2012/02/03

{fanfiction} Mmm... Okay.



 Mmm... Okay.


Aku memperbaiki letak kaca mata hitam dan syal yang menutupi kepalaku. Kakiku rasanya berat untuk melangkah, tapi akhirnya aku berjalan mengendap-ngendap memasuki bangunan ini. Aroma kopi langsung tercium padahal baru 1 langkah aku masuk.

Sebenarnya aku ragu-ragu untuk datang kemari. Tapi... Ya! Kalau tidak begini masalah ini takkan selesai.

Astaga! Kenapa ramai sekali sih? Apa para fans-nya itu selalu datang kemari setiap hari? Apa mereka tidak sekolah atau bekerja? Apa mereka tidak—tapi kenapa aku juga datang dan membolos kuliah? Ah... lupakan! Menurut kabar, dia sedang berada di sini. Dan aku harus berhasil menemuinya.

”Permisi. Ah maaf, maaf.Apa memang setiap hari Kona Beans seramai ini? Untuk berjalan saja berdesak-desakan. Beruntung bangunan ini didesain dengan tepat sehingga tetap saja nyaman. Ah, kenapa antrean-nya banyak sekali? Pasti karena—benar. Lihat kan? Sebenarnya apa yang dia tulis di SNS-nya tidak salah. Mana ada kasir setampan dia?

Karena tak perlu menjadi cenayang untuk tahu bahwa akan lelah jika harus ikut mengantre. Aku duduk saja. Dan menunggu sampai keadaan lengang. Sepertinya akan... lama.

==

Astaga... Tengkukku pegal sekali. Tiga puluh tiga menit dan akhirnya sebagian dari gadis-gadis belia itu enyah. Aku melepas kaca mata dan syalku lalu berjalan perlahan memesan minuman. Dan yang bertugas di meja kasir adalah... dia.

Kulihat matanya sedikit terbelalak melihat kedatanganku. Sedikit. Dan dia sukses mengendalikan raut wajahnya lagi.

Satu cappuccino. Hei, kenapa dia diam saja? Baiklah, akan kuulangi ”Aku pesan satu cappuccino.

”Ah, satu cappuccino dingin.

Akhirnya dia tersadar juga. Oppa, aku kan belum mengatakan dingin atau panas.

”Baiklah, Agasshi. Aku akan bertanya. Panas atau dingin?”

”Dingin.Dan dia hanya terkekeh menatapku.

”Kau tidak ada jadwal, Oppa?”

Dia menggeleng. ”Untuk hari tidak ada. Tapi menggunung untuk besok.Aaa jadi begitu ya. Mengerti,mengerti. Dan sebenarnya, aku masih agak–sangat—sebal padanya mengingat...

”Bagaimana pengambilan gambar WGM kemarin?”

”Sangat melelahkan.Ya. Aku tahu. Terlihat dari wajahmu.

”ELF pasti kerepotan membantumu.

”Kerepotan? Kurasa tidak sama sekali.

Aku hanya bisa mengangguk sambil sesekali memandang wajahnya. Tapi masih ada satu pertanyaan yang belum kutanyakan. Pertanyaan andalan dan ini berhubungan erat dengan masalah kami. Aku menatap sekelilingku, para pengunjung sudah duduk dengan manis di bangku masing-masing mengurusi hidup mereka sendiri dan menurutku ini waktu yang tepat selagi sepi.

Oppa, apa kekasihmu tidak sedih saat melihatmu sedang bersama ’istri’mu?” ucapku berbisik tapi sialnya pria di hadapanku ini sudah menatapku tajam.

Ya! Demi apa. Seharusnya aku tahu akan begini jadinya dan tidak usah menanyakan hal ini. Ya! Ya! Seringai macam apa itu?

”Kim Heebum-ssi. Gadis nakal. Kau melupakan sesuatu.
Dan entah apa yang terjadi karena tahu-tahu dia sudah menarikku pergi.
Eomma, aku ada urusan dengan gadis ini.

Eommonim menatapku sekilas. Kumohon, jangan biarkan Kyuhyun pergi jika kau tak mau calon menantu potensialmu ini diterkam anakmu hidup-hidup, Eommonim. Dan... Hya! Ibu Kyuhyun hanya tersenyum dan mengangguk.

Aku tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki Kyuhyun Oppa yang besar-besar. Capek. Semoga saja tak ada paparazi yang menyadari hal ini. Oppa memaksaku masuk ke mobilnya.

Dia diam. Aku diam. Kami diam.

Aku tak berani membuka mulut untuk memulai pembicaraan. Juga tak berani menatap pria ini secara gamblang. Yang bisa ditangkap oleh ekor mataku hanya dia yang sedang menatapku. Ah, kenapa jadi gugup begini?

Cemburu, eh?”

A..apa? ”Mwo?!”

”Kau cemburu melihatku dengan wanita itu kan, Hee-ya?”

Dasar bodoh. Masih bisa bertanya seperti itu? Tentu saja ku tidak cemburu. Tapi nyaris ingin bunuh diri saat melihatnya, kau tahu Cho Kyuhyun?

”Kenapa diam?”

Lalu aku harus menjawab apa? Tidak? Begitu? Tapi aku cemburu. Atau aku menjawab iya? Lalu kau tertawa puas saking senangnya karena berhasil membuatku kebakaran jenggot yang disulut kecemburuan. Aku. Bisa. Gila.

”Dan gadis nakal, aku akan mengingatkanmu kalau kau lupa. Kau adalah kekasihku. Pura-pura lupa hmm?”

”Aku tidak lupa.

”Jadi kenapa bertanya seperti tadi seolah-olah kekasihku adalah gadis lain?”

Astaga. Tatapannya benar-benar menusuk. ”Aku hanya... hanya...

”Hanya tak tahu harus bagaimana lalu berniat menemuiku, kan? Aku sudah hapal kebiasaanmu, Hee-ya. Dengar, itu hanya skrip. Dan ini bukan kemauanku. Aku terikat kontrak. Kau tahu hal ini kan?”

Iya, aku tahu Kyu.

”Jadi kau tak perlu cemburu atau berpikiran buruk tentangku, oke?”

Yah, walaupun sebenarnya berat untuk mengizinkan dia untuk WGM, tapi jika bukan aku, siapa lagi yang akan mendukungnya? Dan jujur saja. Untuk saat ini memang aku orang terdekat selain keluarganya.

”Ada lagi yang ingin kau katakan? Kau tak mungkin pergi menemuiku hanya untuk mengatakan hal ini kan?”

Oh! Jangan katakan dia bisa membaca pikiranku. ”Selamat ulang tahun.Aku mengecup pipi kanannya.

Dia tersenyum. Menyilaukan, tampan, dan.. kadang aku berpikir bahwa kadar ketampanannya itu berlebihan.

Dia balas mencium pipiku. ”Gomawo, kita lalui tahun ini bersama lagi ya?”

Dan tak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk. Pastinya tetap menjaga keutuhan hubungan kami hingga waktu tak terbatas.

Selamat ulang tahun Kyuhyun Oppa. Selamat ulang tahun, Sayang. Tumbuhlah dengan baik dan sehat. Aku mencintaimu ;^*

=END=








Tidak ada komentar:

Posting Komentar