Mmm... Okay.
Aku memperbaiki letak kaca mata hitam dan syal
yang menutupi kepalaku. Kakiku rasanya berat untuk
melangkah, tapi akhirnya aku berjalan mengendap-ngendap memasuki bangunan ini. Aroma kopi langsung tercium padahal baru 1 langkah aku masuk.
Sebenarnya aku ragu-ragu untuk
datang kemari. Tapi... Ya! Kalau tidak begini masalah ini takkan selesai.
Astaga! Kenapa ramai sekali sih? Apa para fans-nya itu selalu
datang kemari setiap hari? Apa mereka tidak sekolah atau bekerja? Apa mereka tidak—tapi kenapa aku juga datang dan membolos kuliah? Ah... lupakan! Menurut kabar, dia
sedang berada di sini. Dan aku harus berhasil menemuinya.
”Permisi. Ah maaf, maaf.” Apa memang setiap hari Kona Beans seramai ini? Untuk
berjalan saja berdesak-desakan. Beruntung bangunan ini didesain dengan tepat
sehingga tetap saja nyaman. Ah, kenapa antrean-nya banyak sekali? Pasti karena—benar. Lihat kan? Sebenarnya apa yang dia
tulis di SNS-nya tidak salah. Mana ada kasir setampan dia?
Karena tak perlu menjadi cenayang
untuk tahu bahwa akan lelah
jika harus ikut mengantre. Aku duduk saja. Dan menunggu sampai keadaan lengang. Sepertinya akan... lama.
==
Astaga... Tengkukku pegal sekali. Tiga puluh tiga menit dan akhirnya sebagian dari gadis-gadis
belia itu enyah. Aku melepas kaca mata dan syalku lalu
berjalan perlahan memesan minuman. Dan yang bertugas di meja kasir adalah... dia.
Kulihat matanya sedikit terbelalak melihat kedatanganku. Sedikit. Dan dia sukses mengendalikan raut
wajahnya lagi.
”Satu cappuccino.” Hei, kenapa dia diam saja? Baiklah, akan kuulangi
”Aku pesan satu cappuccino.”
”Ah, satu cappuccino dingin.”
Akhirnya dia tersadar juga. ”Oppa, aku kan belum mengatakan dingin atau panas.”
”Baiklah, Agasshi. Aku akan bertanya. Panas atau dingin?”
”Dingin.” Dan dia hanya terkekeh menatapku.
”Kau tidak ada jadwal, Oppa?”
Dia menggeleng. ”Untuk hari tidak ada. Tapi menggunung untuk besok.” Aaa jadi begitu ya. Mengerti,mengerti. Dan sebenarnya, aku masih agak–sangat—sebal
padanya mengingat...
”Bagaimana pengambilan gambar
WGM kemarin?”
”Sangat melelahkan.” Ya. Aku tahu. Terlihat dari
wajahmu.
”ELF pasti kerepotan
membantumu.”
”Kerepotan? Kurasa tidak sama
sekali.”
Aku hanya bisa mengangguk sambil sesekali memandang
wajahnya. Tapi masih ada satu pertanyaan yang belum kutanyakan.
Pertanyaan andalan dan ini berhubungan erat dengan masalah kami. Aku menatap
sekelilingku, para pengunjung sudah duduk dengan manis di
bangku masing-masing mengurusi hidup mereka sendiri dan menurutku ini waktu
yang tepat selagi sepi.
”Oppa, apa kekasihmu tidak sedih saat melihatmu sedang bersama ’istri’mu?” ucapku berbisik tapi
sialnya pria di hadapanku ini sudah menatapku tajam.
Ya! Demi apa. Seharusnya aku tahu akan
begini jadinya dan tidak usah menanyakan hal ini. Ya! Ya! Seringai macam apa itu?
”Kim Heebum-ssi. Gadis nakal. Kau melupakan sesuatu.”
Dan entah apa yang terjadi
karena tahu-tahu dia sudah menarikku pergi.
”Eomma, aku ada urusan dengan gadis ini.”
Eommonim menatapku
sekilas. Kumohon, jangan biarkan Kyuhyun pergi jika kau tak mau calon menantu potensialmu ini diterkam anakmu hidup-hidup, Eommonim. Dan... Hya! Ibu Kyuhyun hanya
tersenyum dan mengangguk.
Aku tergopoh-gopoh mengikuti
langkah kaki Kyuhyun Oppa yang besar-besar. Capek. Semoga saja tak
ada paparazi yang menyadari hal ini. Oppa memaksaku masuk ke mobilnya.
Dia diam. Aku diam. Kami diam.
Aku tak berani membuka mulut
untuk memulai pembicaraan. Juga tak berani menatap pria ini secara gamblang.
Yang bisa ditangkap oleh ekor mataku hanya dia yang sedang menatapku. Ah, kenapa jadi gugup begini?
”Cemburu, eh?”
A..apa? ”Mwo?!”
”Kau cemburu melihatku dengan
wanita itu kan, Hee-ya?”
Dasar bodoh. Masih bisa bertanya seperti itu? Tentu saja ku tidak
cemburu. Tapi nyaris ingin bunuh diri saat melihatnya, kau tahu Cho Kyuhyun?
”Kenapa diam?”
Lalu aku harus menjawab apa?
Tidak? Begitu? Tapi aku cemburu. Atau aku menjawab iya?
Lalu kau tertawa puas saking senangnya karena berhasil membuatku kebakaran
jenggot yang disulut kecemburuan. Aku. Bisa. Gila.
”Dan gadis nakal, aku akan mengingatkanmu kalau kau lupa. Kau adalah kekasihku. Pura-pura lupa hmm?”
”Aku tidak lupa.”
”Jadi kenapa bertanya seperti
tadi seolah-olah kekasihku adalah gadis lain?”
Astaga. Tatapannya benar-benar menusuk. ”Aku hanya... hanya...”
”Hanya tak tahu harus
bagaimana lalu berniat menemuiku, kan? Aku sudah hapal kebiasaanmu, Hee-ya. Dengar, itu hanya skrip. Dan ini bukan kemauanku. Aku terikat kontrak. Kau
tahu hal ini kan?”
Iya, aku tahu Kyu.
”Jadi kau tak perlu cemburu
atau berpikiran buruk tentangku, oke?”
Yah, walaupun sebenarnya berat untuk mengizinkan dia untuk WGM, tapi jika bukan aku, siapa lagi yang akan mendukungnya? Dan jujur saja. Untuk saat ini memang aku orang terdekat selain
keluarganya.
”Ada lagi yang ingin kau
katakan? Kau tak mungkin pergi menemuiku hanya untuk mengatakan hal ini kan?”
Oh! Jangan katakan dia bisa membaca pikiranku. ”Selamat ulang tahun.” Aku mengecup pipi
kanannya.
Dia tersenyum. Menyilaukan, tampan, dan.. kadang aku berpikir bahwa kadar
ketampanannya itu berlebihan.
Dia balas mencium pipiku. ”Gomawo, kita lalui tahun ini bersama
lagi ya?”
Dan tak ada yang bisa
kulakukan selain mengangguk. Pastinya tetap menjaga keutuhan hubungan kami
hingga waktu tak terbatas.
Selamat ulang tahun Kyuhyun Oppa. Selamat ulang tahun, Sayang. Tumbuhlah dengan baik dan sehat. Aku mencintaimu ;^*
=END=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar