang pria itu
katakan setelahnya? ”Baguslah. Aku
tidak jadi patah hati kalau begitu.”
==
4th day. Yeomkwang High School
{Umm...}
Jeng jeng jeng. Hari ke-empatku di bumi dan sosok sialan itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apanya yang the great achievement? Harusnya istilah
itu diganti dengan the worst person! Ah, tidak tidak! The great fault. Ya, kurasa itu lebih sesuai. Benar, the great fault. Tapi tetap
saja, ah...
Tenang Hyobin, dinginkan kepalamu. Tarik napas, keluarkan.
Tarik napas, keluarkan. Oke, aku lebih tenang saat ini. Aku harus
menunggu the great achievement-ku
sampai dia menemukanku.
Aku
menggoyangkan kakiku yang terkulai. Aku sedang duduk di dahan pohon sekarang. Di sana, kulihat Heebum yang akan menaiki tangga dan ada Seulrin juga. Hei,
ada apa?
Aku akan
melihatnya.
”Pergilah. Aku tak butuh bantuanmu.” Heebum
berbicara dengan nada dingin seperti biasa. Seulrin hanya diam dan
mempertahankan senyumnya. Tangannya meraih lengan Heebum. Berani taruhan? Aku
yakin Seulrin berniat membantu Heebum menaiki tangga. Dan sudah kuduga, Heebum
langsung menepis tangan Seulrin.
”Kau pikir
dengan membantuku kau akan memperbaiki segalanya hah?” Heebum melangkah pergi.
==
”Sebenarnya apa
masalahmu dengan Heebum?” Kulihat Seulrin menghela napasnya. Lagi.
”Ini masalah
keluarga, Kyu.”
”Lalu? Jika
masalah keluarga memangnya kenapa?”
”Jika masalah
keluarga, kau tak semestinya tahu,” gumam Seulrin
dengan muka ditekuk.
”Kenapa tidak?
Anggap saja aku kaluargamu. Masalahnya selesai kan?”
”Tapi tidak
semudah itu, bodoh.”
”Ssstt... Kau sendiri yang membuat hal mudah menjadi sulit. Apa susahnya bercerita hmm?”
”Keras kepala!”
”Astaga, jangan bilang kau baru tahu.”
”Dasar bodoh.”
”Aku juara
kelas. Apa kau lupa?”
”Dasar sombong!
Ah, sudahlah. Dengarkan aku. Kau tahu, kan, Heebum hanya tinggal dengan ayahnya?”
Kyuhyun
mengangguk.
”Ibuku memiliki
hubungan khusus dengan ayah Heebum.”
Dahi Kyuhyun mengerut ”Lalu apa masalahnya?”
”Heebum pikir
ayahnya telah melupakan ibunya dan menganggap ibuku datang lalu memperburuk
keadaan.”
==
5th day. Yeomkwang High School.
{Blessing}
Waktuku di bumi tinggal sebentar
lagi. Aku benar-benar pasrah. Misalkan waktuku habis pun, aku masih dapat mencarinya 50 tahun lagi. Tapi itu terlalu lama.
Aku duduk di
samping Heebum. Mungkin kakinya sedikit ngilu sehingga gadis itu memutuskan duduk di taman belakang sekolah.
”Tidak pulang?”
Aku berbalik. Cho Kyuhyun. Pria itu langsung menjatuhkan diri di samping Heebum.
Beruntung pantatnya tidak menindih badanku. Aku berdiri saja.
”Sebentar lagi
aku pulang.”
”Dijemput?”
Heebum
menggeleng. ”Naik taksi.”
Dan entah
kenapa saat mendengarnya aura Kyuhyun mencerah. ”Pulang bersamaku?”
Ah, pantas saja. Dasar pria tampan! selalu saja seperti itu.
”Terima kasih,
tapi tidak perlu.”
”Kenapa kau
selalu menolak niat baikku?”
Heebum menatap
Kyuhyun yang sedang menatap lurus ke arah lain. ”Maksudmu?”
”Tak selamanya
aku bisa menahan diri, Hee-ya.”
Eh? Hee-ya? Tidak buruk. Hahaha. Dan gadis itu,
ayolah... Kapan kau mengerti, Sayang?
”Menahan diri?
Aku tak mengerti”
Giliran Kyuhyun
yang menatap Heebum dengan kesal. Membuat gadis
itu gelagapan karena tatapan tajam yang mampu menghunus jantungnya. Kenapa
begitu sulitnya gadis itu untuk mengerti? ”Aku mencintaimu. Apa kau belum mengerti juga?”
Hahaha. Kalian
harus melihat wajah Heebum sekarang. Mata gadis itu terbelalak dan mulutnya
terbuka. Tangan Kyuhyun bergerak mendorong dagu Heebum perlahan agar tertutup.
Hahaha... lihat, pipi gadis itu merona. Omona.
Otak Heebum
sedang membanting tulang untuk mencerna semuanya. Dan sekarang, pemahaman baru
itu muncul.
”Kenapa diam?” tanya
Kyuhyun
”Hmm? Lalu aku harus apa?”
”Aku beri kau dua pilihan.”
”Dua?”
”Ya, dua pilihan. Pilihan pertama, kau jadi pacarku.”
”Pilihan kedua?”
”Pilihan kedua, kau menolakku, tapi 5 detik setelah itu kau menjadi kekasihku dan jangan harap bisa lari.”
”Itu sih sama saja namanya.”
”Jadi...”
”Jadi?”
Kulihat wajah
Kyuhyun mendekati Heebum. ”Jadi mana
pilihanmu, Sayang?” Sedetik kemudian Kyuhyun menekan bibir Heebum menggunakan bibirnya.
Balas membalas. Dan kurasa ini tidak akan cepat berakhir.
==
Hyundai
Dpartement Store
Aku mengintip foto yang sedang
dibawa Heebum, fotonya dan Kyuhyun.
Kalian tahu?
Kyuhyun menculik Heebum tadi, dan aku mengikutkan diri untuk diculik. Kalau
tidak salah, kencan. Tempat ini namanya Departement Store. Apakah benar? Sepertinya sih iya.
Heebum menoleh
ketika sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Sekotak susu coklat.
”Terima kasih.”
Jari Heebum
menelusuri bibir kaleng yang dingin dan mengembun. Gadis itu membuka lalu
membiarkan cairan berwarna coklat yang manis itu mengaliri kerongkongannya. Matanya tak sengaja menumbuk satu keluarga yang duduk di sudut ruangan.
Ayah, ibu, dan dua anaknya yang
mulai beranjak dewasa.
Heebum-a, aku tahu perasaanmu.
”Kau ingin
seperti mereka?” Heebum mengalihkan pandangannya ke arah Kyuhyun.
Gadis itu
tersenyum kecut. ”Apa bisa?”
Ucapannya terdengar seperti dakwaan. Bukan menyerupai seonggok pertanyaan yang butuh untuk dijawab.
Kyuhyun
berjongkok di depan gadis itu. ”Aku tahu hubunganmu dan ayahmu lebih dekat dibanding apapun. Tapi apakah
kau tahu Hee-ya? Tidak semua hal bisa diungkapkan ayahmu padamu. Ayahmu tetap saja membutuhkan pendamping.” Pria itu mengusap pipi Heebum lembut.
Perkataan
Kyuhyun begitu merasuk ke dalam benaknya. Gadis itu memikirkan keluarganya,
ayahnya dan kehidupan keluarga kecil itu setelah kematian ibunya 8 tahun lalu.
Dan itu berhasil menohok hatinya. Memanaskan sekaligus melembabkan matanya, mengelukan lidahnya.
”Kyu...”
”Hmm?”
”Antar aku
pulang.”
==
Heebum’s
Residence
”Ayah pergi dulu.” Kulihat ayah
Heebum yang sedang menuruni tangga sembari mengenakan jasnya.
”Hati-hati, Ayah.”
Ayahnya masih
muda dan tampan. Sungguh. Aku dan Heebum duduk di sofa bawah, memandangi Mr. Kim
Mr. Kim
menghentikan langkahnya tepat sebelum tangannya merasakan dinginnya gagang
pintu saat ucapan Heebum memanggilnya
”Ayah...”
”Hmm?”
”Besok...”
”Besok?”
”Makan malam
dengan Choi ahjumma di sini saja.”
Mulai saat ini,
sinar beban yang terpencar dari mata Mr. Kim menghilang. Penghalang hubungannya
sudah sirna sekarang. Heebum sudah menyetujui hubungannya.
Dan aku.. aku ikut senang (^__^)
==
6th day.
Heebum’s Residence
{All is well}
Heebum dan Seulrin duduk berdua
di sofa balkon kamar Heebum. Orang tua mereka sedang makan malam. Dan hihihi..
(^__^”) aneh melihat dua gadis ini
duduk bersama.
Bintang-bintang
sedang tidak malu memancarkan pesonanya. Begitu juga bulan yang memantulkan
cahaya matahari dengan anggunnya. Angin lembut menyapa. Menggelitik permukaan
kulitku.
”Hah.. lega
rasanya.” Seulrin merentangkan tangannya.
”Di sini dingin, ayo masuk.” Seulrin mengangguk ringan lalu berjalan mengikuti Heebum. Dan aku
membuntuti mereka. Aku mengikuti
Heebum yang menghempaskan tubuhnya ke kasur. Sedangkan Seulrin, dia berkeliling
memandangi pajangan yang terletak di sini.
”Heebum-a?”
”Hmm?”
”Kenapa
tiba-tiba kau menerima ibuku?”
”Karena—“ Heebum mengulangi ucapan Kyuhyun tempo hari di dalam benaknya demi
dirinya sendiri. “...setidaknya wajahmu tidak
membuatku malu jika kau yang menjadi saudaraku.”
Hahaha. Senang
rasanya mendengar Heebum yang merutuki dirinya sendiri. Entah kenapa justru
kata-kata itu yang meluncur dari mulutnya. Aku tahu, Heebum bukanlah orang yang
menjadikan kecantikan sebagai prioritas
utamanya.
”Astaga, seorang Kim Heebum mengakui kemolekanku.”
”Yah, tertawalah sepuasmu.”
”Hahaha. Hei, apa ini? Heebum-a, kenapa ada
fotomu dan Kyuhyun di sini?”
”Eh, itu...”
==
7th day. Yeomkwang High School
{Finally}
Hari terakhirku di bumi dan aku belum juga menemukan
the great achievement-ku. Sedih. Tapi aku juga lega. Setidaknya aku akan pergi dengan perasaan bahagia
melihat manusia terdekatku dalam keadaan baik-baik.
Aku sedang
duduk di dahan pohon Yeomkwang High
School untuk
terakhir kali. Terlihat Kyuhyun dan Heebum
yang sedang bermesraan di bawah sana. Hihihi.
Dari sini
terlihat pula Seulrin yang mengitari sekolah. Sesekali bertanya pada murid
lainnya. Berani bertaruh? Aku yakin dia mencari sahabat Cho nya itu. Saat dia melihat Kyuhyun dan Heebum, senyum terlukis di bibirnya lalu
memutuskan memberikan privasi untuk pasangan itu. Pilihan tepat kurasa.
Aku turun dari
dahan dan melangkah mengikuti Seulrin yang menuju ke kantin. Dia duduk di salah satu bangku. Tiba-tida sepangan lengan menutupi kedua
mata gadis itu. Lee Donghae.
”Tidah lucu,
Hae-ya.”
Donghae
menjauhkan tangannya dari mata Seulrin sembari memposisikan tubuhnya duduk di
samping gadis itu. ”Bagaimana kau selalu bisa menebak kalau itu aku sih?”
Tentu saja, Donghae-ya. Kau saja yang
tak tahu kalau gadis itu adalah fans-mu.
”Hei, kau tahu, tidak? Aku lega
mendengar sahabatmu berpacaran dengan Heebum. Itu artinya tidak ada lagi pria yang berkemungkinan untuk memilikimu.”
”Kau mendoakan
aku menjadi perawan tua?”
”Tidak.
Mungkin. Entahlah. Jika hanya itu satu-satunya cara agar tak ada pria mana pun yang memilikimu, maka jawabanku adalah iya. Tapi kau tak perlu khawatirkan
jalan hidupmu ke depan nanti. Aku yang akan
menjamin kehidupanmu.”
”Astaga, Lee Donghae. Jangan katakan
bahwa kau mencintaiku.”
”Bagaimana jika
benar? Jangan kau kira aku tak tahu bahwa kau juga mencintaiku, nona Choi.”
”Ya! Kenapa kau mengetahuinya?”
O..o Kenapa jadi seperti ini?
Donghae
langsung menarik Seulrin ke dalam pelukannya. Ini tontonan menarik. Lebih
menarik daripada melihat abs Siwon
oppa yang menggiurkan itu. Sungguh.
”Aakhirnya... setelah tiga tahun, aku dapat memelukmu seperti ini.”
”Hei hei hei. Kau terbutakan oleh pesonaku.”
”Ya ya ya, terserahmu
menganggapnya seperti apa.”
Hahaha... Sedih rasanya meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju atap sekolah. Angin berhembus agak kencang di sini. Dan sudah waktunya aku pergi. Selamat tinggal bumi, selamat
tinggal Yeomkwang High School. Aku
mengeluarkan sayapku
Tapi, eh?
Epilog
{I love you.
Yesterday.Now.Tomorrow.Forever}
Aku menghapus riasan dari tubuhku. Pesta resepsi pernikahanku baru saja selesai. Dan sekarang rasanya tulangku
remuk semua. 3500 undangan terlihat jauh lebih banyak dari perkiraanku.
Pintu kamar
mandi terbuka dan aku dapat melihat seorang pria keluar dari sana melalui pantulan cermin meja riasku. Suamiku. Apakah aku sudah mengatakan ini? Aku manusia
sekarang. Dan dia yang mengubahku. Hahaha.
Dia mendekat
dan langsung memelukku dari belakang. Embusan napasnya yang mengenai tengkukku membuatku geli.
Bergidik. Tapi menyenangkan. Itu artinya jantungnya masih berdetak untukku.
Nyawanya masih bertahan untuk hidup bahagia bersamaku. Dia memainkan bibirnya di tengkuku. Dan
dia benar-benar tau caranya. Aku tak mampu
menahannya jika sudah begini.
{Flashback}
7th day. Yeomkwang High School
Aku mengeluarkan sayapku. Tapi, eh? Ada apa? Aku merasakan sesuatu menyentuh sayapku. Aku berbalik.
HYA!! Di—dia..
”Ini sayap
sungguhan?”
Aku tak peduli
bagaimana wajahku saat ini. ”Ka—kau bisa melihatku?”
”Tentu saja.
Kenapa tidak?” jawabnya dengan wajah inosen. Tidak tahukah dia bahwa aku
sudah menunggunya selama ini?
Agar lebih
meyakinkan, aku menatap jari kelingkingnya. Dan bingo! Benang merahnya
terhubung dengan jari kelingkingku. Aku menatap sekilat name tag-nya. Nama yang
sesuai.
”Kau, kalau boleh tahu, siapa namamu?”
Uwooo.. dia
menanyai namaku. ”Jung Hyobin.”
Aku tersenyum
melihatnya. Senyumnya manis. Gusinya membuatku tergila-gila. Pria ini. Dia tidak memunyai
lesung pipi seunik Jungsoo Oppa. Tidak secantik Heechul Oppa. Tidak se-cool Hankyung Oppa. Tidak semanis Yesung Oppa.Tidak segarang Kangin Oppa. Tidak sechubby Shindong Oppa. Tidak se-cute Sungmin Oppa. Tidak setampan Siwon Oppa. Tidak seimut Ryeowook Oppa. Dan tidak semisterius Kibum Oppa.
Entah bagaimana dan apa yang
membuatku begitu menginginkan pria ini. Pria yang akan mengubah takdirku. Pria
ajaibku. The great achievement-ku. Lee Hyukjae.
==
”Keabadian bukan segala yang kuinginkan
sepanjang eksistensiku. Aku lebih menyegani kita yang saling mencintai lalu
dipisahkan oleh maut dibanding harus menjalani keabadian seorang diri, tanpamu.”- Jung Hyobin
=END= “Snow White”
===
Prolog
{What am i?}
Apa ya?
Aku berdiri di
tempat ini. Di tengah lapangan yang penuh sesak dengan manusia dan segala tetek-bengek aktivitas mereka. Aku selalu senang memperhatikan manusia-manusia
itu. Akan selalu begitu.
Gedung
Yeomkwang High School menjadi latar
tempatku sekarang. Dengan pohon yang mulai menghijau seiring kedatangan musim
semi. Dengan semerbak nektar Chrysantemum
yang mengumbar wangi. Dengan tetesan air mancur yang memantuli batu alam di
sudut lapangan. Segala kuasa Tuhan yang aku syukuri eksistensinya.
Rambutku
bergoyang kecil disentuh angin. Hari belum terlalu siang tapi selembar cahaya
matahari memercik mukaku.
Aku menarik napas dalam. Menjejalkan oksigen di setiap lorong paru-paruku. Menakjubkan.
Bahwa di dalam tubuhku tertopang sepasang paru-paru. Bahwa aku bernapas seperti halnya manusia dan itu menyebabkan jantungku terhantam
debaran-debaran yang aku sendiri tak mengerti apa maksudnya. Ini membuat
kebahagiaanku membuncah. Layaknya dunia dan seisinya berada dalam genggamanku.
Bukan tanpa
sebab aku berada di sini. Aku tidak bisa mendatangi dunia manusia dengan sesuka
hatiku. Peraturan menjeratku. Menjadi selayaknya manusia bukan perkara yang
mudah. Aku mengimitasi semua yang manusia lakukan dan aku tahu itu tak akan
memberi efek sedikitpun mengingat bahwa manusia tak mampu melihatku. Aku tidak
kasat mata.
Dan soal apa
aku. Manusia. Itu bukan bangsaku.
==
Snow White. Itu lebih mendefinisikan
makhluk apa aku sebenarnya. Bukan tokoh dalam cerita anak-anak dengan tujuh
kurcacinya yang aku maksud. Kaum kami lebih istimewa dari itu.
Para dewa
sendiri yang menunjuk segumpal jiwa murni untuk melengkapi keluarga mereka. Dan
aku termasuk satu dari jutaan jiwa yang beruntung itu.
Perawakan Snow White tidak jauh lebih baik dibandingkan
manusia. Kelebihan kami hanya, mampu menembus
tameng di kepala manusia untuk mencuri dengar apa yang makhluk itu pikirkan.
Kadang-kadang. Tidak selalu ampuh sebenarnya.
Makhluk tanpa
organ dalam. Itu sudah menjelaskan banyak hal. Bahwa kami tidak makan. Bahwa
kami tidak memerlukan oksigen yang terikat dengan darah untuk mempertahankan
eksistensi kami. Bahwa hati sama sekali tak berguna dan bahwa kami tak
memerlukan otak untuk berpikir.
Snow White yang dinilai telah mencapai taraf kedewasaan akan menjelajah untuk
menemukan jodohnya di bumi. The Great
Achievement. Jodoh adalah pencapaian terbesar kami jika kalian
belum tahu. Karena dengan begitu, kami dapat bereinkarnasi menjadi manusia.
Menemukan the great achievement bukan perihal mudah. Hal itu sama seperti
mencari sebuah jarum di setumpuk jerami. Mencari sebutir nasi di galaksi yang
maha luas. Sudah kukatakan bahwa kami tidak dapat mendatangi bumi seenak jidat.
Setiap 50 tahun sekali dalam
hidupnya, snow white dewasa akan
menjejakkan kaki mereka ke tanah bumi. Hanya tujuh
hari kami dapat bertahan di sana. Itu pun bukan berarti kami dengan sekejap mampu menemukan jodoh. Kemungkinan
terbesarnya hanya 40%.
Jika gagal?
Saat sudah
jatuh tempo dan kami belum menemukannya, kami akan kembali ke Olympus
menggunakan sayap kami dan menanti hingga 50 tahun ke depan. Sesederhana itu.
Saat kami
berada di bumi, tubuh kami disogoki organ-organ dalam yang untuk mengingat
namanya saja membuatku bingung. Itu berguna agar kami terbiasa menjadi manusia
jika sewaktu-waktu sang jodoh datang dan mengubah kami. Kami hanya mampu
bereinkarnasi saat bulan purnama tiba. Saat itu snow white dan pasangannya harus menyatukan setetes darah mereka.
Dan setelah beberapa saat, tadaaa...manusia.
Bagaimana kami
bisa tau jika seseorang itu adalah jodoh kami?
Mudah saja.
Kami terlalu menyilaukan di mata mereka. Indra mereka mampu menangkap
kederadaan kami. Hal terpenting adalah mereka memiliki benang merah di jari
kelingking yang tidak dapat dilihat manusia dan benda itu saling berkaitan
dengan benang di jari-jari kami.
Ini adalah
pengalaman tunggalku turun ke bumi. Aku gugup sebelumnya. Sungguh. Beruntung
rayuan para senior ampuh mengendurkan syaraf tegangku.
Siwon Oppa, snow white super sempurna itu gagal 3 kali dalam hal ini. Bayangkan
saja betapa tuanya dia. Hihihi. Ryeowook Oppa baru saja kembali dari bumi. Dan kalian tahu? dia mendapatkan kotak-kotak di perutnya yang coklat itu. Masih banyak
lagi yang gagal dalam ekstradisi pencarian the
great achievement mereka. Dan itu mampu
menaikkan kepercayaan diriku. Sedikit.
==
1st day, Yeomkwang High
School
{What does she think?}
Aku berkeliling di sekolah ini untuk mencari aktivitas
manusia yang bisa ku imitasi, saat kemudian aku memutuskan menghentikan
aktivitasku dan memandangi seorang gadis cantik yang berdiri sendiri menatap
sesuatu. Aku mengikuti arah pandang gadis
itu. Dia menatap dua orang yang
duduk di sudut sana. Seorang gadis dan lainnya seorang pria. Mereka begitu
akrab. Tapi menurut intuisi-ku, mereka
bukanlah sepasang kekasih.
Dia memandangi mereka –tepatnya gadis di sana itu- dengan aura kebencian, kemarahan dan
entahlah.
Kim Heebum.
Dari name tag gadis ini.
==
2nd day, Yeomkwang High School
{Unfortunately}
Ini hari ke-duaku di bumi. Itu artinya
waktu untuk mencari the great achievementku
berkurang. Dan bodohnya, sekarang aku justru
mengikuti gadis –Kim Heebum itu. Pikirannya membuatku penasaran.
Aku berjalan
mengikuti alur punggung Heebum. Melewati koridor yang terhubung dengan lapangan
sofball. Jika boleh aku berspekulasi, Heebum itu gadis yang manis.
Yah..tidak jauh
beda denganku.
Hei..jangan
memandangku seakan aku adalah pembohong tingkat dewa. Aku tergolong yang
terindah dari kaumku. Jadi bisa dibayangkan betapa moleknya aku.
Pikiranku
teralihkan oleh suara pikiran manusia di sekitarku. Heebum! Di mana dia?
Aku membalikkan badanku. Tidak!
Jangan katakan!
”Heebum awas!” Aku mencoba meneriakinya. Dan di saat seperti inilah aku merasa tidak
berguna. Siapa pun tak dapat
mendengarku.
Kejadian itu
begitu cepat. Tiang itu menimpa kaki Heebum tanpa diduga-duga. Dan setelah aku
rasa sudah cukup merutuki ketidakberdayaanku, aku mendatanginya. Beberapa murid
yang ada di sini menolong Heebum. Menyingkirkan tiang sialan itu. Gadis itu
hanya meringis. Aku ingin menangis. Pasti sangat menyakitkan.
”Heebum-a, kau tak
apa-apa?” Seorang gadis berjongkok di hadapan Heebum.
Benar-benar cemas. Seingatku gadis ini adalah gadis yang menjadi obyek
pandangan Heebum –dan aku- kemarin, Choi Seulrin. Dan pria yang berdiri di
belakangnya itu, Cho Kyuhyun.
Heebum menepis lengan Seulrin yang terulur padanya. ”Tak usah berpura-pura peduli padaku!”
Jika aku adalah Seulrin, aku akan langsung pergi setelah
diperlakukan seperti itu.
”Heebum, jangan begini.” Suara Seulrin melirih. Aku belum menemukan titik perselisihan mereka sebenarnya.
”Pergilah. Aku
tak membutuhkan bantuanmu.”
”Heebum-a... Kumohon.”
”Sudahlah, ayo
kita pergi saja.” Kyuhyun
menarik lengan Seulrin menjauh. Sedikit aksi tarik-menarik yang timbul karena
gadis itu menolak kemauan Kyuhyun untuk pergi.
Pada akhirnya
Seulrin yang mengalah oleh tarikan paksa seorang Cho Kyuhyun.
Secepat cahaya, ada seorang pria
yang menggamit lengan Heebum dan membantu gadis itu berdiri. Pria tampan
yang membuatku meneteskan liur, Lee Donghae. Dan sayangnya bukan dia the great achievementku.
“Harga dirimu
terlalu tinggi, nona Kim.”
==
Kantin, Yeomkwang High School
Aku melangkah membuntuti Seulrin dan Kyuhyun.
“Kenapa kau mencegahku hah?”
“Apa kau tak bisa mendengarnya? Dia tidak membutuhkanmu.” Kulihat Kyuhyun berdiri memunggungi Seulrin.
”Tapi dia
terluka, Kyu! Kau lihat sendiri kan tadi?” Seulrin mendengus tak percaya. “Dan jangan kau pikir aku tak tahu bahwa kau benar-benar mencemaskannya! Tak
usah membohongi perasaanmu.”
Eh?
==
Angin membelai wajahku lembut.
Menyejukkan. Aku dapat melihat manusia yang berlalu lalang dari atas sini. Dahan pohon yang tinggi memang tempat yang paling strategis untuk diduduki.
Oh the great achievement-ku. Di mana kau sebenarnya? Ah... aku bosaaaaaaaaaaannn !!
==
3rd day. Yeomkwang High School
{Crazily}
Hari ke-tigaku di bumi. Dan karena tingkat kebosananku yang semakin merajai tubuh, aku
masih saja mengikuti Heebum. Kemarin dokter memeriksa kakinya. Dan yah... dia memakai penyangga hari ini. Yang terpikir olehku, apakah gadis ini
tak mengenal istilah izin tidak masuk
sekolah?
Gadis itu berjalan
sendiri menuju lokernya dengan buku-buku yang berada di pelukannya. Entah kenapa ruangan ini sepi sekali.
”Aish. Sial!”
Kulihat salah
satu buku Heebum terjatuh. Untuk orang
normal –yang tanpa penyangga- itu hal yang lumrah. Mereka tinggal memungutnya
kembali. Tapi Heebum?
Dia berjongkok
sedikit demi sedikit. Tentu saja kaki kanannya –yang di gips tidak ikut
ditekuk. Aku tau itu sakit. Tangannya berusaha menggapai buku itu. Sedikit lagi... sedikit lagi... dan.. dapat!
Akhirnya... aku ikut menahan napas tadi. Gadis itu mencoba berdiri. Tapi sial, kurasa kakinya mulai bermasalah. Dia tertahan di posisi itu sekarang. Tubuhnya
berkeringat dan pucat pasi seperti menahan sakit.
”Keparat. Akan kubunuh orang yang tidak memasang tiang itu dengan benar,” umpatnya.
Sebuah tangan
terulur di hadapan Heebum. Dan aku tahu siapa. Cho Kyuhyun.
Heebum hanya
memandangi Kyuhyun tanpa menerima uluran tangan pria itu. Membuat Kyuhyun menggoyangkan tangannya. ”Ku bantu.”
Demi apa, jika
tidak benar benar dalam keadaan terjepit, aku jamin Heebum akan menolaknya.
Tapi keadaan berbicara lain. Heebum meraih tangan pria itu dan menggenggamnya
erat. Kyuhyun menarik lengan Heebum kemudian mendekap pinggang gadis itu hingga
berdiri.
”Jangan
mengasihaniku.”
Kyuhyun hanya
tersenyum. Dan kalian tahu? Tangannya terulur hanya supaya bisa mengusap kepala Heebum lembut, lalu melangkah pergi. Gila!
==
”Hai, sendiri saja?”
Holaaa... aku
mengikuti Seulrin kali ini. Dan yang bicara tadi, pria tampan-ku, Lee Donghae. Seulrin
mengalihkan pandangan dari novel yang dia baca. Gadis itu menengok ke kiri lalu kemudian ke kanan. Eh? Ada apa?
”Kau berbicara
denganku?”
Donghae
langsung melayangkan pantatnya ke bangku samping Seulrin. ”Apa kau melihat ada orang di sini
selain dirimu?”
Seulrin
menggeleng. Dan mengerti bahwa Donghae memang mengajaknya
bicara. Pria itu melayangkan
pandangannya ke sekeliling. Mencari apa, tampan? Apa kau mencari gadis cantik seperti ku? Aish.. lupakan! (-__-”)
”Kemana teman
Cho-mu itu?”
Seulrin
menghedikan bahunya. ”Entahlah.”
”Biasanya kalian
selalu bersama.”
”Tidak juga.
Jika bosan bocah itu selalu berkelana sendiri.”
”Dan
meninggalkanmu?”
Seulrin
mengangguk. ”Dia juga punya kehidupannya sendiri.”
”Apa kalian pacaran?”
”Hmm?” Sekali
lagi Seulrin berhenti membaca. Beralih menatap wajah tampan Donghae yang
penasaran. “Pertanyaan
bodoh macam apa itu?”
Donghae menelengkan kepalanya dengan
begitu antusias. ”Jadi?”
”Kami hanya
berteman, itu sudah lebih dari cukup.”
Kulihat dahi
Donghae yang berjengit sudah kembali mulus. Dan kalian tau apa yang pria itu
katakan setelahnya? ”Baguslah. Aku
tidak jadi patah hati kalau begitu.”
==
4th day. Yeomkwang High School
{Umm...}
Jeng jeng jeng. Hari ke-empatku di bumi dan sosok sialan itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apanya yang the great achievement? Harusnya istilah
itu diganti dengan the worst person! Ah, tidak tidak! The great fault. Ya, kurasa itu lebih sesuai. Benar, the great fault. Tapi tetap
saja, ah...
Tenang Hyobin, dinginkan kepalamu. Tarik napas, keluarkan.
Tarik napas, keluarkan. Oke, aku lebih tenang saat ini. Aku harus
menunggu the great achievement-ku
sampai dia menemukanku.
Aku
menggoyangkan kakiku yang terkulai. Aku sedang duduk di dahan pohon sekarang. Di sana, kulihat Heebum yang akan menaiki tangga dan ada Seulrin juga. Hei,
ada apa?
Aku akan
melihatnya.
”Pergilah. Aku tak butuh bantuanmu.” Heebum
berbicara dengan nada dingin seperti biasa. Seulrin hanya diam dan
mempertahankan senyumnya. Tangannya meraih lengan Heebum. Berani taruhan? Aku
yakin Seulrin berniat membantu Heebum menaiki tangga. Dan sudah kuduga, Heebum
langsung menepis tangan Seulrin.
”Kau pikir
dengan membantuku kau akan memperbaiki segalanya hah?” Heebum melangkah pergi.
==
”Sebenarnya apa
masalahmu dengan Heebum?” Kulihat Seulrin menghela napasnya. Lagi.
”Ini masalah
keluarga, Kyu.”
”Lalu? Jika
masalah keluarga memangnya kenapa?”
”Jika masalah
keluarga, kau tak semestinya tahu,” gumam Seulrin
dengan muka ditekuk.
”Kenapa tidak?
Anggap saja aku kaluargamu. Masalahnya selesai kan?”
”Tapi tidak
semudah itu, bodoh.”
”Ssstt... Kau sendiri yang membuat hal mudah menjadi sulit. Apa susahnya bercerita hmm?”
”Keras kepala!”
”Astaga, jangan bilang kau baru tahu.”
”Dasar bodoh.”
”Aku juara
kelas. Apa kau lupa?”
”Dasar sombong!
Ah, sudahlah. Dengarkan aku. Kau tahu, kan, Heebum hanya tinggal dengan ayahnya?”
Kyuhyun
mengangguk.
”Ibuku memiliki
hubungan khusus dengan ayah Heebum.”
Dahi Kyuhyun mengerut ”Lalu apa masalahnya?”
”Heebum pikir
ayahnya telah melupakan ibunya dan menganggap ibuku datang lalu memperburuk
keadaan.”
==
5th day. Yeomkwang High School.
{Blessing}
Waktuku di bumi tinggal sebentar
lagi. Aku benar-benar pasrah. Misalkan waktuku habis pun, aku masih dapat mencarinya 50 tahun lagi. Tapi itu terlalu lama.
Aku duduk di
samping Heebum. Mungkin kakinya sedikit ngilu sehingga gadis itu memutuskan duduk di taman belakang sekolah.
”Tidak pulang?”
Aku berbalik. Cho Kyuhyun. Pria itu langsung menjatuhkan diri di samping Heebum.
Beruntung pantatnya tidak menindih badanku. Aku berdiri saja.
”Sebentar lagi
aku pulang.”
”Dijemput?”
Heebum
menggeleng. ”Naik taksi.”
Dan entah
kenapa saat mendengarnya aura Kyuhyun mencerah. ”Pulang bersamaku?”
Ah, pantas saja. Dasar pria tampan! selalu saja seperti itu.
”Terima kasih,
tapi tidak perlu.”
”Kenapa kau
selalu menolak niat baikku?”
Heebum menatap
Kyuhyun yang sedang menatap lurus ke arah lain. ”Maksudmu?”
”Tak selamanya
aku bisa menahan diri, Hee-ya.”
Eh? Hee-ya? Tidak buruk. Hahaha. Dan gadis itu,
ayolah... Kapan kau mengerti, Sayang?
”Menahan diri?
Aku tak mengerti”
Giliran Kyuhyun
yang menatap Heebum dengan kesal. Membuat gadis
itu gelagapan karena tatapan tajam yang mampu menghunus jantungnya. Kenapa
begitu sulitnya gadis itu untuk mengerti? ”Aku mencintaimu. Apa kau belum mengerti juga?”
Hahaha. Kalian
harus melihat wajah Heebum sekarang. Mata gadis itu terbelalak dan mulutnya
terbuka. Tangan Kyuhyun bergerak mendorong dagu Heebum perlahan agar tertutup.
Hahaha... lihat, pipi gadis itu merona. Omona.
Otak Heebum
sedang membanting tulang untuk mencerna semuanya. Dan sekarang, pemahaman baru
itu muncul.
”Kenapa diam?” tanya
Kyuhyun
”Hmm? Lalu aku harus apa?”
”Aku beri kau dua pilihan.”
”Dua?”
”Ya, dua pilihan. Pilihan pertama, kau jadi pacarku.”
”Pilihan kedua?”
”Pilihan kedua, kau menolakku, tapi 5 detik setelah itu kau menjadi kekasihku dan jangan harap bisa lari.”
”Itu sih sama saja namanya.”
”Jadi...”
”Jadi?”
Kulihat wajah
Kyuhyun mendekati Heebum. ”Jadi mana
pilihanmu, Sayang?” Sedetik kemudian Kyuhyun menekan bibir Heebum menggunakan bibirnya.
Balas membalas. Dan kurasa ini tidak akan cepat berakhir.
==
Hyundai
Dpartement Store
Aku mengintip foto yang sedang
dibawa Heebum, fotonya dan Kyuhyun.
Kalian tahu?
Kyuhyun menculik Heebum tadi, dan aku mengikutkan diri untuk diculik. Kalau
tidak salah, kencan. Tempat ini namanya Departement Store. Apakah benar? Sepertinya sih iya.
Heebum menoleh
ketika sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Sekotak susu coklat.
”Terima kasih.”
Jari Heebum
menelusuri bibir kaleng yang dingin dan mengembun. Gadis itu membuka lalu
membiarkan cairan berwarna coklat yang manis itu mengaliri kerongkongannya. Matanya tak sengaja menumbuk satu keluarga yang duduk di sudut ruangan.
Ayah, ibu, dan dua anaknya yang
mulai beranjak dewasa.
Heebum-a, aku tahu perasaanmu.
”Kau ingin
seperti mereka?” Heebum mengalihkan pandangannya ke arah Kyuhyun.
Gadis itu
tersenyum kecut. ”Apa bisa?”
Ucapannya terdengar seperti dakwaan. Bukan menyerupai seonggok pertanyaan yang butuh untuk dijawab.
Kyuhyun
berjongkok di depan gadis itu. ”Aku tahu hubunganmu dan ayahmu lebih dekat dibanding apapun. Tapi apakah
kau tahu Hee-ya? Tidak semua hal bisa diungkapkan ayahmu padamu. Ayahmu tetap saja membutuhkan pendamping.” Pria itu mengusap pipi Heebum lembut.
Perkataan
Kyuhyun begitu merasuk ke dalam benaknya. Gadis itu memikirkan keluarganya,
ayahnya dan kehidupan keluarga kecil itu setelah kematian ibunya 8 tahun lalu.
Dan itu berhasil menohok hatinya. Memanaskan sekaligus melembabkan matanya, mengelukan lidahnya.
”Kyu...”
”Hmm?”
”Antar aku
pulang.”
==
Heebum’s
Residence
”Ayah pergi dulu.” Kulihat ayah
Heebum yang sedang menuruni tangga sembari mengenakan jasnya.
”Hati-hati, Ayah.”
Ayahnya masih
muda dan tampan. Sungguh. Aku dan Heebum duduk di sofa bawah, memandangi Mr. Kim
Mr. Kim
menghentikan langkahnya tepat sebelum tangannya merasakan dinginnya gagang
pintu saat ucapan Heebum memanggilnya
”Ayah...”
”Hmm?”
”Besok...”
”Besok?”
”Makan malam
dengan Choi ahjumma di sini saja.”
Mulai saat ini,
sinar beban yang terpencar dari mata Mr. Kim menghilang. Penghalang hubungannya
sudah sirna sekarang. Heebum sudah menyetujui hubungannya.
Dan aku.. aku ikut senang (^__^)
==
6th day.
Heebum’s Residence
{All is well}
Heebum dan Seulrin duduk berdua
di sofa balkon kamar Heebum. Orang tua mereka sedang makan malam. Dan hihihi..
(^__^”) aneh melihat dua gadis ini
duduk bersama.
Bintang-bintang
sedang tidak malu memancarkan pesonanya. Begitu juga bulan yang memantulkan
cahaya matahari dengan anggunnya. Angin lembut menyapa. Menggelitik permukaan
kulitku.
”Hah.. lega
rasanya.” Seulrin merentangkan tangannya.
”Di sini dingin, ayo masuk.” Seulrin mengangguk ringan lalu berjalan mengikuti Heebum. Dan aku
membuntuti mereka. Aku mengikuti
Heebum yang menghempaskan tubuhnya ke kasur. Sedangkan Seulrin, dia berkeliling
memandangi pajangan yang terletak di sini.
”Heebum-a?”
”Hmm?”
”Kenapa
tiba-tiba kau menerima ibuku?”
”Karena—“ Heebum mengulangi ucapan Kyuhyun tempo hari di dalam benaknya demi
dirinya sendiri. “...setidaknya wajahmu tidak
membuatku malu jika kau yang menjadi saudaraku.”
Hahaha. Senang
rasanya mendengar Heebum yang merutuki dirinya sendiri. Entah kenapa justru
kata-kata itu yang meluncur dari mulutnya. Aku tahu, Heebum bukanlah orang yang
menjadikan kecantikan sebagai prioritas
utamanya.
”Astaga, seorang Kim Heebum mengakui kemolekanku.”
”Yah, tertawalah sepuasmu.”
”Hahaha. Hei, apa ini? Heebum-a, kenapa ada
fotomu dan Kyuhyun di sini?”
”Eh, itu...”
==
7th day. Yeomkwang High School
{Finally}
Hari terakhirku di bumi dan aku belum juga menemukan
the great achievement-ku. Sedih. Tapi aku juga lega. Setidaknya aku akan pergi dengan perasaan bahagia
melihat manusia terdekatku dalam keadaan baik-baik.
Aku sedang
duduk di dahan pohon Yeomkwang High
School untuk
terakhir kali. Terlihat Kyuhyun dan Heebum
yang sedang bermesraan di bawah sana. Hihihi.
Dari sini
terlihat pula Seulrin yang mengitari sekolah. Sesekali bertanya pada murid
lainnya. Berani bertaruh? Aku yakin dia mencari sahabat Cho nya itu. Saat dia melihat Kyuhyun dan Heebum, senyum terlukis di bibirnya lalu
memutuskan memberikan privasi untuk pasangan itu. Pilihan tepat kurasa.
Aku turun dari
dahan dan melangkah mengikuti Seulrin yang menuju ke kantin. Dia duduk di salah satu bangku. Tiba-tida sepangan lengan menutupi kedua
mata gadis itu. Lee Donghae.
”Tidah lucu,
Hae-ya.”
Donghae
menjauhkan tangannya dari mata Seulrin sembari memposisikan tubuhnya duduk di
samping gadis itu. ”Bagaimana kau selalu bisa menebak kalau itu aku sih?”
Tentu saja, Donghae-ya. Kau saja yang
tak tahu kalau gadis itu adalah fans-mu.
”Hei, kau tahu, tidak? Aku lega
mendengar sahabatmu berpacaran dengan Heebum. Itu artinya tidak ada lagi pria yang berkemungkinan untuk memilikimu.”
”Kau mendoakan
aku menjadi perawan tua?”
”Tidak.
Mungkin. Entahlah. Jika hanya itu satu-satunya cara agar tak ada pria mana pun yang memilikimu, maka jawabanku adalah iya. Tapi kau tak perlu khawatirkan
jalan hidupmu ke depan nanti. Aku yang akan
menjamin kehidupanmu.”
”Astaga, Lee Donghae. Jangan katakan
bahwa kau mencintaiku.”
”Bagaimana jika
benar? Jangan kau kira aku tak tahu bahwa kau juga mencintaiku, nona Choi.”
”Ya! Kenapa kau mengetahuinya?”
O..o Kenapa jadi seperti ini?
Donghae
langsung menarik Seulrin ke dalam pelukannya. Ini tontonan menarik. Lebih
menarik daripada melihat abs Siwon
oppa yang menggiurkan itu. Sungguh.
”Aakhirnya... setelah tiga tahun, aku dapat memelukmu seperti ini.”
”Hei hei hei. Kau terbutakan oleh pesonaku.”
”Ya ya ya, terserahmu
menganggapnya seperti apa.”
Hahaha... Sedih rasanya meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju atap sekolah. Angin berhembus agak kencang di sini. Dan sudah waktunya aku pergi. Selamat tinggal bumi, selamat
tinggal Yeomkwang High School. Aku
mengeluarkan sayapku
Tapi, eh?
Epilog
{I love you.
Yesterday.Now.Tomorrow.Forever}
Aku menghapus riasan dari tubuhku. Pesta resepsi pernikahanku baru saja selesai. Dan sekarang rasanya tulangku
remuk semua. 3500 undangan terlihat jauh lebih banyak dari perkiraanku.
Pintu kamar
mandi terbuka dan aku dapat melihat seorang pria keluar dari sana melalui pantulan cermin meja riasku. Suamiku. Apakah aku sudah mengatakan ini? Aku manusia
sekarang. Dan dia yang mengubahku. Hahaha.
Dia mendekat
dan langsung memelukku dari belakang. Embusan napasnya yang mengenai tengkukku membuatku geli.
Bergidik. Tapi menyenangkan. Itu artinya jantungnya masih berdetak untukku.
Nyawanya masih bertahan untuk hidup bahagia bersamaku. Dia memainkan bibirnya di tengkuku. Dan
dia benar-benar tau caranya. Aku tak mampu
menahannya jika sudah begini.
{Flashback}
7th day. Yeomkwang High School
Aku mengeluarkan sayapku. Tapi, eh? Ada apa? Aku merasakan sesuatu menyentuh sayapku. Aku berbalik.
HYA!! Di—dia..
”Ini sayap
sungguhan?”
Aku tak peduli
bagaimana wajahku saat ini. ”Ka—kau bisa melihatku?”
”Tentu saja.
Kenapa tidak?” jawabnya dengan wajah inosen. Tidak tahukah dia bahwa aku
sudah menunggunya selama ini?
Agar lebih
meyakinkan, aku menatap jari kelingkingnya. Dan bingo! Benang merahnya
terhubung dengan jari kelingkingku. Aku menatap sekilat name tag-nya. Nama yang
sesuai.
”Kau, kalau boleh tahu, siapa namamu?”
Uwooo.. dia
menanyai namaku. ”Jung Hyobin.”
Aku tersenyum
melihatnya. Senyumnya manis. Gusinya membuatku tergila-gila. Pria ini. Dia tidak memunyai
lesung pipi seunik Jungsoo Oppa. Tidak secantik Heechul Oppa. Tidak se-cool Hankyung Oppa. Tidak semanis Yesung Oppa.Tidak segarang Kangin Oppa. Tidak sechubby Shindong Oppa. Tidak se-cute Sungmin Oppa. Tidak setampan Siwon Oppa. Tidak seimut Ryeowook Oppa. Dan tidak semisterius Kibum Oppa.
Entah bagaimana dan apa yang
membuatku begitu menginginkan pria ini. Pria yang akan mengubah takdirku. Pria
ajaibku. The great achievement-ku. Lee Hyukjae.
==
”Keabadian bukan segala yang kuinginkan
sepanjang eksistensiku. Aku lebih menyegani kita yang saling mencintai lalu
dipisahkan oleh maut dibanding harus menjalani keabadian seorang diri, tanpamu.”- Jung Hyobin
=END=
waaaaaaaaaaaaah
BalasHapuseh tumben buat ff pemeran utamanya bukan kyu ?
hayooooo siapa ini yg buat ff nya ? hahahahahha bercandaaaa :*
eh aku mau request, kapan kapan buat sequel nya kyu sama heebum yaaa yang banyak hihihi
*ups lha po gampang nyari inspirasinya (._.) haha
nona pasti tertawa bahagia habis baca ni ff wkwk, gimana enggak seneng . sampe nikah juga pula :o
buatin ff pakek namaku yaaaa plis plisss hihihi
kapan kapan juga boleh kok tapi hehehe, sama heechul oppa ya ?
hahaha..
BalasHapusini pemeran utamanya yoobin, berarti yang bikin nona (ho?)
ga ga..
kalo masalah kyu sama heebum gampanglah, selalu tersedia inspirasi cadangan (?)
nona seneng gara gara nikah, tapi dia minta yeteh yeteh nya.. hahaha
oke oke, tara & heechul oppa.. aku bertapa dulu nyari intuisi..hehe
makasi uda baca + comment :)
hahahhah
BalasHapusciyeeeeeeh inspirasi cadangan wkwk
oke aku dukung kamu ! ahaha fighting !
yeteh ? ya allah non (-_-) masih sempet mikir begituan ? wkwk tapi dikasih dikit gak papa lho *eh HA HA HA HA *evillaugh
jangan lama lama ya bertapanya haha
buat ff ku sama heechul oppa genre nya terserah , haha yg penting ada scene romance + happy ending
endingnya kita nikah juga boleh *lho
haha sipp sipp sama sama sayaaaaaangku :)
sayang sayang ! kayak anak kecil aja..
BalasHapushahaha
oke, aku uda punya inspirasi tapi kayaknya bentuknya bukan fanfic deh..
gapapa ya...
hihihi
Mwo??? Wae wae wae?
BalasHapusHaha aku sedikit shock Ny.Cho waktu km marah2 sama abang kyuhyun dan AKU !
Tapi sumvah makasih yaa :*
FF ini bikin aku melupakan kegalauan saya karena tidak direstui sama mama nya maspacar (?)
Tapi kutipan 'pantat' itu membuat saya sedikit emm banyaaak TERTAWA HAHA :D
Gomawo *bungkukbungkuk*
bentuknya apaan ? tapi bahasanya novel kan ?
BalasHapuseksistensiku lah, terliarku lah, dan lain lainnyaa haha
tapi sama heechul kan ? oke gak papa wkwkwk
atun :
BalasHapuseh? ny.nisamihardjo >> namasiapaini?
induk sapi jahat banget sih..
biarin aja deng, masi banyak induk sapi lainnya yang lebih baik.
jangan sedih oke?
makasih uda baca + comment yah..
tara :
bentuknya kayak curhatan. hari ini aku publish.
ide ngebut tuh, 1 hari.. hahaha
bahasanya? ga novel novel amat.
bahasa nyantai.
makasi lo buat comment nya.